Mengejar Eksistensi Demi Materi
Gaya Hidup | 2023-03-10 22:40:51Mengejar Eksistensi Demi Materi
Rochma Ummu Arifah
Kehidupan manusia pasca pandemi covid banyak dipengaruhi oleh dunia digital. Kemudahan akses internet dan alat dalam bentuk gadget mengantarkan pada keinginan peraihan eksistensi diri dalam dunia ini. Berbagai cara dilakukan demi mendapatkan perhatian publik yang ujungnya membawa kepada keuntungan materi.
Viral, Membuat Konten Sampai Mati
Baru-baru ini, publik dikejutkan dengan kabar meninggalnya satu kontent creator saat sedang membuat kontent. Peristiwa ini terjadi di rumah kontrakan di Desa Cibeber, Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, pada Rabu (1/3/2023) pukul 21.30 WIB. Seorang wanita berinisial W tewas tergantung ketika ingin membuat konten bunuh diri.
Di malam itu, W telah mempersiapkan semua peralatan untuk membuat kontent ini. Mulai dari tali hingga kursi tujuannya membuat konten gantung diri. Kemudian, ia pun mulai memperagakan aksi gantung diri itu kepada temannya yang berada di ujung video call. W menyampaikan rencana untuk meng-upload video tersebut ke media sosial. Nahas, saat memperagakan aksi gantung diri, korban terpeleset dari kursi yang menjadi pijakan kakinya. Melihat kejadian itu, temannya histeris dan berlari mendatangi rumah kontrakan korban. (Kompas.com, 04/03/2023)
Sebenarnya, tak hanya kisah ini saja yang menggambarkan tewasnya seseorang saat membuat kontent. Ada sekian nama kontent creator yang akhirnya meninggal dunia saat ia membuat kontent. Tujuannya adalah agar bisa menarik perhatian publik dengan isi kontent yang tak biasanya. Kenyataannya malah membuat dirinya kehilangan kehidupannya.
Semua Demi Materi
Mengejar eksistensi berujung maut ini menjadi hal yang lumrah di sistem kapitalis. Sistem di mana semua menghamba pada materi. Apa pun dilakukan demi mendapatkan keberlimpahan materi. Tak kenal apa itu halal dan haram. Semua boleh dilakukan demi mendapatkan cuan.
Terlebih, sistem itu sendiri memberikan fasilitas dan kemudahan untuk mendapatkan materi ini. Kita lihat bagaimana berlimpah ruahnya kontent creator dengan materi jika berhasil menyajikan video yang menarik perhatian publik. Oleh karena itu, berbondong-bondonglah sebagian masyarakat, terutama dari kalangan muda untuk melakukan hal yang sama. Tujuannya demi mendapatkan materi.
Budaya Hedon yang menjadi ciri khas dari sistem kapitalis ini menuntut semua orang untuk berjuang mati-matian mendapatkan cuan. Apa pun dilakukan demi menghasilkan pundi-pundi rupiah di tangan. Karena gaya hidup menuntut diri untuk juga bisa setara atau bahkan mengunngguli yang lainnya dalam menampilkan kehidupan yang serba mewah.
Islam Tak Mengagungkan Materi
Kenyataan di atas sangatlah berbeda dengan sistem Islam. Tolak ukur perbuatan adalah halal dan haram. Tujuan dalam setiap usaha adalah demi meraih rida Allah. Bukan demi menumpuk kekayaan.
Negara pun memberikan pengajaran dan pemahaman akan hal ini di benak setiap warganya, terutama kaum muslim. Bahwa yang layak untuk dikejar adalah bagaimana menghadirkan amal perbuatan yang membuat Allah senang. Negara melakukan mekanisme tertentu untuk menghadirkan pemahaman ini di setiap warga negaranya. Salah satunya adalah dengan memberikan pendidikan mengenai hakikat kehidupan ini.
Kehidupan ini adalah semu, akhiratlah tujuan akhir. Tak layak, seorang muslim untuk mati-matian berjuang demi materi yang nantinya tak dibawa mati. Yang dibawa mati adalah amal saleh yang dikerjakan semasa hidup.
Gaya hidup yang ditampilkan di masyarakat pun tak menuntut pencapaian materi yang tinggi. Keberhasilan seseorang dalam kehidupan bukan diukur oleh banyaknya materi yang ia dapat. Namun, seberapa banyak usaha dia untuk mendapatkan rida Allah.
Semua nilai ini hanya bisa diterapkan dalam satu institusi yang menerapkan Islam yaitu daulah Islam. Tidak pada kondisi saat ini di mana sistem yang digunakan adalah sistem kapitalis sekuler. Sistem yang menjunjung tinggi materi dengan memisahkan aturan agama atau Pencipta dari kehidupan. Wallahu alam bishowab.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.