Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Ali Efendi

Menakar Peluang Akademisi di Musyda Ke-12 Muhammadiyah Lamongan

Info Terkini | 2023-02-25 21:22:41
Logo Musyawarah Daerah Ke-12 Muhammadiyah Lamongan (Sumber: Panitia Musyda)

Sukses penyelenggaraan Muktamar Muhammadiyah ke-48 di Surakarta, tanggal 18-20 November 2022 yang sempat mengalami penundaan sebagai dampak pandemi Covid-19. Diikuti penyelenggaraan Musyawarah Wilayah ke-13 Muhammadiyah Jawa Timur di Ponorogo (24-25/12/2022).

Giliran pelaksanaan Musyawarah Daerah Muhammadiyah tingkat kabupaten dan kota di seluruh Jawa Timur. Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Lamongan telah mengadakan Rapat Kerja Pimpinan (Rakerpim) yang dihadiri ketua majelis dan lembaga, serta utusan cabang dan ranting se daerah Lamongan (10/1/2023).

Rakerpim bertempat di Gedung Dakwah PDM Lamongan yang mengesahkan empat agenda persiapan Musyda ke-12 Muhammadiyah Lamongan; Tata Tertib Musyda, Agenda Acara Musyda, Tata Tertib Pemilihan Anggota Pimpinan Periode 2022-2027 memilih 13 nama, dan menetapkan Panitia Pemilihan (Panlih).

Musyda ke-12 Muhammadiyah Lamongan diputuskan diselenggarakan tanggal 12-13 Sya’ban 1444 H bertepatan dengan tanggal 4-5 Maret 2023. Tempat kegiatan dipusatkan di Universitas Muhammadiyah Lamongan (UMLa). Adapun tema yang diusung dalam adalah “Membumikan Islam Berkemajuan Menuju Kejayaan Lamongan”.

Pelaksanaan Musyda ke-12 Muhammadiyah Lamongan tinggal menghitung hari, panitia telah menyiapkan kegiatan dengan maksimal. Tentu saja pra Musyda menjadi topik perbincangan yang menarik di lingkungan warga persyarikatan, mulai dari tingkat ranting hingga daerah.

Panlih bertugas menginventaris nama-nama usulan calon anggota PDM Lamongan dari PDM, Ortom Daerah, dan PCM berjumlah 94 orang. Calon yang mengembalikan berkas sebanyak 68 orang, dengan rincian 66 menyatakan bersedia dan 2 orang tidak bersedia. Panlih telah merilis nama-nama calon sementara berdasarkan surat pemberitahuan nomor 05/PANLIH/III.0/2023, tertanggal 25 Februari 2023.

Warga persyarikatan sudah mulai menginventaris nama-nama yang layak dan berkompeten untuk memimpin Muhammadiyah di Kota Soto periode lima tahun mendatang. Memang kepemimpinan dalam Muhammadiyah bersifat kolektif dan kolegial, tetapi setidaknya mengetahui nama-nama yang akan dipilih saat musyda.

Peserta musyda merupakan orang-orang cerdas yang tidak mudah dipengaruhi dan dimobilisasi, apalagi diintervensi untuk memilih calon tertentu. Tokoh yang dipilih pasti memiliki jejak rekam yang positif di tengah-tengah masyarakat. Maka tradisi memilih kucing hitam dalam karung hitam tidak dikenal di acara musyda.

Kecendrungangan memilih tokoh agama (ulama/kyai) dalam beberapa kali penyelenggaraan Musyda Muhammadiyah Lamongan, memang tidak semuanya yang dipilih tokoh dan ahli agama. Ada juga keterwakilan dari pengusaha, praktisi pendidikan, dan birokrat (ASN) yang dipilih perserta Musyda.

Mencermati nama-nama calon sementara yang telah dirilis Panlih yang berjumlah 66 orang, calon dari kalangan akademisi kurang popular di mata warga persyarikatan Muhammadiyah Lamongan. Hal ini terbukti dari daftar nama yang terlampir hanya ada 3 orang dari akademisi, dengan rincian 2 orang menjabat di PTM dan 1 orang menjabat di Lembaga.

Dalam perjalanan Musyda Muhammdiyah Lamongan selama ini belum pernah tercatat ada keterwakilan dari kalangan akademisi yang terpilih dari jumlah sebelas anggota pimpinan. Akademisi yang dimaksud adalah seseorang atau intelektual yang menekuni profesi sebagai pengajar di Perguruan Tinggi (PT).

Di Lamongan terdapat empat Perguruan Tinggi Muhammadiyah (PTM), di antaranya Universitas Muhammadiyah Lamongan (UMLa), Institut Teknologi dan Bisnis Ahmad Dahlan (ITBAD) Lamongan, Sekolah Tinggi Agama Islam Muhammadiyah (STAIM) Ponpes Karangasem, dan Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Muhammadiyah (STITM) Paciran.

Maka peluang akademisi dari PTM Lamongan dalam Muysda kali ini terbuka untuk menjadi bagian jajaran anggota pimpinan daerah periode yang baru. Mengingat jumlah anggota pimpinan yang dipilih ditetapkan dalam Rakerpim sebanyak 13 orang, padahal sebelumnya berjumlah 11 orang.

Akademisi menjadi salah satu alternatif pilihan karena Muhammadiyah termasuk organisasi yang bergerak di bidang pendidikan. Di samping itu, melihat geliat perkembangan PTM di Lamongan belakangan mengalami kemajuan yang signifikan dan membanggakan bagi warga Muhammadiyah Lamongan.

Sentuhan konsep pendidikan dari akademisi ditunggu untuk berkolaborasi dengan Majelis Dikdasmen, supaya kemajuan PTM mampu menjalar ke lembaga pendidikan tingkat bawahnya. Di samping itu, kampus PTM Lamongan menjadi salah satu alternatif sentral kegiatan gerakan dakwah Muhammadiyah dalam berbagai aspeknya.

Sebagian warga persyarikatan berharap di Musyda ke-12 Lamongan ada keterwakilan akademisi di jajaran pimpinan harian, supaya hubungan PDM dan PTM di Lamongan bertambah mesra dan harmonis. Bukankah PP Muhammadiyah dan PW Muhammadiyah mayoritas dari kalangan akademisi?

Bagaimana peluang akademisi dalam pergulatan Musyda ke-12 Muhammadiyah Lamongan? Menarik untuk ditunggu hasilnya. Semoga Musyda ke-12 Muhammadiyah Lamongan berjalan lancar dan tertib. (*)

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image