Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Liva Fatrianda

Devotion To Sholat

Agama | Thursday, 23 Feb 2023, 17:16 WIB

Di keremangan malam, sepasukan sahabat muhajirin dan anshar berkumpul sekembali dari suatu misi suci dakwah dan jihad di suatu daerah . mereka sedang melepas lelah, tetapi tak mengurangi semangat mereka dalam menanti titah sang nabi.

“ malam ini..”pelan dan penuh kasih sayang sayang nabi berujar, “aku ingin ada di antara kita yang berjaga malam agar tidak memberi kesempatan kepada orang jahat melaksanakan niatnya.’’ Sorot maata indahnya menyapu para sahabat yang keletihan pascaperjalana panjang menguras tenaga . berat memang perintahh itu, menjaga mata agar tetap terbuka disaat kantuk dan penat menyerang, namun , terngiang sabda sang pembawa berita dari langit, “ ada dua mata yang akan diaharamkan dari api neraka, yaitu mata yang menangis karena takut kepada allah swt, dan mata yang menahan kantuk ketika berjaga malam di jalan allah.”

Seolah berebut ingin dipilih dalam tugas mulia ini, semua membususngkan dada, meninggikan leher-leher mereka. Tak ada lagi keletihan itu dirasakannya. Senyum tersungging di bibir sang nabi melihat para kekasih di jalan allah menyambut tugas mahaberat ini.

Akhirnya. Terpilh satu orang dari kalangan muhajirin dan satu orang dari kalangan ansar untuk berjaga malam. Mereke ditempatkan di satu bukit yang memungkinkan bagi musuh untuk mengintai dan meneyerah pada saat pasukan sedang lengah.

“saudaraku.’’ Abbad bin bisyr. Sang ansar , membuka pembicaraan, “biarlah aku dahulu yang berjaga sembari engkau beristirahat. Nanti setelah setengah malam berlalu, aku akan membangunkanmu untuk mengganntikanku. Sebab , apabila kita berdua berjaga sekarang, aku takut nanti kita berdua sama-sama kelelahan sehingga lengah dan musuh akan menyerang rasulullah dan para sahabat yang lain. Apabila ada musuh datang hendaknya yang berjaga membangunkan kawannya yang sedang tidur.’’

Ammar bin yasir, sang muhajirin pun menyetujui usulan tersebut. Tak lama Abbad bin bisyyr segera mengambil wudu dan memanfaatkan waktu berjaganya dengan melaksanakan shalat sunah. Maka di bawah temaramnya sinar rembulan, lirih mengalun ayat demi ayat ayat surah al-kahfi dan lisan sang penjaga malam. Adapun ammar terlelap dalam istirahat dan ketenangan yang dalam.

Abbad menikmati pertemuannya dengan sang khaliq dalam shalat yang panjang, seolah hanya ia seorang yang berada di hamparan bumi yang luas ini . sementara itu, tak jauh dari tempat mereka berdua, seorangg musuh mengintai dan menanti saat yang tepat untuk menyelinap dan menyerang rombongan yang sedang terlelap tidur. Satu demi satu bilah-bilah anak panah dipersiapkan. Dengan perlahan nyaris satu suara bidikannya abbad yang sedang berdiri menngahadap Allah.

Maka tatkala anak panah pertama menembus badan, seolah tak diraskannya lesakan kayu yang menancap. Percikan darah membasahi baju abbad. Adapun abbad masih khusyuk dengan kesyahduan ayat-ayat qur’an. Dicabutnya anak panah tersebut dan seolah tak terjadi apapun shalat tetap diteruskan,

Anak panah kedua pun melesat dan menancap pada sesosok tubuh yang mulia limbung dengan darah yang keluar dari luka akibat anak panah pertama. Begitu anak panah ketiga juga melesak, maka ia memutuskan menyegerakan sholat. Setelah mencabut anak panah, Abbad segera membangunkan Ammar.

“astaghfirullah!” seru ammar saat melihat abbad sudah bersimbah darah yang mengalir dari tiga lubang anak panah di tubuhnya. “Mengaapa engkau tidak membangunkanku dari tadi?”

“Tidak apa-apa, saudaraku,” tersenyum abbad menanggapi.” Sebenarnya tadi aku sedang membaca surah alkahfi dalam shalat. Ketika anak panah pertama dan kedua menancap ditubuhku. Aku berniat akan meneruskan bacaan ku sampai selesai walaupun nyawaku terlepas karenanya. Namun, ketika anak panah ketiga menyusul,terlintas dalam pikiranku bagaimana dengan keselamatan rasulullah dan saudara – saudaraku, oleh karena itu saya menyelesaikan shalatku sebelum menamatkan bacaan surah al-kahfi ku.

Karena melihat ada orang lain yang terjaga ,maka musuh pun memutuskan untuk menginggalkan tempat tersebut.

Itulah salah satu gambaran kecintaan para sahabat rasulullah pada shalat disamping kesetiaan mereka pada sang pembawa risalah. Seandainya bukan karena keselamatan rasulullah dan para sahabatnya, abbad tak ragu untuk meneruskan shalatnya sampai menyelesaikan bacaannya walaupun nyawa yang menjadi taruhannya,kecintaan para sahabat pada shalat ini tidak terlepas dari suri tauladan yang diberikan Rasulullah kepada mereka.

Sumber:Abu Humaira 1+1=27 back to masjid april 2017

Nama : huda aulia

Instansi : STEI SEBI

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image