Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Amir Syarifudin

Banyak Mahasiswa akan Merasa Cemas ketika Berada di Perantauan, Benarkah?

Eduaksi | Saturday, 18 Dec 2021, 12:21 WIB

“Kecemasan ternyata cukup ampuh membunuh nafsu makan, keinginan bersosialisasi, juga keinginan bertemu pacar atau gebetan dari kelas lain” –Netty Virgiantini

Sumber : unsplash.com

Kecemasan dapat dirasakan tidak hanya pada mahasiswa baru saja,tetapi semua orang pasti akan merasakannya ketika mereka berada di lingkungan yang baru. Kita sebagai mahasiswa baru meskipun belum berada di perantauan pastinya sudah merasakannya. Banyak sekali pertanyaan yang ada di dalam isi kepala kita. Hal Ini dapat terjadi karena kita sudah mengetahui kondisi yang akan dialami ketika berada di perantauan. Kondisi yang akan dialami tersebut seperti memasak, mengisi token listrik, menyetrika, dan banyak sekali kondisi atau kegiatan lain yang sebelumnya tidak dilakukan sendiri ketika masih bersama kedua orang tua.

Menurut (Agustinus, 1985: 5-6) di dalam tulisannya dikatakan bahwa kecemasan adalah pengalaman yang menyakitkan dan tidak menyenangkan yang timbul dari reaksi ketegangan di dalam tubuh yang akan menimbulkan sesak nafas, mulut kering, dan telapak tangan berkeringat. Berarti jika kita mengalami kecemasan, kita akan bersikap tegang, resah, gelisah, takut, gugup, berkeringat, dan sebagainya.

Sumber : unsplash.com

Apa saja sih penyebab dari kecemasan ini ? Saya akan memberikan tiga penyebab utama dari kecemasan ini.

1. Adanya rasa keterasingan terhadap perubahan lingkungan yang dihadapi sekarang. Keterasingan ini membuat banyak mahasiswa malas keluar untuk berinteraksi dengan tetangga sekitar dan lebih memilih menghabiskan waktu sendiri di dalam kos.

2. Perbedaan antara budaya baru dengan budaya yang ia bawa dari tempat tinggalnya. Budaya yang mahasiswa bawa tentunya bisa sangat berbeda dengan budaya yang ia tinggali sekarang atau biasa kita sebut culture shock.

3. Aspek kemandirian, banyak kegiatan yang sebelumnya dilakukan oleh orang tua dan kita hanya terima hasil, kini harus dilakukan sendiri,seperti memasak, membayar token listrik, dan mengatur uang bulanan. Biasanya ketika hari pertama di perantauan banyak dari mahasiswa akan kaget dengan hal tersebut.

Lima Cara ini Perlu Dilakukan agar Kecemasan Tidak Berlarut-larut

Sumber : unsplash.com

1. Mulailah untuk berkomunikasi dan berinteraksi dengan lingkungan sekitar

2. Buang pikiran negatif dan tanamkan pikiran positif di dalam diri kita

3. Lakukan terlebih dahulu,gagal atau tidaknya suatu kegiatan pikirkanlah di akhir,jika gagal akan menjadi pengalaman,dan jika sukses pertahankan.Contoh dari kegiatan ini,seperti memasak, mengisi token listrik, mencuci pakaian, menyetrika, dan kegiatan lainnya

4. Belajar beradaptasi dengan lingkungan sekitar,jika kita tidak menyukai dengan budaya yang ada di tempat tersebut mau tidak mau kita harus menyesuaiakan diri dengan budaya baru itu

5. Jika kecemasan menggangu aktivitas kalian, segera pergi ke psikolog ataupun psikiater terdekat

Ada Lima Gangguan Kecemasan

Sumber : unsplash.com

Gangguan-gangguan tersebut antara lain

1. Obessive compulsive Disorde (OCD)

OCD adalah gangguan mental yang mana penderita mengalami pikiran,perasaan,gambar atau sensasi yang tidak diinginkan, terus berluang-ulang, dan terlibat dalam perilaku tindakan mental sebagai tanggapan. Orang yang mengalami OCD sering melakukan kompulasi untuk mengurangi dan menghilangkan obsesi sementara yang besar, biasanya penderita akan mengalami kesusahan jika tidak menuruti obsesinya

2. Post Traumatic Stress Disorder (PTSD)

PTSD adalah trauma terkait stress dan dapat berkembang setelah suatu peristiwa seperti kematian atau kerusakan fisik yang parah . Gangguan ini biasanya terjadi pada orang yang melakukan pekerjaannya di medan perang, dan bisa juga terjadi pada korban pemerkosaan. Penderita akan mengalami trauma masa lalu dengan trauma tidak langsung sebagai pemicunya.

3. Panic Disorder

Panic disorder adalah serangan panik yang terjadi secara tiba-tiba dan berulang dengan ketakutan dan ketidaknyamanan yang terus dirasakan. Ketika orang sedang mengalami gangguan itu gejala fisik seperti nyeri dada, jantung berdetak kencang, sesak napas, vertigo atau gangguan pada perut terjadi dengan adanya rasa takut kehilangan kendali.

4. Agoraphobia

Agoraphobia adalah ketakutan terhadap tempat yang sulit untuk melarikan diri, termasuk ruang terbuka yang besar dan ramai. Orang yang mengidap gangguan Agoraphobia akan menghindari kehidupan di luar rumah dan lingkungan yang ramai. Hal ini terjadi karena mereka fokus pada pemikiran bahwa melarikan diri mungkin sulit dalam keadaan darurat jika mereka melakukan hal-hal yang tidak disengaja dan tidak diinginkan.

5. Generalized Anxiety Disorder (GAD)

GAD adalah suatu keadan kronis yang mana penderita mengalami kecemasan dan ketegangan yang parah, sering kali terjadi tanpa adanya penyebabnya. Penderita sering mengalami kekhawatiran mengenai hidupnya secara berlebih. Jenis kecemasan inilah yang sering dialami oleh mahasiswa yang baru saja tinggal di perantauan dan membuat para mahasiswa selalu khawatir mengenai uang, kesehatan, keluarga, ataupun pekerjaan di dalam kehidupannya.

Demikian informasi yang saya sampaikan semoga bermanfaat dan menambah wawasan bagi kalian. Terima kasih dan salam sejahtera.

Sumber :

Hayat, A. (2014). KECEMASAN DAN METODE PENGENDALIANNYA. Banjarmasin: Institut Agama Islam Negeri Antasari.

Maha, D. Y. (2021, November 18). Mengenal 5 Jenis Gangguan Kecemasan (Mungkin Kamu Mengalami Gejalanya). Mengenal 5 Jenis Gangguan Kecemasan (Mungkin Kamu Mengalami Gejalanya). https://satupersen.net/blog/5-jenis-gangguan-kecemasan diakses pada 8 Desember 2021 pukul 09.20

Muharomi, L. S. (2012). HUBUNGAN ANTARA TINGKAT KECEMASAN KOMUNIKASI DIRI DENGAN KEMAMPUAN BERADAPTASI MAHASISWA BARU. Semarang: Universitas Diponegoro.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image