Pentingnya Adab Sebelum Ilmu
Eduaksi | 2023-02-22 22:51:10Oleh: Muhammad Syafi’ie el-Bantanie
(Penulis, Praktisi, dan Konsultan Pendidikan Profesional)
Pada masa generasi Tabi’in, ada seorang ulama (cendekiawan) yang sangat luas dan mendalam keilmuannya. Sampai-sampai oleh para ulama lainnya digelari “Rabi’atur Ra'yi” (Logika musim semi). Gelar untuk menggambarkan betapa jenius ulama ini.
Praktis, Rabi’atur Ra'yi menjadi tujuan utama para penuntut ilmu untuk belajar. Tidak terkecuali Malik bin Anas. Seorang remaja yang kelak akan dikenal sebagai Imam Malik Rahimahullah, peletak dasar Madzhab Maliki.
Ada momen terpenting, menurut saya, yang perlu kita underline, ketika Malik bin Anas akan belajar kepada Rabi’atur Ra'yi, yaitu nasehat sang Bunda.
“Nak, camkan pesan Ibu, pelajarilah olehmu adab Rabi’atur Ra'yi sebelum kau pelajari ilmunya.”
Sebuah pesan singkat, namun sangat mendalam maknanya. Sejatinya, ada pesan lain yang tersirat dari pesan Bundanya Malik bin Anas, yaitu “Nak, jika kau tak temui adab pada diri Rabi’atur Ra'yi, maka kau tak perlu buang-buang waktu belajar ilmu kepadanya.”
Mengapa? Sungguh, tak akan bermanfaat ilmu setinggi apapun jika tiada adab di dalamnya. Terlebih bila ilmu setitik nila, ditambah kehilangan adab.
Allah telah menyindir keras para ahli ilmu (Rabi) Bani Israil yang tiada adab dalam dirinya dengan perumpamaan seekor keledai yang memikul kitab-kitab di punggungnya (QS. 62: 5). Keledai tentulah tiada paham untuk apa kitab-kitab yang dipikulnya itu.
Demikianlah, Allah menyindir keras para ahli ilmu yang berjilid-jilid kitab dalam kepalanya, namun tiada adab tertanam dalam diri dan lisannya. Sia-sia ilmunya. Bahkan, malah menyeretnya pada kehinaan dan nestapa.
Pantas jika para ulama sepakat, “Kada al-adab qabla al-‘ilm” (Posisi adab itu sebelum ilmu).
Syaikh Ibnu Mubarak, seorang ulama yang sangat saleh, berkata, “Thalabtul adab tsalatsina sanah wa thalabtul ‘ilm ‘isyrina sanah” (Aku belajar adab 30 tahun lamanya, sedang aku belajar ilmu hanya 20 tahun lamanya).
Jernih sekali nasehat Imam Asy-Syafi’i kepada Imam Abu Abdish Shamad, gurunya anak-anak Khalifah Harun Al-Rasyid, “Ketahuilah, yang pertama kali harus kamu lakukan dalam mendidik anak-anak khalifah adalah memperbaiki dirimu sendiri. Karena, sejatinya paradigma mereka terikat oleh paradigma dirimu. Apa yang mereka pandang baik, adalah apa-apa yang kau lakukan. Dan, apa yang mereka pandang buruk, adalah apa-apa yang kau tinggalkan.”
Maka, sudahkah konsep adab sebelum ilmu diterapkan di sekolah-sekolah kita? Sudahkah murid-murid kita belajar adab sebelum ilmu? Dan, sudahkah guru-guru di sekolah kita menampilkan adab mulia dalam mengajarkan ilmu?
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.