Di HUT TV One ke-15, Menteri Bahlil Kasih Alarm untuk Pers: Jangan Jadi Bagian Pertajam Polarisasi D
Politik | 2023-02-20 05:52:21Pada acara HUT ke-15 TV One, Menteri Bahlil menyoroti peran dari media supaya lebih berhati-hati di dalam situasi saat ini. Terutama media perlu berhati-hati di dalam memilih narasumber. Sebab banyak narasumber yang bukan hanya tidak kompeten, tapi lebih dari itu juga seringkali justru membangun narasi yang menghasut seperti yang selalu dipraktikkan oleh Rocky Gerung.
Terbukti pada acara itu, Rocky kembali mempraktikkan strategi penghasutan itu. Saat ia berbicara soal lapangan pekerjaan, justru ia gagal membahas fakta bahwa pemerintah telah menghadirkan lapangan pekerjaan. Kedunguan yang lain dari pernyataan Rocky Gerung yang diluruskan oleh Bahlil di malam HUT ke-15 TV One adalah terkait retorika menyesatkan dari Rocky yang menyebut istana menginginkan calon presiden tertentu dan tidak suka yang lainnya. Bahlil hanya menegaskan secara singkat dan tegas, bahwa istana tidak memiliki urusan dengan capres manapun. Urusan istana adalah berfokus pada tugas dan kewajibannya untuk menghadirkan kesejahteraan sebesar-besarnya untuk rakyat.
Dalam kapasitasnya sebagai Menteri Investasi dan Ketua Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Bahlil mengetahui betul upaya pemerintah di dalam menghadirkan kesejahteraan itu. Salah satunya adalah dengan mendorong terbukanya investasi masuk ke Indonesia. Ada beberapa alasan yang kuat mengapa Indonesia perlu mendorong investasi. Pertama, pemerintah menyadari bahwa kondisi saat ini masih belum menentu. Persoalan resesi ekonomi global, politik global, dan lain-lain masih berada dalam situasi yang berbahaya. Berbagai negara mengalami kepanikan yang sama. Sehingga satu sama lain sedang berupaya untuk menghadirkan yang terbaik untuk negaranya.
Kedua, situasi nasional juga sangat berat. Indonesia tengah menghadapi situasi pasca pandemi yang begitu melelahkan dan menguras banyak tenaga. Selain itu, Indonesia ke depan juga akan menghadapi tahun-tahun politik. Ini juga berat. Sebab itu, fokus pemerintah saat ini adalah bagaimana membuat situasi dalam negeri menjadi lebih baik, kondusif, stabil supaya tidak mengganggu iklim investasi di Indonesia. Pemerintah mewanti-wanti supaya semua pihak, para elit, menahan diri di dalam manuver-manuver politiknya. Alarm itu sejatinya adalah upaya pemerintah untuk mencegah kemungkinan polarisasi yang berdampak pada stabilitas nasional.
Alarm untuk Rocky Gerung dan Media
Poin penting yang ditegaskan oleh Bahlil di sini sejalur dengan kritiknya terhadap media, termasuk TV One – yang ia singgung malam itu. Bagi Bahlil, media diakui atau tidak memiliki kontribusi terhadap polarisasi politik. Munculnya ‘Cebong’ dan ‘Kampret’ tidak lepas dari pembelahan politik yang dibuat parah oleh media. Sehingga, bagi Bahlil, hal-hal yang seperti ini hendaknya disudahi. Media seharusnya lebih mengedepankan informasi-informasi yang lebih ‘menyejukkan’, bukan mengekspos hal-hal yang bisa bikin ‘runyam’ keadaan. Media harus bersifat informatif dan sekaligus edukatif. Hal-hal yang bisa menimbulkan ‘hasutan’, kehebohan apalagi penyesatan, hendaknya dihindari.
Kritik terhadap media juga sebetulnya sentilan pada Rocky Gerung. Sebab sejauh ini, RG ini seakan jadi ‘media darling’, dan komentar-komentarnya sering mewarnai dan menghebohkan media. Sehingga ada ungkapan ‘No Rocky No Party’. Sebetulnya ini hal yang ironis. Bagaimana mungkin seorang RG selalu dihadirkan dalam kapasitas sebagai pembicara. Padahal kita seringkali melihat bahwa jurus RG selama ini berpijak pada kritik-kritik yang serampangan. Dia hanya menggunakan fakta-fakta yang disukainya. Sedangkan fakta-fakta lain yang dipandangnya bertentangan dengan agenda politiknya, ia sembunyikan. Inilah persoalannya. Sebab itu, betul dikatakan bahwa Rocky ini tidak lebih dari seorang penghasut. Ini lah inti kritik Bahlil kepada media dan juga Rocky. Sebab hasutan yang dibungkus di dalam kritik itu hanya akan memantik api polarisasi. Hasutan atau kritik itu hanya akan menyesatkan.
Menunggangi Kesesatan
Bahaya lebih jauh apabila media tidak ‘siaga’ atau Rocky terus berbicara secara serampangan, maka pernyataan-pernyataan misleading (menyesatkan) mereka bisa jadi dibaca atau disimak oleh publik. Pada titik tertentu, dalam suasana yang tidak terkontrol, informasi yang parsial dan misleading itu akan menjadi hoaks, liar kemana-mana. Publik awam – dengan sendirinya – akan termakan oleh hoaks atau informasi menyesatkan itu.
Kita belum lagi berbicara politisi-politisi yang lain yang bisa saja menunggangi penyesatan-penyesatan ini. Di mana ia akan memproduksinya untuk kepentingan politiknya tanpa memikirkan untuk melakukan koreksi atau evaluasi atas informasi yang berkembang. Lagi-lagi, korban hoaks dari mata rantai hoaks media atau para politisi atau para penghasut adalah rakyat. Polarisasi bisa tak terbendung apabila kita mengabaikan atau tidak waspada dengan hoaks atau dampak negatif media.
Poin yang ingin ditegaskan di sini, mari bersikap jernih dan memberikan informasi secara lengkap dan benar. Jangan memotong-motongnya, jangan membuat kritik hanya berdasarkan satu dua informasi, dan bermodal satu dua data. Dan teruntuk media, sebaiknya lebih selektiflah di dalam menghadirkan narasumber. Kapasitas dan integritasnya – bukan hanya asal populer – harus menjadi pertimbangan. Media hingga saat ini masih dipercaya sebagai salah satu pilar demokrasi. Sebab itu, kepercayaan ini mestinya digunakan sebaik-baiknya.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.