
Paket Internet Cepat Dukung Orang Tua Maksimalkan Kecerdasan Majemuk Anak
Edukasi | Sunday, 19 Feb 2023, 15:27 WIB
“Anakmu bukanlah milikmu. Mereka adalah putra-putri kehidupan.”
Dulu, saya sulit mencerna inti sari puisi Khalil Gibran di atas. Buat saya, puisi itu rasanya aneh. Bukankah anak memang milik orang tuanya? Ibu yang melahirkan, ayah yang menghidupi. Klop, dong?
Sebagai orang tua, saya menyematkan harapan dan impian tersendiri untuk anak-anak, terutama si Sulung. Saya memasukkannya ke sekolah terbaik (versi saya), dan membekalinya dengan beragam pengetahuan serta kecakapan hidup yang (saya pikir) dia perlukan. Saya kira, saya telah menjadi ibu terbaik untuknya.
Nyatanya? Anak saya stres dan tidak bahagia. Sayangnya, saya mengabaikan hal ini dan baru menyadarinya lama kemudian, tepatnya setelah kami sekeluarga berpindah tempat tinggal dan memiliki anak kedua.
Lewat ups and downs proses pengasuhan anak-anak, perlahan saya mulai memahami kebutuhan mereka dengan lebih baik. Saya juga mulai bisa mengerti maksud puisi Khalil Gibran di awal tulisan ini, bahwa anak-anak adalah titipan.
Sejak itu, saya mulai membangun hubungan yang lebih personal dengan si Sulung, terutama di saat pandemi. Ketika kami semua dipaksa untuk lebih banyak di rumah, saat itulah justru kami punya banyak waktu untuk bercengkerama. Saya mulai memahami kegalauan, ketakutan, keinginan, hingga harapannya untuk masa depan.
Seiring makin dekatnya hubungan kami, satu persatu rancangan saya akan masa depan si Sulung mulai bergeser. Saya memberi lebih banyak ruang untuknya mengeksplorasi diri dan mencoba menggali minat dan bakatnya yang sesungguhnya. Kini, dia tampak lebih happy dan enjoy berkecimpung di dunia digital creative. Karena keterbatasan mobilitas selama pandemi, praktis dia harus banyak menggali ilmu tentang dunia kreatif ini secara otodidak dan online, yang tentu saja membutuhkan paket internet cepat di rumah. Amazingly, kemampuannya di bidang ini justru melesat drastis. Hal ini membuat kepercayan dirinya meningkat cepat.
Saat ini dia sedang bersiap memasuki dunia entrepreneurship yang menjadi passion-nya. Kerjaannya setiap hari mantengin laptop, bahkan mulai menerima job dari klien di luar negeri dengan bayaran dollar. Sesuatu yang dulu tidak pernah saya bayangkan akan dia lakukan di usia belia. And I’m so proud of him!
Mengasuh dan membersamai anak-anak Gen-Z dan Gen-Alpha yang berdampingan akrab dengan teknologi ini memang unik dan menantang. Di satu sisi, saya sangat bersyukur dengan keberadaan paket internet cepat yang mendukung beragam aktivitas online kami. Di sisi lain, saya juga harus punya semacam panduan parenting terkini untuk membersamai mereka hidup berdampingan dengan teknologi, seperti di bawah ini:
Bekali diri dengan informasi parenting terkini
Tahu banyak soal teori parenting memang bukan jaminan untuk jadi orang tua yang sempurna. Tapi, memiliki pengetahuan tentang ilmu parenting yang paling cocok untuk keluarga itu sangat perlu. Ada beragam sumber informasi yang bisa kita pilih, mulai dari buku-buku parenting seperti Smart Mom, Happy Mom dan Great Mom, Strong Son karya saya, seminar parenting onsite, hingga webinar dan pelatihan online lewat beragam platform lainnya.
Informasi parenting juga tidak terbatas hanya seputar pola asuh saja, tapi juga informasi tentang tumbuh kembang anak, hingga topik kesehatan dan pendidikan. Dengan paket internet cepat, semua aktivitas menimba ilmu parenting pasti lancar.
Bangun personal bonding dengan anak
Berkaca dari pengalaman saya yang telat memahami anak, ada baiknya para orang tua zaman now membangun personal bonding yang kuat sejak dini dengan anak-anak. Cobalah mengerti posisi mereka, dan pahami cara mereka berpikir. Berhenti menghakimi dan menuntut mereka menjadi seperti yang kita mau. Pada titik ini saya kembali belajar untuk selalu mengingat bahwa anak-anak bukanlah milik saya. Mereka adalah anak-anak masa depan dengan segala mimpi dan harapan mereka. Bukan mimpi dan harapan saya.
Berhenti membanding-bandingkan anak
Setiap anak unik dan istimewa. Mereka lahir dengan bakat dan talentanya masing-masing. Bahkan anak kembar pun punya sisi yang berbeda. Yang perlu orang tua lakukan bukanlah menuntut mereka menjadi seperti anak lain, tapi mendorong dan memfasilitasi mereka menjadi versi terbaik dari diri mereka sendiri. Membanding-bandingkan anak, apapun alasannya, tidak akan pernah membuat mereka tumbuh optimal. Sebaliknya, justru malah mengurangi rasa percaya diri, membuatnya tumbuh dalam pengejaran semu akan keberhasilan, dan menganggap rendah orang lain.
Gali dan maksimalkan kecerdasan majemuk anak
Ini adalah hal yang sering kali dilupakan oleh orang tua. Harus kita akui, kultur pendidikan di negara kita masih sangat mendewakan kecerdasan ‘otak kiri’. Mereka yang pandai matematika, kimia, atau fisika, dianggap lebih pandai ketimbang anak-anak yang jago menggambar, main piano, atau juara menyanyi. Padahal faktanya, ada yang namanya kecerdasan majemuk alias Multiple Intelligence yang dipopulerkan oleh Howard Gardner, dan meliputi 8 kecerdasan berbeda yakni:
- 1. Kecerdasan verbal-linguistik: kemampuan menggunakan bahasa dan mengekspresikan apa yang ada di dalam pikiran.
- 2. Kecerdasan logis-matematik: kemampuan yang berkenaan dengan rangkaian alasan, mengenal pola-pola dan aturan.
- 3. Kecerdasan visual: kemampuan memahami gambar-gambar dan bentuk.
- 4. Kecerdasan musikal: kapasitas berpikir tentang musik seperti mampu mendengar, mengenal, mengingat, dan bahkan memanipulasi pola-pola musik.
- 5. Kecerdasan kinestetik: kemampuan menggunakan seluruh tubuh dalam mengekspresikan ide, perasaan dan menggunakan tangan untuk menghasilkan atau mentransformasi sesuatu.
- 6. Kecerdasan interpersonal: kemampuan memahami dan bekerja sama dengan orang lain.
- 7. Kecerdasan intrapersonal: kemampuan memahami diri sendiri dan emosi.
- 8. Kecerdasan naturalistik: kemampuan mengenal dan mengklasifikasi lingkungan alam.
Saya belajar banyak soal kecerdasan majemuk ini. Tadinya, dalam benak saya si Sulung bisa jadi ahli komputer, dokter, atau insinyur apalah gitu. Nyatanya? Dia punya kecerdasan spasial-visual dan musikal yang luar biasa. Tak salah bukan, kalau dia sangat mencintai musik, suka menggambar, dan hobi mengedit video? Toh semua itu juga bisa menghidupinya di masa depan. Jadi, daripada menuntut anak terlalu banyak, lebih baik gali dan maksimalkan potensi dirinya yang paling bersinar. Kita ini sedang membesarkan calon dokter, insinyur, hakim, polisi, musisi, pelukis, atlet, penyanyi, dan lain sebagainya! Banggalah pada apapun pilihan mereka nantinya.
Masih bingung mencari tahu minat, bakat dan kecerdasan majemuk anak? Selain meminta bantuan dari ahlinya, kita juga bisa mencari informasi sebanyak mungkin dari internet. Tentu saja dari sumber yang kredibel. Paket internet cepat juga sangat mendukung stimulasi beragam kecerdasan majemuk pada anak-anak. Terbukti pada contoh kasus anak sulung saya di atas. Hari gini, apa sih yang tidak bisa dicari di internet?
Takut kehabisan kuota internet? Tinggal langganan saja penyedia paket internet cepat yang terpercaya. Kalau saya, di rumah pakai IndiHome. Layanan digital dari Telkom Indonesia ini menjawab beragam kebutuhan keluarga mulai dari internet, telepon rumah, hingga tayangan televisi. Saya bisa memilih aneka paket serta layanan tambahan favorit. Jadi, sekali dayung dua tiga pulau terlampaui.
Well, ilmu pengasuhan bukanlah sesuatu yang statis, namun akan selalu berubah dan berkembang seiring zaman. Saat ini, kita mulai terbiasa dengan pola asuh digital parenting yang menjembatani hubungan orang tua dengan generasi muda yang lekat dengan teknologi dan beragam gadget.
Arus informasi dan digitalisasi di semua aspek kehidupan nyatanya telah menjadi bagian dari masyarakat dunia. Artinya, kebutuhan akan paket internet cepat adalah sebuah keniscayaan. Untuk itu, sebagai orang tua kita tidak boleh kudet dan gaptek. Namun seyogyanya selalu meng-upgrade diri agar tak ketinggalan zaman. Setuju?
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.