Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Yogi Indrawan

Pentingnya Kesetaraan Gender dalam Aspek Sosial dan Energi

Eduaksi | Tuesday, 14 Feb 2023, 10:26 WIB
ilustrasi anak laki-laki dan perempuan (sumber:https://www.pexels.com/id-id/foto/papan-tanda-pria-dan-wanita-di-dinding-1722196/)

Pada kesempatan ini saya akan membahas dengan judul "Pentingnya Kesetaraan Gender Dalam Aspek Sosial dan Energi". Pertama saya akan berbicara tentang gender, mungkin masih banyak temen-temen yang belum tau mengenai Sex dan Gender, terutama pada perbedannya, dilanjutkan dengan kesetaraan gender pada kehidupan bersosial dan hubungan kesetaraan gender dengan sektor energi. Untuk yang belum tau baca sampe habis yaa.

Sex dan Gender, untuk kaum awam pasti sering denger kata tersebut, tapi jangan sampai salah mengartikan yaa. Sex itu berupa perbedaan biologis, biologis disini diartikan suatu pemberian dari tuhan sejak lahir kepada manusia baik kepada laki-laki dan perempuan seperti contoh jenis kelamin, bentuk fisik dsb. Sedangakan gender berupa perbedaan sosial antara laki-laki dan perempuan, perbedaan sosial disini seperti sikap, sifat, tanggungjawab, dsb.

Adapun bentuk-bentuk ketidakadilan gender: Beban ganda, Marjinalisasi, Subordinasi, Stereotype, kekerasan (fisik, psikis, seksual, verbal, virtual).

Adakah, disini yang dalam waktu dekat ini ingin segera menikah dan memiliki buah hati? Tentu semua orang menginginkannya bukan, disini saya akan memberikan contoh ketidakadilan gender dalam hubungan rumah tangga. Yang pertama, seringkali kaum laki-laki mengganggap sepele pekerjaan rumahan atau pekerjaan dari seorang istri sekaligus ibu, padahal pekerjaan seorang ibu tidaklah semudah apa yang dibayangkan dimana seorang ibu akan bangun lebih awal untuk mempersiapakan segala pekerjaan di pagi hari seperti pekerjaan dapur, memasak, mencuci, mempersiapkan anaknya bersekolah, kemudian membereskannya. Sedangkan kaum suami mempersiapkan untuk bekerja di pagi hari, kemudian setelah sore hari mereka berkumpul bersama dan sang istri kembali melakukan aktifitas rumah serta mengurus anak, sedangkan sang suami akan pulang kemudian beristirahat. Kerapkali istri merasa kecapean atas segala pekerjaan rumah sehingga mereka tidak mau mengganggu suaminya ketika di rumah. Dari kisah di atas kita sebagai manusia yang memiliki hati nurani haruslah mulai peka terhadap persoalan sekitar, ada baiknya saling membantu, saling menjaga, dan saling menghormati pekerjaan sesama, tidak perlu saling membandingkan pekerjaan siapa yang lebih berat, tapi tentang pengorbanan dan rasa saling tanggungjawab sebagai keluargalah yang akan menguatkan setiap segala persoalan yang akan datang.

Setelah kita membahas apa itu sex dan gender, kemudian di lanjutkan ketidakadilan gender, selanjutnya membahas tentang hubungan gender dan energi.

Nah, temen-temen mungkin banyak yang belum tau juga, kok bisa gender berhubungan dengan energi? eitss jangan salah temen-temen, hubungan gender dan energi itu sudah termuat dalam tujuan pembangunan berkelanjutan berikut tujuannya: Goals 5. Gender Eguality, Goals 7. Affordable and clean energy, and Goals 9. Industry, Innovation and Infrastructure. Nah temen-temen dari sini kita sebagai warga negara yang baik harus turut serta mendukung dan medorong tujuan pembangunan demi menjaga keharmonisan dan kerukunan anatar umat manusia di seluruh dunia, dibawah ini merupakan pembahasan tentang hubungan gender dan energi.

Terdapat dua jenis tantangan terbesar umat manusia di dunia, yang pertama adalah perubahan iklim dan kedua adalah kemiskinan energi. Dengan adanya dua aspek besar tantangan manusia tersebut akan membuat perempuan dan anak perempuan terkena dampak secara tidak proporsional. Di era sekarang masih terdapat banyak negara dengan gender tradisional. Untuk memenuhi kebutuhan pada rumah tangga dan bisnis, sebagian besar perempuan dan anak perempuan masih mengandalkan biomassa tradisional. Jika dibandingkan dengan anak laki-laki dan perempuan, maka anak laki-laki lah yang akan mungkin mendapat dampak negatif berupa kemiskinan waktu dan polusi udara dalam ruangan. Hingga, suatu saat dalam agen perubahan akan banyak didominasi oleh kaum perempuan dimana mereka menjadi jiwa yang tangguh dan kuat dalam hal memproduksi produk menggunakan energi terbarukan dan menjadikan kaum perempuan menjadi para pengusaha teknologi bersih dan mengadvokasi energi berkelanjutan.

Untuk mendapat keuntungan dan hasil yang lebih baik untuk bisnis, terutama pada sektor energi perlu adanya peningkatan kesetaraan gender. Peningkatan korelasi antara kesetaraan gender akan membawa dampak baik bagi perusahaan melalui efisiensi sumber dayanya. Adapun dimana pentingnya kesetaraan gender pada perusahaan yang akan membawa lebih banyak kesuksesan. Jika kursi kepemimpinan pada suatu perusahaan lebih banyak pada perempuan, maka dalam hal sektor energi terbarukan akan lebih banyak untuk berinvestasi guna turut serta mengurangi emisi karbon. Namun, kaum laki-laki masih tetap mendominasi pada sektor energi terbarukan.

Menurut United Nations Industrial Development Organization (UNIDO) tahun 2022, pada sektor energi terbarukan dimana perusahaan dan startup yang dipimpin oleh perempuan menerima lebih sedikit dana dan terdapat 32% persen karyawan penuh waktu adalah perempuan dan bekerja dibidang administrasi dan pekerjaan mereka kurang terwakili pada posisi atau bagian pengambilan keputusan. Dalam upaya meningkatkan efektifivitas solusi energi berkelanjutan maka perlu meningkatkan kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan guna mendorong tercapainya Sustainable Development Goals (SDGs) atau tujuan pembangunan berkelanjutan seperti pada Goals 5. Gender Eguality, Goals 7. Affordable and clean energy, and Goals 9. Industry, Innovation and Infrastructure.

Yogi Indrawan. Mahasiswa S1

Teknik Elektro, UNTIDAR

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image