Merdeka dari Utang
Gaya Hidup | 2023-02-12 20:47:51Resensi Buku
Judul buku (antologi): Merdeka dari Utang: Kiat hidup tenang tanpa tekanan.
Penulis: Anggota komunitas SPK dan editor Ngainun Naim
Penerbit: Sahabat Pena Kita
ISBN: 978-623-95428-7-0
Tebal: 262
Tahun terbit: 2021
Buku berjudul "Merdeka dari Utang" ini merupakan hasil karya anggota komunitas Sahabat Pena Kita (SPK) yang berasal dari berbagai kalangan. Dari ibu rumah tangga hingga guru besar. Dr. Ngainun Naim sang editor memberikan pengantar. Menurutnya manusia adalah makhluk sosial yang tidak bisa hidup sendirian. Ia perlu berinteraksi dengan orang lain. Dalam berinteraksi, persoalan seringkali muncul dan menimbulkan gesekan. Salah satu persoalan itu adalah utang.
Hidup memang tidak bisa lepas dari utang. Semua orang pernah berutang. Tidak selalu berbentuk utang uang. Ada juga utang tulisan atau utang janji. Semua itu harus dibayar. Kalau tidak, di akhirat kelak ia akan terhalang meskipun ia mati syahid.
Setiap orang yang berutang seharusnya tahu bahwa ia wajib membayar utangnya meskipun orang yang meminjaminya tidak menagih. Tetapi, kenyataannya banyak orang yang suka berutang tetapi enggan menunaikan kewajibannya membayar utang. Sampai ada pemberi utang yang harus mengemis untuk meminta uangnya kembali. Rita Audriyanti dalam artikelnya mengatakan: "Minjemnya melas-melas, bayarnya males-males."(hal. 135) Bahkan ada yang sampai membebaskannya sebagaimana kisah yang ditulis Marjuki dalam artikel "Pembebasan Utang berujung Ikatan Silaturahmi".(hal. 65)
Orang berutang seringkali bukan karena terdesak kebutuhan hidup, melainkan karena gaya hidup. Begitu kata Masruhan Bagus dalam artikel "10 Fakta Penting Tentang Perkara Utang Piutang."
Ada secuil kisah dari Budiyanti dalam artikelnya "Demi Gengsi Utang Meninggi" (hal. 182), seorang tetangga desa yang anaknya masih sekolah minta dibelikan motor. Orang tua berusaha memenuhi "rengekan" anaknya padahal ia tidak punya uang dan tidak ada yang bisa diandalkan untuk membayarnya. Akhirnya ditempuhlah utang dan ia pun terjerat utang.
Dari sebuah buku yang berjudul lengkap "Merdeka dari Utang: Kiat hidup tenang tanpa tekanan" kita bisa belajar banyak tentang bagaimana menyikapi utang.
Bab I buku ini berjudul "Arti Penting Utang". Bagi Abdul Halim Fathani dalam "Utang (untuk) Beli Buku" menulis bahwa utang yang ia lakukan termasuk dalam kluster mendesak karena kebutuhan, terutama untuk membeli buku kuliah. Utang uang dibayar uang, utang menulis buku dibayar dengan menulis buku. Utang pada siapa? Utang pada diri sendiri, tulis Much Khoiri dalam "Utang Menulis Buku Pun Wajib Dibayar" (hal.29)
Bab II buku ini berjudul "Alasan Tidak Berutang" berisi tulisan-tulisan tentang menjalani hidup tanpa utang. Abdisita S. dalam "Hidup Damai Tanpa Utang" menulis jika ingin hidup damai tanpa tekanan maka seseorang harus berusaha menghindari utang sambil tetap bekerja mencari nafkah secara seoptimal dan tawakal kepada-Nya (hal. 77). M. Arfan Mu'ammar dalam artikel"Bertahan untuk Tidak Berutang ke Bank" menulis, kalau tidak cukup uang untuk beli sesuatu, memilih bersabar sambil tetap menabung.
Bab III buku ini berjudul "Dinamika Utang". Utang tidak hanya berupa uang. Ada utang tulisan sebagaimana ditulis Agung Kuswantoro dalam artikel"Utang Nulis".(hal.104) Utang janji dalam artikel "Janji Bukanlah Kata Tak Bermakna" tulisan Anilla F. Hermanda " .
Bab IV berjudul "Utang, Gaya atau Kebutuhan Hidup? Didi Junaedi dalam "Tekor Asal Nyohor" menulis gaya hidup sesungguhnya bisa menjadikan seseorang terjerumus ke dalam kesengsaraan meskipun dari utang seseorang bisa bergaya dan terkenal Bisakah hidup tanpa hutang? Memang tidak mudah tapi bisa diperjuangkan, tulis Nunung M. Ummah " Bisakah Nggak Ngutang?" Hidup tanpa utang sungguh membahagiakan ( Febri Suprapto)(hal. 246) Membebaskan diri dari utang merupakan manifestasi dari rasa syukur, inti tulisan Ngainun Naim dalam "Utang, Gaya Hidup dan Bersyukur"(h. 171)
Kelebihan buku ini adalah ditulis oleh para penulis dari berbagai disiplin ilmu antara ilmu agama, pendidikan dan psikologi. Sehingga bisa menambah wawasan dan bisa menjadi referensi para pembacanya untuk menjalani hidup tan a hutang.
Kelemahan buku ini adalah kurang membahas secara detail asal usul utang dan cara melepaskan diri dari utang atau merdeka dari utang. Dan buku ini hanya terbit secara terbatas dan membelinya harus lewat pre-order. Meskipun demikian buku ini layak untuk dimiliki karena selain akan menambah wawasan juga memberikan solusi agar terlepas dari utang.
--Catatan Ma'e 69--
Bondowoso, 12/02/2023.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.