Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image AURELLA ARFIANI SAPUTRI

Dampak Broken Home Terhadap Psikis Anak

Eduaksi | Friday, 17 Dec 2021, 16:46 WIB
Gambar ilustrasi : Seorang anak yang mengalami broken home.

Pernahkah kalian mendengar kata ‘broken home’ ? Pasti di antara kalian sudah tidak asing lagi dengan kata tersebut. Dan mungkin di antara kalian ada yang punya teman, sahabat, atau kerabat yang sedang mengalami hal tersebut ? Nah, sebenarnya apa sih broken home itu ?

Broken home merupakan kondisi saat keluarga mengalami perpecahan dan terputusnya struktur peran anggota keluarga yang gagal menjalankan kewajiban dari peran mereka. Pengertian broken home juga dapat dilihat dari dua aspek, yaitu broken home karena struktur keluarga tidak utuh dikarenakan perceraian atau salah satu orangtua meninggal dunia. Nah, ada juga kondisi di mana orangtua tidak bercerai, tapi struktur keluarga tidak utuh karena salah satu orangtua meninggalkan rumah atau tidak memberi kasih sayang lagi dengan anak dan pasangannya. Contohnya, kedua orangtua sering bertengkar sehingga struktur keluarga tersebut tidak sehat lagi secara psikologis.

Dampak broken homepada anak

Kondisi perpecahan pada struktur keluarga ini tentu dapat berdampak buruk bagi perkembangan dan kesehatan mental anak. Broken home dapat menyebabkan anak merasa kehilangan peran penting keluarga di hidupnya, merasa stres, tertekan, hingga merasa dirinya yang menjadi penyebab perpisahan tersebut. Dampak dari broken home umumnya akan membuat anak merasa sedih dan kehilangan motivasi atau penyemangat. Selain itu, dampak yang harus diperhatikan adalah :

1. Mengalami kesedihan yang berkelanjutan

Saat anak menyadari adanya perpecahan di keluarganya, tentu akan benar-benar membuatnya merasa sedih. Hal ini dikarenakan anak sadar bahwa apa yang sudah dilalui keluarganya akan hancur begitu saja dan kenangan indahnya bersama keluarga tidak dapat terulang kembali.

2. Menyalahkan dirinya sendiri sebagai penyebab perpisahan

Karena masalah yang terjadi di keluarganya, anak broken home sering kali merasa bahwa dirinya lah yang menjadi penyebab perpisahan orang tuanya. Padahal, hal ini belum tentu benar dan jika anak terus menyalahkan dirinya akan berdampak buruk dengan kesehatan mentalnya.

3. Menjadi lebih posesif

Anak dari keluarga broken home cenderung akan menjadi lebih posesif dalam lingkungan pertemanan atau percintaan. Hal ini dikarenakan anak broken home secara emosional lebih haus kasih sayang karena tidak mereka dapatkan dari keluarganya. Selain itu, anak broken home juga cenderung memiliki rasa cemburu yang berlebihan pada orang di sekitarnya.

4. Sulit percaya dengan orang lain

Menurut sebuah penelitian, anak broken home akan sulit percaya dengan orang lain dan akan selalu merasa bahwa ia sedang dibohongi. Perasaan sulit menaruh kepercayaan pada orang lain ini dapat menyebabkan anak mudah frustrasi dan sering berkecil hati saat berhubungan dengan orang lain.

5. Kehilangan kasih sayang

Dampak broken home juga akan membuat anak merasa kehilangan kasih sayang. Rasa kehilangan yang dialami oleh anak broken home bukanlah kehilangan yang bisa di dapat atau dikembalikan seperti semula. Anak broken home akan merasa tidak ada sosok yang dapat menggantikan peran tersebut dan merasa tidak diperhatikan.

6. Trauma untuk menjalin hubungan dengan orang lain

Kondisi parah dari dampak broken home pada anak, dapat menyebabkan trauma untuk menjalin hubungan dengan orang lain. Berdasarkan pengalaman yang tidak baik dalam keluarganya, membuat ia ragu dan takut untuk membangun hubungan atau berkeluarga nantinya.

Mencegah dampak broken home pada anak

Keluarga yang mengalami broken home dapat berpengaruh pada anak, secara tidak langsung kondisi ini akan mempengaruhi psikis anak, bahkan tidak jarang dampak broken home pada anak bisa bersifat negatif yang nantinya dapat mempengaruhi masa depan anak. Lalu apa yang bisa dilakukan orangtua untuk mencegah dampak tersebut?

· Hindari memperlihatkan keributan di depan anak

· Ajari anak untuk berpikir positif

· Jangan biarkan anak menyalahkan dirinya sendiri

· Luangkan waktu untuk mendengarkan curahan hati anak

· Ajari anak untuk mencoba hal-hal baru yang menyenangkan

· Jaga keharmonisan keluarga

· Bawa ke psikologi anak jika psikisnya terganggu.

Nah, melihat dari dampak buruk yang ditimbulkan akibat ketidakharmonisan tersebut, alangkah baiknya kita saling menjaga silaturahmi di dalam kehidupan berumah tangga. Dari mulai bermain dengan anak, melakukan hal yang positif bersama keluarga, dan lainnya. Hindari terlalu sibuk dengan pekerjaan yang menyebabkan kita kehilangan waktu bersama sang anak. Dan juga, hindari mempermasalahkan sesuatu yang menimbulkan keributan di depan anak.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image