Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Tri Wahyu Handayani

Paket Internet Cepat Memudahkan Orang Tua Mencari Informasi Parenting

Eduaksi | Thursday, 09 Feb 2023, 19:35 WIB
sumber gambar: pexels, Mart Production

Beberapa bulan terakhir grafik penyebaran pandemi di beberapa media online menunjukkan garis yang mulai menurun. Walau demikian vaksinasi utama dan booster tetap disiapkan oleh Puskesmas atau klinik kesehatan bagi siapa saja yang sudah tercatat di aplikasi Peduli Lindungi. Sedangkan bagi anak-anak tentu saja bisa mendaftarkan untuk vaksinasi juga.

Kegiatan belajar-mengajar yang sejak dua tahun ini berlangsung secara daring melalui paket internet cepat, satu demi satu mulai kembali ke aktivitas luring.

Masih melekat dalam ingatan kita, betapa pusingnya orang tua yang harus mendampingi anak-anak yang sekolah dari rumah secara online, untuk mencegah penyebaran pandemi. Begitu pula, saya sebagai pengajar harus mengajar dari rumah sekaligus juga memantau anak-anak yang berkegiatan di rumah.

Hal ini tentu saja berimbas pada pola parenting orang tua masa kini. Akan ada kebiasaan berbeda yang semula luring, lalu daring, lalu kembali berkegiatan di luar rumah.

Menimbang apa saja yang perlu dilakukan oleh orang tua di masa datang, maka perlu panduan parenting terkini 2023, yaitu:

Cari Informasi Parenting

Parenting adalah pola asuh orang tua terhadap anak meliputi kebutuhan fisik dan psikologi. Kebutuhan fisik merupakan makanan dan minuman yang harus memenuhi gizi agar anak tumbuh sehat. Tahu kan bahwa Indonesia merupakan negara nomor tiga di dunia yang terdampak stunting. Sebagai orang tua kita perlu mencari informasi yang tepat melalui paket internet cepat, misalnya menu sehat dan lezat bagi keluarga tersayang.

Informasi parenting bukan hanya hal fisik, karena parenting juga tentang kebutuhan psikologi berupa kasih sayang, rasa aman, dan menstimulasi berbagai kecerdasan anak. Bila dulu, satu-satunya sumber informasi parenting adalah meniru Ibu atau apa yang disarankan oleh keluarga. Maka sekarang sebagai orang tua bisa mendapatkan informasi berbagai sumber, melalui buku parenting, webinar, dan informasi online lainnya. Di era yang serba digital sekarang ini, anak perlu pendampingan orang tua agar tak terkena pengaruh negatif. Mudahnya menggunakan internet mempunyai dua sisi yang perlu hati-hati menanggapinya

Pantau Dan Kembangkan Berbagai Kecerdasan Anak

Dulu pola pikir orang tua, anak yang cerdas adalah anak yang pandai matematika, sehingga berbagai jalan diupayakan melalui les-les agar memenuhi standar orang tua. Ternyata zaman telah berubah, melalui ilmu psikologi dan pengetahuan tentang tumbuh kembang, kecerdasan manusia itu bermacam-macam. Seseorang bisa cerdas akan suatu hal, tetapi lemah pada hal lain. Nah, berikut adalah kecerdasan manusia yang terdiri dari beberapa kategori yaitu:

 

  • Kecerdasan linguistik: kemampuan berbicara, memahami bahasa, dan menulis.
  • Kecerdasan logika-matematika: kemampuan berpikir logis, menyelesaikan masalah matematis, dan memahami konsep abstrak.
  • Kecerdasan spatial: kemampuan memvisualisasi objek dalam ruang dan memahami hubungan antar objek.
  • Kecerdasan kinestetik: kemampuan mengontrol dan mengelola gerakan tubuh.
  • Kecerdasan musikal: kemampuan memahami dan menciptakan musik.
  • Kecerdasan interpersonal: kemampuan memahami dan bekerjasama dengan orang lain.
  • Kecerdasan intrapersonal: kemampuan memahami diri sendiri dan emosi.
  • Kecerdasan naturalistik: kemampuan memahami dan berinteraksi dengan lingkungan alam.

Nah, kan, ternyata kategorinya banyak. Jadi tidak perlu khawatir bahwa seorang anak tidak menonjol di kecerdasan logika-matematika, tetapi bisa saja dia mempunyai kecerdasan musikal yang prima. Sebagai orang tua kita bisa mencari banyak sekali informasi untuk menstimulasi kecerdasan tersebut.

Untuk mengetahui anak-anak kita kemampuan kecerdasannya lebih menonjol yang mana, tentu saja harus melalui serangkaian tes oleh psikolog. Tetapi kita sebagai orang tua tentu saja bisa mencari informasi yang tepat melalui paket internet cepat dari IndiHome.

Layanan digital dari Telkom Indonesia ini menyediakan Internet, telepon rumah dan TV Interaktif/IPTV (IndiHome TV) dengan beragam pilihan paket serta layanan tambahan yang bisa dipilih sesuai kebutuhan kita. Saat ini, jaringan IndiHome sudah tersebar di seluruh wilayah Indonesia, dan terus berinovasi untuk memenuhi kebutuhan internet yang lebih baik bagi masyarakat.

Stop Membandingkan Anak

sumber gambar: pexels, Julia M. Cameron

Berkat paket internet cepat, kita mudah sekali mendapatkan informasi yang tayang di media sosial. Seringkali kita terpesona dengan anak orang lain, anak artis, atau siapapun yang cantik, imut, cerdas, dan sebagainya. Sehingga kita lalu membandingkan dengan anak sendiri dan tanpa sadar kecewa dengan kondisi anak yang mungkin tidak sama dengan anak orang lain. Sering sekali terjadi “mom’s war” berkepanjangan di media sosial. Misalnya antara anak kurus vs anak gemuk, anak jago matematika vs anak pandai bahasa Inggris, dan banyak lagi.

Sebuat artikel kesehatan dari media online menjelaskan bahwa membandingkan anak dengan orang lain, bahkan dengan orang tua sendiri sebetulnya naluri dasar manusia.

Sama halnya saya dulu, sih

Kedua anak saya memilih jurusan IPS ketika menginjak bangku SMA, padahal saya lulusan perguruan tinggi teknik. Bila saya bertemu teman lama, ada saja yang bertanya, adakah di antara anak saya yang mengikuti jejak saya. Ternyata tidak

Sulung saya kuat di bahasa/ linguistik berprofesi sebagai digital marketing dalam bahasa Inggris, sedangkan adiknya kuat di visual dan berprofesi sebagai ilustrator buku anak.

Sering juga secara tak sadar, orang tua membandingkan kakak-adik dalam satu keluarga, atau anak dengan sepupunya. Walaupun persaingan dalam keluarga (sibling rivalry) boleh dibilang sangat wajar.

Membandingkan anak dengan orang lain bila berlarut-larut ternyata dapat menimbulkan dampak sebagai berikut:

Kurang Percaya Diri dan Sering Berpikiran Negatif

Memupuk rasa percaya diri memang PR bagi orang tua dan harus dipupuk sejak usia dini. Itu sebabnya orang tua harus selalu menggali potensi buah hati dan memperhatikan kecerdasan apa yang bisa dikembangkan semakin optimal.

Anak yang kurang percaya diri dan tidak pernah diapreasiasi oleh orang tuanya akan menjadi orang dewasa yang selalu merasa cemas, takut gagal, dan tidak pernah bangga akan dirinya.

Hubungan Dengan Orang Tua Tidak Hangat

Sebagai orang dewasa saja bila ada yang membandingkan dengan orang lain, ada dua kemungkinan, kita terpacu untuk lebih baik atau menjauh dari lingkungan.

Begitu pula dengan anak, yang jiwanya masih rapuh dan perlu bimbingan.

Orang tua yang sering menyindir membandingkan dengan anak lain, membuat anak merasa disudutkan dan tidak didukung. Efeknya adalah anak menjadi setres dan tidak dekat dengan orang tuanya.

Menghambat Talenta

Paling penting dari efek orang tua yang sibuk memperhatikan anak orang lain, jadi terlewat untuk menggali potensi anak sehingga terhambat talentanya. Sering terjadi yang mengetahui talenta anak justru orang lain, misalnya guru di sekolah, teman bermain, atau kakek-nenek.

Di sinilah pentingnya orang tua yakin bahwa setiap anak mempunyai kelebihan dan potensi masing-masing dan mendapatkan kasih sayang yang sama.

Penutup

Ilmu parenting berkembang dari zaman ke zaman. Pola asuh orang tua kita, belum tentu bisa diterapkan sepenuhnya ke anak-anak sendiri. Itu sebabnya selalu ada buku-buku parenting baru yang disesuaikan dengan zamannya. Berpegang pada agama bisa menjadi salah satu panduan parenting yang tak lekang oleh zaman.

Di tengah era digitalisasi di semua bidang berpengaruh pula pada komunikasi jaringan melalui paket internet cepat yang merebak pada generasi muda. Mau tidak mau, orang tua harus ikut belajar dan menolak gaptek, agar tidak ketinggalan zaman.

Semoga bermanfaat.

Sumber:

https://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20190710101136-284-410775/7-panduan-parenting-dari-harvard-university

https://www.prenagen.com/id/tips-parenting-untuk-orang-tua

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image