Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image ubed bagus razali

Satu Abad Perjalanan NU Membangun Peradaban Dunia

Agama | Thursday, 09 Feb 2023, 11:24 WIB

Nahdlatul Ulama (NU) lahir pada 31 Januari 1926 Masehi atau yang bertepatan dengan tanggal 16 Rajab 1344 Hijriyah. Sehingga berdasarkan penanggalan hijriyah saat ini NU telah berusia usia 100 tahun atau 1 abad. Kontribusi NU dalam membangun peradaban dunia sejak awal berdiri hingga saat ini sangat dapat dirasakan manfaatnya.

Sejarah lahirnya NU sendiri tidak terlepas dari komitmen para ulama di Indonesia untuk menjaga kemurnian ajaran Islam dari pengaruh syirik dan bid’ah. Sebab, Raja Arab Saudi, yaitu Raja Abdul Aziz bin Abdurrahman al-Saud (Ibnu Saud), berencana menjadikan madzhab Wahabi sebagai madzhab tunggal di Hijaz (Mekkah dan Madinah). Sehingga, hal itu membuat banyak para ulama yang beribadah di Hijaz dengan madzhab selain Wahabi dibunuh. Selain itu, berbagai tempat bersejarah Islam, seperti: rumah dan makam Nabi Muhammad SAW serta para sahabat juga hendak dibongkar.

Ditengah kondisi Hijaz yang sangat memprihatinkan tersebut, maka para ulama Indonesia yang menganut madhzab Ahlussunnah wal Jamaah sepakat untuk mengirimkan utusan guna menyampaikan keberatan terhadap Raja Ibnu Saud yang hendak menjadikan Wahabi sebagai madzhab tunggal di Hijaz. Namun, untuk mewujudkan hal tersebut diperlukan adanya sebuah organisasi sebagai tempat bernaung bagi perwakilan para ulama yang akan berangkat ke Hijaz tersebut. Sehingga, didirikanlah NU pada 31 Januari 1926 Masehi yang bertepatan tanggal 16 Rajab 1434 Hijriyah untuk mengirim Komite Hijaz menemui Raja Ibnu Saud. Berkat perjuangan para muassis (pendiri) NU itu peradaban Islam yang tercermin dalam tempat serta benda-benda bersejarah peninggalan Nabi Muhammad SAW dan para sahabat dapat terjaga dengan baik hingga saat ini.

Perjalanan NU dalam menjaga peradaban dunia tidak hanya berhenti sampai disitu saja. Tahun 1965 KH. Idham Chalid (Ketua MPRS), KH. Achmad Sjaichu (Ketua DPR RI) beserta KH. Saifuddin Zuhri (Menteri Agama), yang juga termasuk Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), tampil sebagai motor penggerak di dalam pelaksanaan Konferensi Islam Asia Afrika (KIAA) di Bandung yang kemudian melahirkan Organisasi Islam Asia Afrika (OIAA). OIAA bertujuan untuk menjalin ukhuwah silaturrahim antar negara-negara Islam di Asia dan Afrika.

NU semakin menunjukkan eksistensinya dalam membangun peradaban dunia pada saat KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur) menjadi Ketua Umum PBNU. NU tampil dengan gagah ke pentas internasional dengan menjembatani penyelesaian konflik antara Israel dan Palestina serta membendung gerakan radikalisme yang terjadi di Timur Tengah. Bahkan, NU juga aktif menjaga perdamaian dunia melalui World Conference on Religion and Peace (WCRP).

Pada era KH. Hasyim Muzadi, NU semakin melebarkan sayapnya. Sebab, KH. Hasyim Muzadi aktif membentuk Pengurus Cabang Istimewa (PCI) NU di berbagai negara. Bahkan, KH. Hasyim Muzadi berhasil membentuk PCI NU di 24 negara, seperti Amerika, Inggris, Jepang, Arab Saudi, Sudan, dan sebagainya. NU dibawah nahkoda KH Hasyim Muzadi juga menginisiasi pertemuan para ulama Sunni dan Syiah moderat dalam International Conference of Islamic Scholars (ICIS). Konferensi internasional itu bertujuan untuk membangun perdaban dunia melalui perdamaian.

Selanjutnya, pada saat KH. Said Agil Siradj menjabat sebagai Ketua Umum PBNU, NU juga mengadakan International Summit of Moderete Islamic Leaders (ISOMIL). Dalam acara yang mempertemukan 35 ulama internasional dari 30 negara tersebut NU mengusung konsep Islam Nusantara sebagai solusi untuk membangun peradaban dunia melalui perdamaian antar umat beragama. Konsep Islam Nusanstara tersebut berhasil menginspirasi beberapa negara di Eropa untuk mendirikan organisasi seperti NU di negaranya masing-masing.

Dibawah komando KH. Yahya Cholil Staquf, NU semakin menunjukkan komitmennya di dalam membangun peradaban dunia. Dengan memanfaatkan momentum Indonesia sebagai presidensi G-20, NU menghelat R-20 (Religion of Twenty 2022). Dihadapan para pemimpin agama, baik dari negara-negara anggota maupun diluar anggota G-20, NU mendorong para pemimpin agama untuk menyelesaiakan permasalahan kemiskinan, kesenjangan global, dan polarisasi bidang sosial, politik, ekonomi yang terjadi di dunia saat ini. NU juga untuk mengajak dunia bangkit dari keterpurukan akibat pandemi Covid-19 serta perang antara Rusia dan Ukraina yang mengancam terjadinya krisis pangan serta energi.

Selain itu, dibawah kepemimpinan KH. Yahya Cholil Staquf, NU juga mengadakan Muktamar Internasional Fiqih Peradaban I. Muktamar Internasional Fiqih Peradaban I yang digelar pada peringatan 1 Abad NU tersebut merekomendasikan agar umat Islam tidak lagi mengikuti pandangan lama yang berakar pada tradisi fiqih klasik untuk mendirikan negara Khilafah. Sebab, upaya untuk mendirikan negara Khilafah seperti yang terjadi dalam pendirian negara Islamic State of Iraq and Syria (ISIS), justru berakhir dengan kekacauan. Hal tersebut juga sangat bertentangan dengan tujuan agama Islam (maqashidu syariah) yang tercermin dalam 5 prinsip, yaitu: menjaga nyawa, menjaga agama, menjaga akal, menjaga keluarga, dan menjaga harta.

Untuk itu, maka memasuki abad ke-2 ini NU mendorong umat Islam untuk menempuh visi baru. Visi yang didasarkan pada konsep fiqih kontemporer, yaitu mencegah eksploitasi atas identitas agama, menangkal penyebaran kebencian antargolongan, mendukung solidaritas, dan saling menghargai perbedaan. Sebab, untuk mewujudkan kemaslahatan umat Islam se-dunia (al-ummah al-islamiyyah) adalah dengan memperkuat kesejahteraan dan kemaslahatan seluruh umat manusia, baik muslim atau non-Muslim, dan mengakui persaudaraan seluruh manusia (ukhuwah basyariyyah). Dengan begitu, maka akan lahir tatanan dunia yang adil dan harmonis dengan didasarkan pada penghargaan atas hak-hak yang setara sesuai ajaran agama Islam.

#lombanulisretizen #lombavideorepublika #satuabadnu #akudannu

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image