Meredam Dendam, Menenggelamkan Kelamnya Kehidupan
Agama | 2023-02-07 08:01:20Sekitar, Januari 2022, karena melanggar aturan status visa dan protokol kesehatan terkait vaksinasi Covid-19, Novak Djokovic, petenis internasional asal Serbia dideportasi dari Australia seraya dijatuhi sanksi berupa larangan masuk Australia selama tiga tahun. Peristiwa ini selain membuatnya memendam rasa malu juga menghambat dirinya mengikuti ajang turnamen tenis untuk mendapatkan rekor gelar Grand Slam ke-21 di Melbourne.
Menjelang akhir tahun 2022, pemerintahan Australia mencabut sanksi bagi Novak Djokovic. Pada Januari 2023, pemerintah Australia memperbolehkan Petenis berusia 35 tahun tersebut masuk Australia untuk mengikuti Adelaide International, turnamen pemanasan sebelum ia turun di Grand Slam pembuka musim di Australian Open.
Pencabutan larangan tersebut bukan hanya menggembirakan Novak Djokovic, namun juga menggembirakan bagi para penggemarnya. Kedatangannya mendapatkan sambutan hangat dari para penggemarnya, bahkan ia tetap mendapatkan sambutan hangat ketika menelan kekalahan di pertandingan nomor ganda Adelaide International, Januari 2023.
Selain permainan tenisnya yang memikat, satu hal lain yang menarik dari Novak Djokovic adalah ketangguhannya dalam meredam sikap dendam. Ia tak merasa dendam ketika dipermalukan pemerintah Australia yang mendeportasi dirinya.
Ia mengatakan bahwa dirinya tidak menyimpan dendam bahkan sudah melupakan insiden tahun lalu ketika dia dilarang tampil di Melbourne hingga akhirnya dideportasi dari Australia.
“Itu terjadi 12 bulan yang lalu dan artinya itu sudah lama. Saya telah melupakannya dan menatap ke depan,” ujar dia.
“Tak ada alasan bagi saya untuk fokus ke sana...apa yang menjadi fokus Anda, itulah yang akan terjadi. Jika Anda berfokus terhadap hal-hal negatif, maka itulah yang akan terjadi jadi saya tidak ingin seperti itu.”
“Saya tidak menyimpan dendam, saya di sini untuk bermain tenis, menikmati pertandingan olahraga dan menyebarkan energi yang baik,” katanya lagi (www.republika.co.id, Selasa, 03 Januari 2023, 18:00 WIB)
Berbeda dengan Novack Djokovic, Mantan Wali Kota Blitar, Jawa Timur, Samanhudi Anwar ia menumpahkan rasa dendamnya dengan menjadi dalang perampokan di rumah kediaman Wali Kota Blitar saat ini, Santoso.
Polda Jatim mengungkap dugaan motif perampokan itu. Kasubdit III Jatanras Ditreskrimum Polda Jawa Timur AKBP Lintar Mahardono menduga motif yang dilakukan Samanhudi Anwar karena sakit hati.
“Yang bersangkutan (Samanhudi) menceritakan terkait sakit hati dan dendam pribadinya (terhadap Santoso),” kata Lintar di Mapolda Jatim, Surabaya, Senin.
Lintar menjelaskan perampokan itu bermula ketika Samanhudi bertemu dengan eksekutor perampokan saat mereka masih sama-sama ditahan di Lapas Kelas II A Sragen. Saat itu, Samanhudi menceritakan kalau dirinya sakit hati dan punya dendam pribadi terhadap Santoso. (www.republika.co.id, Senin, 30 Januari 2023, 21:04 WIB)
Secara sederhana, kita dapat menggarisbawahi kata kunci dari peristiwa yang dialami Novack Djokovic dan Samanhudi Anwar. Pengelolaan dendam dengan baik, mampu mengambil hikmahnya secara positif, dan mampu meredam rasa dendam dengan hati terbuka untuk memberi maaf akan menjadikan diri terhormat dan meraih kehidupan yang berharga dan berkualitas.
Sementara itu, ketika rasa dendam tidak dikelola dengan baik, mengikuti keinginan diri untuk melakukan balas dendam, melakukan teror atau mencelakakan orang lain, sikap ini bukan hanya akan menjadikan orang lain celaka, tapi juga akan menjadi bumerang. Sikap inilah yang didapatkan Samanhudi Anwar. Kini ia menjadi tersangka dalang perampokan, sementara orang yang “diterornya” dalam hal ini Wali Kota Blitar saat ini, Santoso dan keluarganya selamat.
Jika kita menelusuri perjalanan dakwah Rasulullah saw, kemampuan meredam dendam dan memberi maaf merupakan metode dakwah ampuh untuk memperlihatkan kebebasan dan kemuliaan Islam. Allah swt menghargai orang-orang yang memiliki kemampuan diri untuk meredam dendam dan memberi maaf kepada orang-orang yang pernah menyakitinya.
Rasulullah saw senantiasa memaafkan dan mendo’akan kebaikan kepada orang-orang yang pernah menyakitinya. Ia tak pernah mengucapkan kata-kata jelek kepada orang-orang yang membenci, menghina, bahkan kepada orang yang pernah beniat membunuhnya.
Semua kalangan mengakui akan kemuliaan orang-orang yang mampu meredam dendam dan memberi maaf kepada orang-orang yang pernah menyakitinya. Karenanya, sikap tersebut merupakan sikap yang bersifat universal yang dikagumi semua orang. Siapapun yang memiliki sikap tersebut selain akan dikagumi semua orang, juga akan dapat meraih kehidupan yang positif.
Dalam buku Alcoholics Anonymous, sebuah buku motivasi penyembuhan bagi para pecandu minuman beralkohol yang diterbitkan Alcoholics Anonymous World Services, Inc, Amerika disebutkan, kemampuan meredam rasa dendan dan memberi maaf kepada orang-orang yang telah mengecewakan dan menyakiti diri dapat menghindarkan seseorang dari kebiasaan mengkonsumsi minuman beralkohol.
Dalam Bab ke-14 (hal. 544) dari buku tersebut dengan judul Freedom From Bondage, dikisahkan seorang wanita yang kecanduan mengkonsumsi minuman beralkohol. Hampir setiap hari ia minum sampai terkapar mabuk. Ketika ia sadar akan perilaku buruknya, ia berkonsultasi kepada dokter dan psikiater.
Salah satu saran yang ia dapatkan adalah, agar dapat meninggalkan kebiasaan buruknya, ia harus meningkatkan kepekaan spiritual. Salah satu kepekaan spiritual adalah kemampuan meredam dendam dan mampu memberi maaf kepada orang-orang yang pernah mengecewakan dan menyakiti diri.
Berhari-hari ia merenungkan saran dari dokter dan psikiater tersebut. Ia menyadari, mengkonsumsi minuman beralkohol sampai mabuk meruapakan pelarian dari rasa kecewa dan sakit hati terhadap orang tua dan keluarganya. Sejak ia kecil sampai dewasa kehidupannya penuh dengan rasa sakit dan kekecewaan.
Ia menyadari akan kekeliruannya, dan berusaha memaafkan orang-orang yang pernah mengecewakan dan menyakiti dirinya. Ia berusaha membalas perlakukan orang-orang yang pernah mengecewakan dan menyakitinya dengan mendo’akan kebaikan bagi mereka. Setelah ia melakukan saran dari dokter dan psikiater, ia dapat hidup normal, tanpa minuman beralkohol. Ia pun dapat hidup dengan penuh ketenangan.
Ia mengatakan, “jika Anda memiliki dendam yang ingin Anda lepaskan, jika Anda ingin berdo’a untuk orang atau hal yang Anda benci, Anda akan bebas. Jika di dalam do’a, Anda meminta agar segala sesuatu yang Anda inginkan diberikan kepada mereka, Anda akan bebas. Mintalah dalam do’a-do’a Anda kesehatan, kemakmuran, kebahagiaan bagi mereka yang pernah menyakiti dan mengecewakan Anda, maka Anda akan bebas.”
Al-Qur’an telah lebih dahulu menyebutkan, mengendalikan amarah, meredam dendam akan menjadikan kehidupan semakin mulia dan bahagia. Allah menyediakan kebahagiaan dan sorga bagi orang-orang yang mampu meredam amarah dan dendam. Dengan kata lain meredam dendam dapat menenggelamkan kelamnya kehidupan yang menimpa kita.
“Bersegeralah menuju ampunan dari Tuhanmu dan surga (yang) luasnya (seperti) langit dan bumi yang disediakan bagi orang-orang yang bertakwa, (yaitu) orang-orang yang selalu berinfak, baik di waktu lapang maupun sempit, orang-orang yang mengendalikan kemurkaannya, dan orang-orang yang memaafkan (kesalahan) orang lain. Allah mencintai orang-orang yang berbuat kebaikan.” (Q. S. Ali Imran : 133 -134).
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.