Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Azizan Naufal Awdi Cahya

Psikoterapi Shalat untuk menjaga kesehatan mental kita

Agama | Friday, 17 Dec 2021, 00:36 WIB
Sumber : : NU Online/Suwitno

Halo sahabat Republika, salam kenal nama aku azizan, biasanya orang-orang memanggil aku dengan sebutan sayang, eh maksud aku zan, maaf sedikit freak yaa hehe...

Kita langsung mulai saja ya sahabat republika, jadi disini aku akan membahas tentang Psikoterapi Shalat untuk menjaga kesehatan mental kita. Sebelumnya sudah tahu maksud dari Psikoterapi belum? apa itu Psikoterapi Shalat? dan apa pengaruh Psikoterapi Shalat terhadap kesehatan mental kita? kalau belum tau, simak pembahasan dibawah ini.

Apa itu Psikoterapi?

Jadi, Psikoterapi adalah sebuah upaya penyembuhan untuk masalah yang berkaitan degan pikiran, perasaan, dan perilaku. Psikoterapi dapat juga disebut dengan istilah penyembuhan, pengobatan, atau perawatan yang prosesnya secara formal interaksi antara dua pihak atau lebih, yang satu merupakan orang yang ditolong bahwa interaksi itu menuju ke perubahan atau penyembuhan. Terapi kejiwaan, terapi mental, atau terapi pikiran.

Apa itu Psikoterapi Shalat?

Sholat merupakan rukun Islam yang kedua, yaitu ibadah yang wajib dilakukan oleh setiap muslim setiap harinya. Dalam praktiknya, ternyata shalat memiliki manfaat yang dapat dirasakan. Salah satunya adalah memberikan efek ketenangan pikiran. Pernyataan ini tentu bukan tanpa alasan, banyak kajian psikologi yang mengungkapnya berdasarkan kajian ilmiah, yakni dengan istilah 'religious therapy'.

Terapi religi merupakan bagian dari cabang psikoterapi (terapi psikiatri). Menurut penelitian Dedy Susanto yang berjudul Psikoterapi Religius sebagai Strategi Dakwah Mengatasi Perbuatan Sosiopatik (2013), terapi religi merupakan obat untuk pola perilaku menyimpang dengan pendekatan agama.

Seperti yang kita ketahui, setiap manusia selalu dilanda berbagai masalah tentang kehidupan, seperti kegagalan dalam hal karir, ekonomi, dan masalah sosial lainnya. Tak jarang akibat dari masalah tersebut akan mengalami gangguan jiwa, sehingga berdampak pada kesehatan fisik, maupun mental, serta dalam pergaulan.

Sangat penting untuk kita agar selalu merilekskan pikiran yang mengalami gejala stres berat. Dan sangat penting juga bagi kita untuk selalu memperhatikan kondisi diri dalam menghadapi masalah yang ada. Oleh karena itu, diperlukan terapi mental agar pengembangan, pemberdayaan potensi, dan kecerdasan fitrah manusia dapat dikondisikan secara stabil.

Apa pengaruh Psikoterapi Shalat terhadap kesehatan mental kita?

ritual shalat adalah ibadah yang bisa menjadi praktik terapi mental yang sangat sederhana. Melalui doa, manusia dapat berkomunikasi secara langsung antara seorang hamba Allah SWT tanpa ada hambatan komunikasi yang dapat dipisahkan.

Dalam praktiknya, shalat memiliki aturan khusus yang dapat menjaga akal manusia yang melakukannya. Oleh karena itu, sangat sulit bagi kita untuk khusyuk dalam berdoa, yaitu konsentrasi pikiran pada satu titik dengan segala kerendahan hati sebagai bentuk penghambaan kepada Allah.

Menurut Ibnu Hajar Ansori dkk dalam penelitian yang berjudul Psikologi Doa (2019), ketika seseorang berkonsentrasi, ia akan mengendalikan dirinya, baik dari segi tindakan maupun pikiran. Pengendalian diri ini merupakan metode pengendalian emosi dan impuls yang terdapat dalam dirinya. Melalui kontrol emosi, seseorang dapat mengarahkan energi emosional ke saluran ekspresi yang berguna.

Seperti halnya orang yang sedang shalat harus melihat ke tempat sujud, yaitu pada titik tertentu ketika berdiri. Melihat kedua telapak kaki ketika rukuk, melihat ujung hidung ketika sujud, dan lain-lain, berarti ada sudut pandang yang tetap pada setiap gerakan shalat agar pandangan orang yang mengerjakannya tidak terpecah sehingga dapat mempengaruhi konsentrasi.

Dalam praktik Shalat terdapat sebuah manfaat yang berguna untuk kesehatan kita. Hampir seluruh bagian anggota tubuh merasakan manfaat shalat, dari segi fisik sudah jelas shalat memberikan manafaat untuk kebugaran jasmani, kemudian dari segi fikiran shalat juga memberikan banyak manfaat untuk kita yaitu mendapatkan ketenangan dan melatih kita dalam konsentrasi, selanjutnya manfaat shalat yang diberikan kepada hati lebih banyak juga karena shalat melatih kita untuk selalu bersikap ikhlas, khusyu' dan memberikan pelajaran mengenai ketenangan yang sempurna.

Sangat jelas bahwa Allah telah menekankan pentingnya shalat dalam kehidupan sehari-hari. Salah satunya dalam surat Al-Ankabut ayat 45 :

اتْلُ مَا أُوحِيَ إِلَيْكَ مِنَ الْكِتَابِ وَأَقِمِ الصَّلَاةَ ۖ إِنَّ الصَّلَاةَ تَنْهَىٰ عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ ۗ وَلَذِكْرُ اللَّهِ أَكْبَرُ ۗ وَاللَّهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُونَ

"Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu al-Kitab (Al-Qur’an) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadah-ibadah yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.

Dengan demikian, sangat mudah bagi kita yang sedang dilanda stres untuk melakukan terapi mental yang sangat sederhana ini, yaitu membiasakan sholat lima waktu. Mungkin masih banyak dari kita yang suka menunda waktu sholat atau bahkan meninggalkannya

Oke, gimana sahabat republika? sudah mengerti bukan ? baik sampai sini saja dulu pembahasan tentang Psikoterapi Shalat untuk menjaga kesehatan mental kita, jangan dibaca aja yaa tetapi harus di praktikkan juga di kehidupan sehari-hari .

Referensi

Choiriyah, N. (2015). PSIKOTERAPI SHOLAT: FUNGSI SHALAT DALAM KLINIK PENGOBATAN GARANG ARANG SIDOARJO (Doctoral dissertation, UIN Sunan Ampel).

https://islam.nu.or.id/shalat/manfaat-shalat-berdasarkan-kajian-psikoterapi-VR0wV

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image