GreenFaith Indonesia Gelar Training Anak Muda dan Perempuan untuk Perjuangkan Keadilan Iklim
Agama | 2023-02-06 08:54:32Palembang – GreenFaith Indonesia menggelar training untuk kaum muda dan perempuan lintas iman dengan tema Membangun Akar Rumput, Gerakan Multi-Agama untuk Keadilan Iklim, di Aula Stikes Aisyiyah Palembang, Minggu (5/2/2023).
Pembukaan Kegiatan diikuti oleh lebih dari 100 mahasiswa dari lintas agama yang ada di Palembang. Tujuannya, untuk membangun kesadaran anak muda terhadap ancaman bencana dan krisis iklim.
Acara ini dihadiri langsung oleh Ketua Stikes Aisyiyah Palembang Khoirin, SKM., M.Kes, Wakil Ketua PW Aisyiyah Sumsel Dra. Hj. Zuammah, BA, dan Ketua Pelaksana kegiatan, M Aditya Salam. Hadir sebagai pemateri dalam training ini yaitu Hening Parlan sebagai Fellow GreenFaith International, Muchtaruddin Muchsuri selaku Wakil Ketua Majelis Lingkungan Hidup Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Sumatera Selatan, David Efendi sebagai Wakil Sekertaris Lembaga Hikmah dan Kebijakan Publik Pimpinan Pusat (LHKP PP) Muhammadiyah, dan Parid Rdiwanuddin dari Eknas Walhi.
Dalam pembukaannya, Hening menjelaskan GreenFaith adalah lembaga internasional multi agama yang bekerja untuk merawat bumi dan sesama. Ada 84% umat beragama di Indonesia dan semua agama mengajarkan nilai -nilai dan spirit bagaimana merawat bumi. Keyakinan dan spiritualistas ini akan memberi kekuaran kekuatan untuk menghadapi tantangan besar dan mengubah dunia menjadi lebih baik dari dampak perubahan iklim. Namun selama ini nilai-nilai dan spirit ini belum menjadi gerakan bersama, oleh karena itu GreenFaith mangajak semua pihak terutama kaum muda dan perempuan untuk menjadi garda terdepan dalam membangun perubahan melalui komunitas lokal, belajar, tumbuh, dan mengambil tindakan dengan penuh kasih, cinta dan adil.
Oleh karena itu tema training membangun akar rumput dimaksudkan agar gerakan dimulai dari kelompok paling rentan untuk memberikan energi, pengetahuan dan aksi yang berdampak pada lingkungan.
GreenFaith juga mengajak pada kelompok masyarakat adat sehingga tidak hanya pada konteks agama, namun juga spiritualitas kelompok – kelompok masyarakat adat atau kepercayaan dalam menjaga bumi, lanjut Hening.
Selain itu, krisis iklim saat ini juga bukan hal biasa, dimana cuaca tidak bisa diprediksi oleh manusia jauh berbeda dari bertahun-tahun yang sebelumnya.
"Kerusakan lingkungan memang dilakukan oleh segelintir orang, namun dampak buruknya telah memperngaruhi semua orang. Masyarakat diminta untuk melawan kerusakan tersebut dengan cara menghidupkan nilai-nilai spiritual untuk menjaga lingkungan," tambahnya.
Menurut David Efendi, gerakan anak muda sangat penting karena sering dinarasikan sebagai agen perubahan. Namun tak hanya itu, anak muda juga menjadi agen pertahanan terhadap ekologi yang saat ini masih ada.
"Apapun yang bisa dilakukan anak muda untuk menjaga lingkungan, mulai dari menulis, industri kreatif dalam bidang apapun, menjadi proses mempertahankan lingkungan," ujarnya.
Parid Ridwanuddin menjelaskan, eksploitasi tiada henti terhadap sumber daya alam yang tidak bisa diperbarui seperti batubara, minyak bumi dan gas bumi menjadi penyumbang kerusakan lingkungan terbesar di Indonesia maupun dunia. "Di dunia internasional, terdapat 100 perusahaan yang menjadi penyebab utama dari 70 persen emisi global. Mereka terdiri dari industri minyak dan gas, batu bara, semen, dan industri fosil lain," ungkapnya.
Masyarakat terutama anak muda sebenarnya sudah menyadari bahwa adanya krisis, bahwa kondisi alam tidak baik-baik saja. Oleh karena itu penting untuk kritis pada krisis, salah satunya dengan gerakan bersama anak muda dalam mengkampanyekan pentingnya memperjuangkan keadilan iklim.
Muchtaruddin juga menyampaikan, pemuda Muhammadiyah diminta untuk memandang bahwa kehidupan adalah anugerah dari Tuhan yang tidak boleh dirusak. "Boleh saja mengambil hasil, namun ada pemanfaatan terbatas, ada pemeliharaan dengan konservasi sumber alam," ujarnya.
Salah satu peserta, Dinar mengatakan, dia mendukung gerakan keadilan iklim yang digelar oleh GreenFaith ini untuk digaungkan kepada anak muda khususnya di Kota Palembang. Menurutnya, selama ini gerakan peduli lingkunga masih kurang diperhatikan oleh pemerintah setempat.
"Sebenarnya gerakan pemuda peduli lingkungan sudah ada di Sumsel, tapi tidak berkelanjutan dan kurang diperhatikan," ujarnya.
Dalam training ini peserta membuat rencana kegiatan kedepan dianataranya adalah membentuk forum muda lintas agama Sumsel, membuat diskusi/kajian ekologi lintas agama, kegiatan urban farming (sayur dan ikan) --zero waste farming, kampanye dan gerakan kurangi plastik untuk perempuan, kegiatan bank sampah atau gerakan zero waste (daur ulang, ubah sampah jadi rupiah), jika ada masalah lingkungan bersama membuat petisi di change.org untuk bangun kesadaran dan solidaritas dan melakukan kampanye media sosial
Dalam testimoninya, Ayu perwakilan dari Agama Hindu menyampaikan bahwa kegiatan ini merupakan kegiatan yang baik dan bisa membangun jejaring anak-anak muda lintas iman yang berani menyuarakan keadilan iklim serta membangkitkan semangat masing-masing agama untuk memperluas gerakanya.*
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.