Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image St Humaira

Menghancurkan Barang, Benarkah Dapat Melepas Stres?

Eduaksi | Thursday, 16 Dec 2021, 08:59 WIB
Desain Canva.com

Di era kehidupan yang semakin modern, stres masih menjadi salah satu permasalahan dalam hidup manusia. Ada berbagai faktor yang membuat rasa stres pada seseorang, misalnya karena faktor pekerjaan, pendidikan, percintaan, hubungan pertemanan, hubungan keluarga, dan keuangan. Stres merupakan suatu kondisi ketika manusia dihadapkan pada suatu persoalan yang dianggap berbahaya atau sulit, lalu tubuh akan memproduksi hormon adrenalin pada manusia yang sedang mengalami stres. Hormon tersebut diproduksi untuk mempertahankan diri. Stres merupakan hal yang lumrah bagi manusia, siapapun dan di usia berapa pun dapat mengalami stres akibat berbagai persoalan hidup.

Dalam menjalani aktivitas kehidupan, stres bisa menjadi persoalan berat apabila telah mempengaruhi kondisi kejiwaan seseorang. Penyaluran stres yang salah dapat berakibat buruk pada orang-orang di sekitar atau pada diri sendiri. Oleh karena itu, seseorang yang sedang mengalami stres harus bisa mengendalikan diri dan segera mengatasi rasa stres yang menimpa dirinya. Ada banyak cara yang dapat dilakukan untuk menghilangkan stres pada seseorang. Cara menghilangkan stres yang tengah menjadi tren saat ini adalah dengan menghancurkan barang.

Menghancurkan barang dianggap sebagai suatu cara self healing yang dapat meredakan stres seseorang. Kini, terdapat beberapa tempat yang menyediakan beraneka macam barang untuk dihancurkan oleh orang-orang yang membutuhkan tempat self healing. Hanya dengan merogoh kocek dalam jumlah tertentu, seseorang dapat menghancurkan barang-barang yang telah disediakan. Dengan menghancurkan barang-barang yang telah disediakan, seseorang akan merasa senang karena telah berhasil menghancurkan barang-barang saat dirinya sedang mengalami emosi marah sebagai bagian dari rasa stres. Adapun, barang-barang yang dihancurkan dalam ruang amarah biasanya merupakan benda rongsokan seperti botol-botol, perangkat elektronik yang rusak, dan lainnya.

Mulanya, tempat untuk menghancurkan barang-barang sebagai tempat self healing atau yang biasa disebut dengan ruang amarah, pertama kali didirikan di Jepang, kemudian diikuti oleh negara-negara lainnya yang turut mendirikan ruang amarah sebagai tempat pelepasan stress bagi orang-orang yang membutuhkan. Bisnis ruang amarah juga kini hadir di Indonesia, masyarakat dapat datang ke tempat tersebut dengan membayar biaya dalam jumlah tertentu agar bisa menyewa ruangan untuk menghancurkan barang-barang yang disediakan. Pengunjung akan dilengkapi dengan kostum pelindung dan alat untuk menghancurkan barang-barang. Setelah berada di dalam ruangan tempat menghasilkan barang-barang, pengunjung dapat dengan bebas menghancurkan barang-barang yang diinginkannya melalui alat yang telah disediakan. Di sinilah proses pelepasan stress dilakukan. Pengunjung akan menyalurkan amarahnya pada benda-benda tersebut dengan cara menghancurkannya.

Bagi sebagian orang cara ini dianggap sebagai cara yang tepat dalam melepaskan stres. Namun, benarkah memecahkan barang-barang dapat melepaskan stres seseorang?

Setelah memecahkan barang-barang, seseorang akan lebih merasa senang dan puas. Namun, pelepasan emosi tersebut hanya pelepasan emosi sesaat. Menghancurkan barang-barang tidak dapat menjadi self Healing yang dapat menghilangkan rasa stres dalam jangka panjang. Rasa stres dan amarah tersebut tetap ada dan dapat kembali meledak suatu waktu. Cara menyalurkan emosi negatif dengan memecahkan barang-barang, justru dapat memberikan dampak buruk bagi seseorang. Perilaku menghancurkan barang-barang saat marah, bisa membuat seseorang mengalami efek kecanduan dengan terus melakukan tindakan tersebut saat dirinya mengalami emosi marah. Hal tersebut tentunya akan sangat berbahaya, jika seseorang tidak dapat mengendalikan dirinya saat dalam emosi marah dan rasa stres yang meledak-ledak. Seseorang yang telah terbiasa melepaskan rasa stres dan amarah dengan cara memecahkan barang-barang, akan terus melakukan tindakan tersebut saat mengalami kondisi yang sama. Hal tersebut dapat menjadi berbahaya ketika seseorang memecahkan barang-barang di tempat yang tidak seharusnya.

Selain itu, penyaluran emosi negatif dengan cara-cara kekerasan pun dapat mendatangkan dampak buruk bagi pelakunya, yakni tidak terselesaikannya permasalahan. Menghancurkan barang-barang hanya bisa membuat emosi marah atau stres tersebut hilang dalam waktu sesaat, namun permasalahan yang dihadapi tetap tidak dapat terselesaikan, jika belum ada tindakan penyelesaian dari orang tersebut. Oleh karena itu, seseorang harus bijak dalam menyalurkan emosi negatif atau rasa stresnya. Penyaluran stres atau rasa amarah dapat dilakukan dengan cara-cara positif yang tidak merugikan diri sendiri atau orang lain. Cara yang dapat dilakukan misalnya dengan relaksasi atau travelling, dan cara-cara lainnya sesuai kebutuhan diri sendiri.

Penyaluran amarah dengan cara memecahkan barang-barang merupakan tindakan kekerasan yang bisa berdampak fatal bagi seseorang yang telah terbiasa menyalurkan emosi dengan cara tersebut. Memecahkan barang memang dapat meredakan stres sesaat, namun rasa stres akan terus terjadi dalam jangka waktu panjang apabila permasalahan yang mengakibatkan stres tidak terselesaikan dengan baik. Daripada melakukan pelepasan stress dengan cara memecahkan barang-barang, masih banyak cara lain yang dapat dilakukan dan tidak merugikan diri sendiri. Namun, jika rasa stres dirasa tidak dapat diselesaikan sendiri, seseorang dapat mendatangi psikolog untuk mendapatkan penanganan yang lebih baik lagi.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image