Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Joko Susanto

Madrasah Kerendahan Hati

Agama | Monday, 23 Jan 2023, 11:00 WIB

Suatu ketika, ada seseorang yang mendatangi Nabi Muhammad SAW untuk berbicara dengan beliau, lantas orang itu gemetar karena gugup. Nabi Muhammad SAW lalu bersabda, "Tenanglah, karena aku ini bukan raja, aku hanyalah anak seorang perempuan yang gemar makan dendeng," (HR Ibnu Majah)

Dalam buku 'Bersama Sang Nabi', (2014), Syekh Salman Al Audah menjelaskan bahwa Rasulullah bukanlah sosok manusia yang gila hormat. Beliau tidak membuat aturan-aturan khusus yang menyulitkan orang lain untuk berhubungan dengannya atau hanya demi menjaga kewibawaannya. Rasulullah lebih memilih untuk menjadi hamba sekaligus rasul (abdan rasulan) dan menolak menjadi raja sekaligus rasul (malikan rasulan).

Beliau biasa berjalan bersama orang-orang kebanyakan, memperbaiki terompahnya, menjahit pakaiannya, pergi ke pasar, membawa sendiri barang-barangnya. Menurut Aisyah Ra, "Beliau selalu mengurus keluarganya. Apabila waktu sholat tiba, barulah beliau keluar." (HR Ahmad)

Begitulah sosok manusia teladan itu bersama dengan segala spontanitas, sifat tawadhu, dan kedekatannya dengan orang-orang awam, sampai-sampai pernah terjadi ada seseorang yang mendatangi Nabi SAW yang sedang bersama para sahabat dan orang itu sampai tidak mengetahui siapakah di antara mereka yang merupakan Rasulullah. Bahkan, kaum Anshar pun, yang kebanyakan belum pernah melihat langsung sosok Rasulullah, ketika Rasulullah tiba di Madinah bersama Abu Bakar setelah melakukan hijrah dari Makkah, mereka tidak mengenali siapakah di antara rombongan itu yang merupakan Rasulullah. Ketika matahari mulai bersinar terik dan Abu Bakar bangkit untuk menaungi beliau, barulah orang-orang Anshar mengetahui bahwa sosok yang dinaungi itu berarti Rasulullah.

Seperti itu pulalah ketika Rasulullah melaksanakan ibadah haji. Beliau berbaur bersama para sahabat, dan sama sekali tidak ingin dibeda-bedakan antara dirinya dengan jamaah lainnya, baik dalam urusan perkemahan, pakaian, fasilitas, maupun penampilan.

Seandainya para 'orang hebat' yang dijadikan panutan masyarakat dewasa ini mengakrabkan diri dengan masyarakat, tidak gila pujian atau ingin perlakuan istimewa, tentunya efeknya akan makin baik dan mengena di tengah-tengah umat dan hal itu sejatinya adalah warisan keteladan dari Sang Nabi. Bukan malah bersikap sebaliknya.

(Namira Surabaya, 23 Januari 2023)

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image