Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Muhammad Azam Nurdiansyah

Perjalanan Menemukan Makna Hidup

Pendidikan dan Literasi | Saturday, 14 Jan 2023, 18:00 WIB

PERJALANAN MENEMUKAN MAKNAHIDUP

Pendahuluan

Hidup harus dijalani dengan ikhlas, apapun yang terjadi. Terkadang hidup naik turun atau lurus dan berliku-liku. Tapi itu bukan masalah selama tujuan kita jelas. Nikmati setiap proses yang ada karena proses adalah pelajaran hidup. Kehidupan manusia selalu penuh dengan kegiatan yang disengaja atau tidak disengaja, direncanakan atau tiba-tiba. Peristiwa atau tindakan ini mengarah pada pengalaman hidup. Padahal pengalaman hidup sendiri pada hakekatnya merupakan hasil belajar. Ada banyak dimensi belajar, misalnya belajar adalah proses perubahan. Perubahan tersebut merupakan proses positif menuju kemajuan atau perbaikan.

Salah satu tekanan hidup yang dapat membebani seseorang adalah ketika seseorang tidak menemukan makna dalam setiap peristiwa dalam hidupnya. Sangat disayangkan ketika setiap peristiwa kehidupan yang dialami seseorang menimbulkan tekanan batin atau menyebabkan perilaku buruk. Ketika seseorang percaya bahwa setiap peristiwa dalam hidup memiliki arti, seberat dan seberat apapun hidup, mereka akan selalu kuat dan siap untuk menyelesaikan masalah yang mereka hadapi. Orang ini memiliki sikap toleran terhadap kehidupan, karena hidup selalu memiliki arti dalam jiwanya. Seseorang yang dapat mengatasi setiap peristiwa, bencana atau kesulitan dalam hidup dan memiliki keyakinan spiritual atau agama, tingkat spiritualnya akan meningkat. Sebaliknya, jika seseorang tidak dapat menyelesaikan semua penderitaan atau bencana, maka dia tidak memiliki tujuan hidup atau tujuan hidup. Orang seperti itu mungkin mengalami sakit mental atau fisik.

Pembahasan

A.MaknaHidup

Pencarian makna tidaklah mudah; pengalaman yang diperoleh kemudian mencari makna. Pencarian makna manusia adalah kekuatan utama hidupnya, bukan "rasionalisasi sekunder" dari bentuk-bentuk naluriah. Makna ini bersifat unik dan spesifik, yang harus dan dapat dipenuhi oleh diri sendiri, semata-mata karena seseorang menerima sesuatu yang penting yang memuaskan hasrat interpretasinya. Tujuan hidup seseorang berbeda dari orang lain setiap hari. Masalahnya, ini tidak berarti makna hidup secara umum, tetapi makna hidup dalam arti hidup tertentu pada saat tertentu (Frankl, 2003:110). Manusia itu unik, artinya manusia berusaha mencari dan menciptakan nilai-nilai yang memberi arti bagi kehidupannya untuk menjaga keseimbangannya. Eksistensi manusia adalah tujuan hidup mereka. Ketika orang tidak mampu menciptakan makna, kesepian, keterasingan atau keterasingan dapat dialami (Yuwono dalam Rochmawati, Hamid, Helena, 2013). Siapapun bisa mengalami kehilangan makna dalam hidup. Kehilangan makna hidup berarti seseorang tidak memiliki arah hidup yang jelas dan tidak tahu harus berbuat apa. Kegagalan untuk menemukan dan memahami makna hidup menyebabkan perasaan frustrasi dan hampa, diikuti oleh emosi negatif seperti perasaan hampa, kering, rasa tidak berarti dalam hidup, rasa tidak berarti, bosan, dan apatis (Bastaman, dalam Napitupulu et al.., 2006). Kehidupan seseorang tidak lepas dari hambatan dan kesulitan, sehingga pendidikan dan pencarian makna hidup menjadi penting. Pencarian makna inilah yang menjadi pusat dinamika kepribadian manusia. Hasrat akan makna atau arti penting dalam hidup merupakan kekuatan pendorong yang fundamental dalam diri manusia (Alfian dan Suminar, 2003). Kehidupan yang bermakna ini ditandai dengan upaya sadar untuk meningkatkan cara berpikir dan bertindak yang positif, serta pengembangan potensi diri secara optimal (fisik, mental, emosional, sosial dan spiritual) untuk meningkatkan kualitas hidup dan mencapai yang diinginkan. citra diri (Bastaman, 2007).

B. Memahami Diri

Setiap orang niscaya ingin mempunyai kepribadian yg lebih baik. Keterampilan apa pun Individu yg mempunyai kesempatan buat berkembang menggunakan mencapai potensi insan yg terpendam. Setiap orang mempunyai potensi tidak selaras yg bisa dikembangkan. Pengembangan potensi diri adalah dambaan setiap individu, lantaran pengembangan potensi diri adalah proses yang sistematis. Konsep diri yg adalah persepsi seorang mengenai dirinya sendiri, akan berpengaruh terhadap apa yg akan mereka lakukan. Jika seorang mempunyai konsep diri yg positif, maka dia akan berusaha buat melakukan sesuatu secara optimal demi mencapai tujuan yg mereka inginkan. Tetapi kebalikannya seseorang yg mempunyai konsep diri yg negatif, maka mereka cenderung kurang optimal pada melakukan sesuatu atau poly diliputi rasa keraguan, sang karenanya output yg mereka peroleh pun cenderung kurang optimal. Konsep diri yaitu seorang yang telah mengetahui dirinya sendiri, baik kekuatan kelemahan, & kebutuhan dirinya. Menurut (Fatimah, 2013) menyatakan bahwa konsep diri adalah persepsi seorang terhadap dirinya sendiri, dimana persepsi ini dibuat melalui pengalaman & interpretasi seorang terhadap dirinya sendiri. Sedangkan konsep diri menurut (Jahja, 2011) yaitu proses mengenali diri sendiri menggunakan cara sosialisasi secara fisik & sosialisasi diri secara non fisik yg lalu dianggap menggunakan pelukisan diri. Lain halnya konsep diri menurut (Clemes & Bean, 2001) bahwa konsep diri akan menaruh dampakterhadap proses berpikir, perasaan, keinginan, nilai juga tujuan hayati seorang. Pembelajaran pada kehidupan bukan milik usia tua saja, tetapi bagi orang belia pun penuh dinamika, orang berumur tua semakin peka pada mempersepsi kehidupan, semakin arif menangkap frekuwensi kehidupan berdasarkan saat ke saat, bagi orang tua buat selalu mencermati keberlangsungan hari demi hari kehidupan keluarganya. Merunuti bepergian diri sendiri barangkali berkaitan menggunakan memori yg dimiliki, & sadar pentingnya arti memori dalam proses menjalani kehidupan. Seiring menggunakan kesadaran yg dihasilkan pada bepergianhayati terkadang insan diberi kesempatan buat menerima kontemplasi sampai menuju keheningan. (Sarwiyono:2007. 49).

Sumber Sitasi

https://ocs.unmul.ac.id/index.php/psikoneo/article/viewFile/3930/2527

R Bahkruddinsyah - Psikoborneo: Jurnal Ilmiah Psikologi, 2016 - e-journals.unmul.ac.id

R Sulistiadi - 2012 - academia.edu

AZ Karim, DR Desiningrum - Jurnal Empati, 2015 - ejournal3.undip.ac.id

Bastaman, H. D. (2007). Logoterapi: psikologi untuk menemukan makna hidup dan meraih hidup bermakna Jakarta: Raja Grafindo Persada.

https://www.edukatif.org/index.php/edukatif/article/view/513/pdf

H Nuraini - 2021 - osf.io

N Sudiyati - 2018 - digilib.isi.ac.id

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image