Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Muhamad Cahya Rizqi

Membangun Ekosistem Pembelajaran Berbasis Digital di Abad 21

Pendidikan dan Literasi | Friday, 13 Jan 2023, 20:22 WIB
Digital literacy (sumber foto : pixabay.com)

Seiring berkembangnya teknologi di era digital, guru mempunyai tantangan yang semakin kompleks. Sudah tidak zaman lagi guru hanya mengandalkan bahan ajar yang tersedia di perpustakaan dan terjajah dengan gaya mengajar yang kuno. Siap tidak siap, guru harus menyesuaikan dengan ekosistem pembelajaran yang dinamis, merancang pembelajaran dengan melibatkan teknologi dan memiliki digital mindset agar sebuah proses perubahan dapat terealisasi. Perubahan merupakan sebuah ketidaknyamanan karena pasti berhadapan dengan berbagai tantangan. Tetapi, apabila tidak ada keinginan untuk melakukan perubahan, maka harus siap dengan sebuah resiko, yaitu ketertinggalan.

Sebaik apapun kurikulum dan insfrastruktur pendidikan apabila tidak didukung dengan kualitas sumber daya manusianya, maka akan menjadi sebuah kesia-siaan. Guru yang masih dihantui dengan pemikiran fixed mindset yang memiliki pola fikir bahwa kecerdasan bersifat statis dan malas berinovasi akan merasa berat untuk melompat jauh dalam bertransformasi. Maka mindset merupakan langkah awal dalam menciptakan sebuah perubahan. Salah satu kompetensi yang harus dimiliki guru di era digital, disamping empat kompetensi guru yang harus dikuasai (pedagogi, sosial, kepribadian dan profesional), yaitu kemampuan dalam mengelola pembelajaran dengan memadukan pengetahuan materi ajar (content knowledge), pedagogig (pedagogical) dan teknologi (technological).

Technological Pedagogical and Content Knowledge atau lebih dikenal dengan istilah TPACK merupakan grand design bagi pelaku pendidikan yang mengedepankan kolaborasi antara teknologi dan pedagogi dalam mengembangkan konten-konten pembelajaran. TPACK pertama kali diperkenalkan Shulman pada tahun 1986 yang banyak dipakai inovasinya oleh praktisi pendidikan di seluruh mancanegara. Hal ini sejalan dengan konsep pendidikan di Abad 21 yang dikumpulkan dalam 4C (Creativity, Collaboration, Critical Thinking, Communication). Output yang dihasilkan tidak hanya sampai pada ranah pengetahuan, tetapi siswa harus diajarkan pada ranah analisis, problem solving dan create.

Salah satu esensi dalam pembelajaran Abad 21 dengan penerapan TPACK adalah aksesibilitas dan fleksibilitas dalam kegiatan pembelajaran untuk mengakomodir kebutuhan dan memberikan ruang yang luas secara aktif dan partisipatif dalam proses pembelajaran. Pembelajaran yang memadukan kemampuan pedagogi dan teknologi menjadi solusi untuk menjawab tantangan global dalam dunia pendidikan.

Tuntutan pembelajaran di era digital tidak hanya membelajarkan aspek kognitifnya saja, tetapi bagaimana guru dapat mengembangkan keterampilan, skills, dan potensi yang dimiliki siswa sehingga menjadi modal dalam mewujudkan masa depannya. Mereka yang hidup di era digital (generasi Z dan alpha) sudah tidak asing lagi dengan akses teknologi dan dapat dipastikan waktu yang dihabiskan tidak terlepas dari cengkraman teknologi. Melihat fenomena demikian, guru harus mengambil langkah yang tepat dalam mengoptimalkan akses teknologi sehingga dapat diberdayakan dalam menunjang proses pembelajaran.

Konsep dasar TPACK mengutamakan prinsip interaksi antara teknologi, pedagogi dan pengetahuan. Relevansi ketiga unsur tersebut mempunyai potensi dan perhatian yang dapat diaplikasikan untuk mewujudkan pebelajaran yang berpusat pada siswa (student centered). Fenomena demikian dapat dimaknai sebagai transformasi sistem pembelajaran yang semula teacher centered menjadi student centered. Adapun framework TPACK yang harus difahami guru sehingga dapat dipergunakan dalam mengekspolarasi tingkat pemahaman dalam keberlangsungan pembelajaran, dapat diuraikan dalam domain berikut :

Pertama, Content Knowledge (menguasai pemilihan materi yang hendak diajarkan). Kedua, Pedagogy Knowledge (memahami metodologi pembelajaran). Ketiga, Technology Knowledge (memahami dalam pemberdayaan software dan hardware). Keempat, Pedagogy Content Knowledge (memahami integrasi konten dengan proses mengajar). Kelima, Technology Content Knowledge (memberdayakan teknologi untuk memberikan pengalaman belajar sesuai materi). Keenam, Technology Pedagogy Knowledge (menguasai pemberdayaan teknologi dalam kegiatan pembelajaran) dan ketujuh, Techonology Pedagogy Content Knowledge (menguasai integrasi teknologi dan pedagogi dalam menyampaikan materi).

Kehadiran teknologi di era digital dapat menjangkau segala keterbatasan dalam pembelajaran yang meliputi waktu dan tempat. Model pembelajaran yang sempat menjadi perbincangan hangat dalam dunia pendidikan adalah Hybrid Learning yang diartikan sebagai kegiatan belajar mengajar yang mengkombinasikan antara tatap muka dan online yang melibatkan teknologi. Upaya dalam menciptakan pembelajaran menggunakan hybrid learning tentunya guru harus menguasai berbagai platform digital yang menjadi penunjang dalam keberlangsungan pembelajaran tatap muka maupun online, salah satunya platform teknologi google workspace for education.

Platform google workspace for education pertama kali diluncurkan ke publik pada tahun 2006 sebagai google aps your domain dan diubah namanya menjadi google suite dan sekarang menjadi google workspace for education yang didalamnya menyediakan berbagai aplikasi bawaan google yang terdiri dari google classroom, drive, site, slide, meet, drawings, form, calendar dan masih banyak lagi. Disamping menyesuaikan dengan perkembangan zaman, dengan pemanfaatan platform digital dapat memberikan akses yang mudah dan fleksibel serta menghemat penggunaan kertas. Semuanya terintegrasi dalam sebuah wadah yang bernama google dengan menggunakan layanan cloud sehingga data terjamin dengan aman dan terlindungi.

Platform digital learning google workspace for education jika dapat dioptimalkan dengan baik oleh guru dapat mempermudah dalam memberikan layanan pembelajaran secara efektif dan efisien. Namun sangat disayangkan masih banyak guru yang enggan beradaptasi dengan perubahan zaman dengan memanfaatkan fitur-fitur pembelajaran berbasis digital yang dapat diakses secara gratis. Kemendikbudristek telah menyediakan akses akun belajar.id yang dapat dimanfaatkan oleh guru-guru di Indonesia. Akun tersebut mempunyai keistimewaan dibanding akun pribadi pada umunya, yaitu diberikan kapasitas dan ruang maksimal serta dilengkapi fitur-fitur menarik yang dapat diakses dalam google dan aplikasi lainnya seperti canva.

Adapun fungsi dan peran masing-masing dari google workspace for education, diantaranya : Pertama, Google Classroom (ruang kolaborasi/kelas online), Kedua, Google Drive (menyimpan data), Ketiga, Google meet (ruang pembelajaran online), Keempat, Google site (membuat semi LMS yang memuat materi dan bahan ajar), dan Kelima, Google slide (menyajikan materi presentasi) Keenam, Google form (membuat latihan soal/ujian/survey).

Google workspace for education dapat memberikan dampak yang signifikan terhadap guru dan siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran secara kolaborasi, memudahkan interaksi dan komunikasi, tersedianya ruang yang luas untuk saling berbagi informasi dan menyederhanakan administrasi.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image