Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Wardah Al Humairah

Nasib Pemuda yang Tersesat di Negerinya

Politik | Wednesday, 11 Jan 2023, 04:14 WIB

Pemuda adalah sosok yang memiliki peranan besar di dalam negeri ini. Pak Karno said, “beri aku sepuluh pemuda maka akan aku guncang dunia”. Benar sekali, pemuda itu umur diantara dua kelemahan (usia kecil dan usia tua). Tubuhnya kuat, jiwanya kuat, semangat menggelora, dan bervisi besar. Ditambah lagi dengan kabar bonus demografi, akan ada tahun ketika mayoritas umur adalah umur pemuda atau usia produktif kisaran 18-40 tahun. Data BPS mengatakan bahwa porsi usia pemuda di tahun 2022 ini mengambil jatah hampir 50% (bps.go.id). Dengan potensi yang besar tersebut, sesuai dengan hal besar berupa peran yang seharusnya dilakukan pemuda yaitu sebagai agent of change, iron stock, dan social control. Namun, apakah kondisi sekarang semua pemuda menjalankan peran tersebut. Jika kita melihat fakta jelas terlihat bahwa usia muda saat ini justru mengambil jatah besar untuk problem negeri. Citayam Fashion Week yang menggambarkan kondisi pemuda inner child, broken home, ekonomi menengah ke bawah, tidak mampu sekolah, dan pacaran di usia kecil. Lantas apa yang menyebabkan problem-problem tersebut terjadi.

Penyebab dari problem pada pemuda adalah pola didik terhadap anak yang akan mempengaruhi terhadap perilaku anak. Pola didik itu tergantung pada bagaimana pemahaman orang tua, orientasi orang tua, dari orientasi tersebut, pasti itu juga yang akan digunakan sebagai orientasi dalam mendidik anak. Jika kita melihat realitas sekarang, di mana lifestyle pemuda yaitu bebas, tidak ingin dikekang, maka pola didik yang didapatkan anak adalah pola didik bebas. Misal, anak berpakaian syar’i dilarang, ikut kajian dialarang, pas tidak punya pacar malah diminta untuk pacaran.

Selain itu, ada andil yang lebih meluar lagi yaitu kondisi masyarakat. Masyarakat sekarang apakah benar-benar sudah memikirkan mau dibawa ke mana kondisi pemuda kita sekarang. Hal ini selaras dengan hasil survey terbaru LPMM (Lembaga Penelitian Masyarakat Milenium) menyatakan sekitar 72,9% masyarakat indonesia mengaku tidak tertarik terhadap berita-berita politik dan pemerintahan.

Kondisi ini diperparah dengan adanya gebrakan-gebrakan yang semakin menambah parah problem pemuda. Berkaitan dengan perilaku pemuda, dipengaruhi oleh informasi yang mudah masuk pada pemuda. Informasi tersebut mudah didapatkan dari sosial media yang sekarang sudah tidak filter lagi. Hal ini juga dipengaruhi oleh sistem pendidikan yang dipertanyakan dalam upayanya membentuk karakter siswa yang bertakwa, namun yang diberikan kepada siswa adalah moderasi beragama atau dilarang berlebih-lebihan dalam beragama. Dikutip dari kemenag.go.id (Maret 2020) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020 – 2024, kemenag matangkan implementasi moderasi beragama. Secara tidak langsung, apa yang diberikan kepada siswa adalah kebebasan dalam beraktivitas. Bebas hingga tataran tidak sama sekali dikaitkan dengan pertimbangan agama.

Kenapa diterapkan kebebasan yang terlanjur kebablasan di negeri kita ? Kebebasan yang terjadi di lingkup individu, masyarakat, dan negara saat ini dipengaruhi oleh pemahaman seseorang tentang kehidupan. Hidup itu apa, kenapa kita hidup, bagaimana caranya kita hidup. Contoh : aku mau makan pedes, tapi dia sudah ada pemahaman sebelumnya bahwa kalau makan pedes perutnya sakit, oke gajadi makan. Nah, tapi ini di implementasikan dalam kehidupan yang lebih meluas, pemahaman sebelumnya tentang bagaimana hidup. Yang benar bagaimana, pacaran benar atau salah, seks bebas benar atau salah, pemahaman pemuda masih gambling, atau yang digunakan adalah standar perasaan. Yang penting seneng jadi aku pacaran, tidak berpikir panjang. Akhirnya titik tekan di sini adalah standar hidup itu terkait dengan pandangannya terhadap kehidupan (view of life). If your life just for fun, yaa hidup bebas itu impian. Tapi benarkah itu hidup. Karena jelas itu jauh dari agama atau tidak menjadikan agama mengambil peran dalam menentuan standar hidup atau sekulerisme, pemisahan urusan agama dengan urusan kehidupan. Apakah rela negeri kita selalu dipengaruhi oleh kehidupan serba sekuler ?

Solusi atas problem yang sangat membahayakan kondisi negeri ini tidak jauh dengan identitas kita di dunia ini yaitu sebagai semata-mata hamba. Di Az Zariyat ayat 56, Allah berfirman bahwa “dan tidak aku ciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepada-Ku”. Islam mengatur semua aspek kehidupan, hablum minallah mengatur aqidah dan ibadah. Hablum minanafsy mengatur pakaian, makanan, minuman, dan lain-lain. Hablum minannas mengatur urusan politik, ekonomi, pendidikan, sanksi, dan lain-lain. Oleh karena itu, tergambmar dengan pengaturan Islam seperti berikut, menyelenggarakan sistem pendidikan berbasis aqidah, menerapkan sistem pergaulan islam, menerapkan sistem ekonomi berbasis syari’at islam, menghadirkan media yang produktif, konstruktif, serta sejalan dengan tujuan pendidikan, dan pelaksanaan sistem sanksi yang tegas

Dengan berbagai upaya yang dilakukan tersebut akan menghadilkan output generasi yang gemilang dan membawa kontribusi bagi peradabannya. Generasi yang dibentuk oleh islam akan menghasilkan generasi yang bersyahsiyah islamiyyah, peduli terhadap kondisi umat, serta mampu menjawab bebragai tantangan / problematika di tengah masyarakat. Seperti Maryam al Astrolabi, Abban Ibn Firnas, Ibnu Sina, Al-Khawarizmi, Fatimah al Fihri, dan lain sebagainya.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image