Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Astrid Marliana Raida

Komunikasi, Konflik, Motivasi, dan Pengambilan Keputusan dalam Proses Kepemimpinan

Edukasi | Tuesday, 10 Jan 2023, 16:07 WIB

Kepemimpinan

Kepemimpinan merupakan kemampuan untuk mempengaruhi suatu kelompok ke arah tercapainya tujuan(Robbins, 1996:39). Adapun pemimpin merupakan orang yang melaksanakan kepemimpinan tersebut. Pemimpin merupakan orang yang memiliki kemampuan dalam mengarahkan bawahan atau kelompok untuk bekerja sama sehingga mencapai tujuan organisasi atau kelompok. Pemimpin merupakan orang yang mengorganisasikan orang-orang lain sedemikian rupa guna untuk mempermudah pencapaian tujuan yang telah ditentukan.

Komunikasi

Komunikasi dari pemimpin merupakan jalan tercapainya kinerja dari para bawahan agar terlaksana dengan lancar. Banyak dari kenyataan sekarang di dalam organisasi ataupun di perusahaan, komunikasi sulit dicapai oleh para pegawai/bawahan dan pemimpin sehingga banyak tugas yang tidak sesuai dengan apa yang telah ditentukan. Menurut Robbins (1996) menyatakan bahwa, komunikasi merupakan sebuah penyampaian makna dan pemahaman kepada orang lain dalam bentuk lambang-lambang, simbol, atau bahasa-bahasa tertentu sehingga orang yang menerima informasi memahami maksud dari informasi tersebut.
Dari pengertian di atas terlihat adanya cara menyampaikan maksud yaitu dengan merumuskan komunikasi sebagai tingkah laku, perbuatan atau kegiatan penyampaian lambang-lambang yang mengandung arti atau makna.

Konflik

Konflik adalah sebuah persepsi yang berbeda dalam melihat suatu situasi dan kondisi yang selanjutnya teraplikasi dalam bentuk aksi-aksi sehingga telah menimbulkan pertentangan dengan pihak-pihak tertentu. Kondisi pengambilan keputusan dalam kondisi konflik mengandung literature yang bisa kita persamakan dengan kondisi keputusan beresiko. Seperti yang dikemukakan oleh Kamaluddin “Kadangkala pengambilan keputusan dihadapkan pada masalah dengan situasi atau kondisi masa depan tidak pasti, tetapi ia bisa membuat perkiraan-perkiraan (probabilitas) kemungkinan terjadinya kondisi tersebut. Kemungkinan terjadinya suatu kondisi dapat diperoleh karena seringnya suatu peristiwa tersebut terjadi atau pengambilan keputusan mempunyai pengalaman terhadap masalah yang dihadapi secara berulang-ulang. Terhadap kondisi demikian dikatakan bahwa, pengambilankeputusan dalam keadaan berisiko". Salah satu faktor lain yang dapat menimbulkan konflik disebabkan oleh sikap “ego” atau sikap yang selalu menganggap pendapat ia selalu benar dan yang terbaik. Bahkan pendapatnya itu kadang kala bertentangan dengan realitas yang ada. Ini sebagaimana dikatakan oleh Siswanto bahwa “Pengalaman individu hampir senatiasa membenarkan keyakinannya bahwa sikap dasar individu harus benar, karena sikap tersebut sesuai dengan realitas lingkungan hidupnya yang khas karena individu menghargai pengalaman dan mengelolanya sesuai dengan lingkungan tersebut ke dalam sistem keyakinan individu”. Persoalannya mejadi menarik jika kita melihat dari segi perspektif manajemen pengambilan keputusan. Pencarian kebenaran harus melalui proses, dan setiap proses manajemen harus diikuti dengan pengambilan keputusan. Oleh karena itu, suatu proses manajemen tanpa pengambilan keputusan tidak akan ada artinya.

Motivasi

Kebanyakan pekerja mempunyai pendapat tertentu mengenai yang mereka harapkan dari pekerjaan. Pendapat tersebut dapat meliputi: kenaikan gaji atau promosi tertentu, pekerjaan yang penuh tantangan dan menarik, mendapatkan teman-teman yang baru, dan seterusnya. Tindakan pergi bekerja sendiri sering dibuat konsepsinya berdasarkan hubungan tukar menukar di mana seseorang menyumbangkan tenaganya untuk mencapai tujuan organisasi dan sebagai imbalannya ia menerima hasil-hasil tertentu dari organisasi, yang memungkinkan dicapainya tujuan perseorangan (Barnard, 1938). Model yang dikenal sebagai “teori motif-kontribusi” ini menyatakan bahwa sesorang cenderung ikut serta dalam kegiatan organisasi hanya terbatas pada anggapan bahwa imbalan (dorongan untuk bekerja) yang mereka terima sebanding dengan usaha mereka. Maka dari itu, motivasi dalam bekerja menjadi faktor penting dalam mehami perilaku manusia prestasi organisasi.
Untuk itu, perlu dibedakan antara motivasi dengan tujuan. Motivasi atau biasa juga disebut “kebutuhan” adalah keadaan intern seseorang yang mengaktifkan dan mengarahkan tingkah laku nya kepada sasaran tertentu. Motivasi dapat meliputi kebutuhan prestasi, afiliasi, kekuasaan, kemampuan, dan seterusnya.

Pengambilan Keputusan dalam Kepemimpinan

Ciri Pemimpin umum yang efektif adalah pemimpin yang mampu mengambil keputusan yang tepat, sesuai waktu, dan dapat diterima. Pada kenyataannya, ketidakmampuan atau ketidak-relaan memikul tanggungjawab menyebabkan pimpinan dengan mudah kesetiaan atau pengakuan dari para pengikutnya, karena itu kita perlu meneliti sifat proses pengambilan keputusan. Dalam proses semacam ini, perlu dipahami lebih mendalam peranan kepemimpinan untuk efektivitas organisasi. Pengambilan keputusan dalam organisasi merupakan proses pemilihan antara berbagai alternatif. Kita dapat mengenali tiga tahap proses pengambilan keputusan (Simon, 1960): (1) Kegiatan Inteligensi, mencakup pengenalan masalah dan mencari sebab-musabab masalah ini serta kemungkinan pemecahannya; (2) kegiatan merancang, merumuskan dan menilai berbagai alternatif cara bertindak dari sudut positif atau negatif hasilnya; dan (3) kegiatan pilihan, atau keputusan itu sendiri. Mutu keputusan yang dihasilkan sebagian besar dipengaruhi oleh keseksamaan tahap inteligensi, perancangan dan daya pikir serta tujuan para pembuat keputusan itu sendiri.

Kesimpulan dan Saran

Pemimpin harus mampu dalam mengambil keputusan dan tidak meninggikan egonya. Seorang pemimpin dapat merangkul bawahannya dalam berorganisasi dan pemimpin harus dapat beradaptasi dan berinovasi, karena dalam penelitian efektivitas selalu ditekankan bahwa kemampuan organisasi menyesuaikan diri pada lingkungan yang berubah secara berhasil merupakan ciri utama organisasi yang efektif (Duncan, 1973). Seperti yang dikemukakan oleh Kast dan Rosenzwig, perubahan organisasi tidak boleh dilakukan serampangan atau hanya demi perubahan saja. Sebaliknya, pemimpin bertanggungjawab mengimbangi kebutuhan adaptasi dan inovasi dengan kebutuhan yang sama, pentingnya akan stabilitas dan kesinambungan operasi.


ReferensiStreers, Richard M. (1985). Efektivitas Organisasi.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image