Fakta Sosiologis: Deman Lato-lato Melanda Indonesia
Gaya Hidup | 2023-01-08 19:00:16Fakta Sosiologis: Sejuta Manfaat Lato-lato
Lato-lato, tanpa terasa telah menjadi “mainan nasional” karena dimana-mana, kota dan desa, jutaan anak-anak usia SD memainkan lato-lato. Hampir setiap kali kita keluar rumah, maka terdengar suara “tok-tok-tok” dari puluhan anak-anak yang bermain lato-lato di depan rumahnya, di lapangan kompleks, dipinggir jalan, di depan sekolah dan lain-lain.
Terdapat sejumlah fakta Sosiologis terkait lato-lato ini
1. Murah Meriah. Harga lato-lato relatif terjangkau, sehingga mudah dimiliki oleh banyak keluarga Indonesia, yaitu sekitar 10ribu sampai 20ribu rupiah saja. Tentu saja hal ini juga dapat memberikan dampak ekonomi positif bagi para penjual dan produsennya.
2. Menjadi magnet Fear of Missing Out. FOMO, adalah salah satu karakteristik yang kuat dari Generasi Z (Stillman & Stillman, 2018) yaitu mereka yang lahir dari tahun 1995-2012. Golongan ini, selalu takut dikatakan “ketinggalan zaman”, sehingga mereka berlomba mengejar apapun yang sedang viral
3. Membangun interaksi sosial. Berbeda dengan permainan berbasis gadget (alat /media elektronik) seperti HP, Tab dan yang lainnya, permaian lato-lato lebih menyenangkan dilakukan bersama-sama dan dilapangan. Artinya inilah ajang membangun interaksi sosial dari generasi Z yang sering disebut sebagai generasi alien (karena suka menyendiri) dan generasi rebahan (karena sering bermain gadget sambil tiduran). Sehingga tanpa terasa kohesi sosial antar anak-anak dalam lingkungan RT/RW ataupun Desa mulai terbangun. Sekaligus inilah momentum terbaik untuk mengurangi gadget time, atau keterlekatan dan ketergantungan anak dengan HP, internet dan games digital lainnya.
4. Mewadahi karakter Generasi Z, sebagai generasi Do it Youself dan super-customized. Lato-lato dengan segala kesederhanaanya mampu mendorong pemainnya melakukan ragam ‘inovasi’ dalam cara memainkan dan menikmatinya. Melalui ini, kapasitas kreativitas anak dapat terus berkembang dengan cara yang menyenangkan
5. Membangun Identitas Sosial (Social Identity) dan Konsep Diri yang Positif (Positive Self Concept). Secara tidak langsung, anak yang memainkan lato-lato akan berusaha menunjukkn kemahirannya, di depan teman-temannya. Ia akan berbangga diri dengan kemampuannya. Inilah lahan positif bagi anak untuk membangun konsep diri positifnya, karena mereka memiliki “wahana” untuk menunjukkan kebisaannya, yang belum tentu dimiliki anak-anak lain di lingkungan sosial permainannya. Bagi mereka yang secara akademik kurang berprestasi, maka kemahiran bermain lato-lato dapat menjadi salah satu alternatif untuk membangun efikasi dirinya (seperti “mungkin secara akademik saya kurang baik, namun lihatlah kemahiran saya bermain lato-lato). Tanpa disadari, mungkin saja hal ini merupakan hal yang sangat berharga bagi anak.
6. Potensi Panjat Sosial. Pada era media sosial dan perlombaan viral seperti di era revolusi industri 4.0 ini, maka “keterkenalan di dunia sosial” seakan menjadi level/status sosial alternatif di luar dunia nyata. Pada zaman ini seseorang bisa dipandang ‘bukan siapa-siapa di dunia nyata” namun dielu-elukan sebagai “seseoang berprestasi (someone special) di dunia maya. Oleh karena itu, kemahiran memainkan lato-lato, dapat menjadi wahana panjat sosial (yaitu kegiatan mobilisasi sosial individu, untuk berpindah level status sosial di masyarakat). Hal ini berlaku, baik pada dunia nyata, maupun dunia maya. Sehingga, anak yang ‘bukan siapa-siapa’ tadinya, dapat mulai merasakan (membangun konsep diri positif) menjadi “siapa-siapa” dengan kemahiran bermain lato-lato, yang diviralkan melalui media sosial misalnya.
7. Alternatif untuk membangun hubungan sosial (yaitu kontak dan komunikasi) yang menyenangkan bagi orang tua dan anak. Sehingga momentum memainkan lato-lato dapat menjadi waktu berkualitas (quality time) bagi anak dan orang tua, sekaligus wahana penanaman nilai-nilai positif seperti ‘jangan mudah menyerah’, ‘hargai proses’, ‘jangan Lelah mencoba/berlatih’ dan lain-lain. Momentum ini juga dapat menjadi sarana bagi orang tua mengapresiasi kelebihan/kekuatan (strength) sang anak, sehingga anak semakin merasa berharga (memiliki positive self esteem), yang penting bagi tumbuh kembangnya kelak. ini juga momentum terbaik untuk membangun "Growth Mindset" dengan penekanan bahwa proses itu penting, tidak ada sukses instan, berlatih akan membawa hasil dll
8. Terakhir, aktivitas bermain lato-lato dapat menjadi stress healing bagi sang anak untuk rehat sejenak dan re-charge sejenak dari aktivitas akademik sekolah yang padat dan seringkali stressfull
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.