Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Anis Atmiyati

Strategi Pembelajaran Sastra untuk Meningkatkan Kreativitas Siswa di Sekolah Menengah Pertama (SMP)

Sastra | Sunday, 01 Jan 2023, 18:34 WIB

Jika berbicara tentang pembelajaran bahasa Indonesia tentunya kita sudah tidak asing lagi mengenai hal tersebut. Kenapa bisa begitu? Kita mempelajari bahasa Indonesia itu dari masih kita kecil yaitu dari Sekolah Dasar sampai Sekolah Menengah Keatas bahkan sampai kita menjadi mahasiswa pun mata pelajaran bahasa Indonesia merupakan salah satu pelajaran yang wajib diambil oleh siswa maupun mahasiswa. Pembelajaran bahasa Indonesia sendiri tidak hanya mencakup atau membahas tentang bahasa saja. Tetapi juga membahas tentang pembelajaran sastra juga. Antara bahasa dan sastra merupakan dua bidang yang tidak terpisahkan. Dalam sastra, bahasa digunakan sebagai alat untuk mengungkapkan gagasan, ide, maupun pikiran. Sedangkan, bahasa sendiri merupakan suatu alat penghubung antara pembaca dan pengarang.

Salah satu aspek yang dinilai kurang maksimal dalam proses pendidikan di sekolah adalah pembelajaran sastra. Untuk mewujudkan idealisme pembelajaran sastra tersebut diperlukan adanya peran guru. Karena guru sangat berpengaruh dalam proses belajar mengajar. Dan diperlukan juga perubahan paradigma pembelajaran sastra. Baik dalam segi metode, strategi, model, media pembelajaran, dan evaluasi pembelajaran. Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai metode, strategi, model, media, dan evaluasi tentang pembelajaran sastra, saya sudah melakukan observasi berupa observasi wawancara terhadap salah satu guru di SMP N 1 Brati yang bernama Ibu Apong Kurniasih selaku guru bahasa Indonesia di sekolah tersebut.

Dalam wawancara tersebut dijelaskan bahwa kurikulum yang dipakai di sekolah SMP N 1 Brati sebagian masih memakai Kurikulum 13 dan Kurikulum Merdeka. Beliau mulai mengajar dari tahun 2004 sampai sekarang. Salah satu contoh pembelajaran sastra kelas 7 ialah puisi dan cerita fantasi. Untuk puisi sendiri anak-anak akan dibawa keluar kelas. Biasanya akan dibawa ke lingkungan sekitar atau di lapangan yang terpenting di tempat yang terdapat banyak benda agar nanti bisa memudahkan siswa berimajinasi dalam membuat sebuah puisi. Sedangkan, untuk cerita fantasi sendiri nantinya anak akan dibawa ke perpustakaan. Selain dengan tujuan agar siswa menemukan banyak referensi dalam membuat cerita fantasi, juga bertujuan untuk merilekskan dan membuat nyaman para siswa untuk mudah berimajinasi dalam membuat cerita fantasi.

Namun, ternyata terdapat juga kesulitan yang ibu Apong salah satunya karena kemampuan masing-masing siswa berbeda, tak jarang ibu Apong menemukan siswa yang masih kesulitan dalam menemukan sebuah ide. Hal tersebut beliau temui ketika dalam pengumpulan tugas, tidak semua siswa mengumpulkan tugas tersebut. Tetapi beliau dengan sabar membantu siswa yang mengalami kesulitan tersebut dengan membantu proses pembuatan cerita fantasi itu langkah demi langkah. Nah, kebetulan beliau mengajar kelas yang masih Kurikulum 13. Jadi, untuk metode yang dipakai masih menggunakan metode diskusi dan metode ceramah. Walaupun begitu media yang digunakan beliau juga tidak membosankan.

Siswa boleh mencari informasi melalui buku yang sudah ada di Perpustakaan, Internet, dan yang paling unik sendiri ialah beliau membuatkan sebuah kliping atau berupa printout. Misalnya pada pertemuan tersebut membahas tentang cerita fantasi. Maka beliau akan membuat contoh-contoh cerita fantasi seperti apa, langkah-langkah pembuatannya dan disertakan sebuah gambar agar memudahkan siswa dalam memahami materi tersebut. Yang paling terpenting ialah perihal Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) dari siswa. Ketika ada siswa yang nilainya belum memenuhi KKM tersebut biasanya beliau akan melakukan remedial dan beliau juga akan memberikan motivasi dan semangat kepada anak tersebut. Beliau juga membagikan kepada saya motivasi apa yang sering beliau berikan kepada siswa yaitu “JANGAN LELAH UNTUK BELAJAR DAN BIASAKAN DALAM MEMBACA”.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image