Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Najmuddin Saifullah

Tahun Baru dari Sudut Pandang Ilmu Falak dan Cara untuk Menyikapinya

Agama | Saturday, 31 Dec 2022, 10:14 WIB
Free Vector | Free vector 2023 new year calendar background in minimal style (freepik.com)" />
Free Vector | Free vector 2023 new year calendar background in minimal style (freepik.com)

Momen akhir tahun telah tiba dan dinikmati oleh banyak orang. Anak sekolah senang karena sudah libur semester. Perantauan yang mendapat sedikit waktu cuti juga tidak menyiakan kesempatan ini untuk pulang ke kampung orangtuanya. Keluarga yang sudah berkumpul akan menghabiskan waktu dengan bercanda dan mengobati rindu di rumah. Sedangkan, anak-anak yang sudah jenuh sekolah selama satu semester meminta piknik ke tempat wisata dan membeli “lato-lato”, mainan yang sedang viral.

Inilah sisi bahagia menjelang awal tahun baru 2023. Namun tak sedikit orang juga yang bersikap biasa, bahkan menganggap tahun baru adalah waktu yang banyak menyebabkan terjadinya madharat, seperti pemborosan dan kemaksiatan. Lantas apa sebernarnya tahun baru jika kita lihat dari sudut pandang ilmu falak?

Pertama yang harus diketahui adalah bahwasannya tahun baru merupakan fenomena pergantian hitungan kalender masehi yang berbasis pada pergerakan bumi mengelilingi matahari. Gerakan tersebut sejatinya adalah sunnatullah, karena sudah menjadi tugas Bumi untuk mengorbit pada garis edarnya, sebagaimana firman Allah dalam surat al-Anbiya’ ayat 33:

وَهُوَ الَّذِيْ خَلَقَ الَّيْلَ وَالنَّهَارَ وَالشَّمْسَ وَالْقَمَرَۗ كُلٌّ فِيْ فَلَكٍ يَّسْبَحُوْنَ

Dialah yang telah menciptakan malam dan siang, matahari dan bulan. Masing-masing beredar pada garis edarnya.

Bumi yang kita huni adalah benda langit yang mengorbit matahari dalam waktu 365 hari 5 jam 48 menit dan 46 detik. Untuk memudahkan perhitungan, sisa 5 jam sekian menit tersebut dijadikan satu hari dan diletakkan di tahun keempat yang disebut tahun kabisat. Sehingga tahun 1,2,3 berjumlah 365 hari, sedangkan tahun keempat berjumlah 366 hari. Kalender masehi yang dipakai saat ini adalah kalender gregorian yang digagas oleh Paus Gregorius XIII, yaitu koreksi dari kalender julian yang digagas oleh Julius Caesar.

Hari ini, tanggal 31 Desember 2022 bumi akan selesai melakukan satu putaran terhadap matahari. Bumi akan kembali lagi ke titik sebelumnya dan siap melakukan putaran selama satu tahun kedepan lagi. Hal itu dilakukan semata-mata untuk bertasbih kepada Allah dan menjalankan sunnatullah. Lantas apa sikap kita sebagai seorang muslim untuk menyikapi peristiwa pergantian tahun ini? tentu saja kita bisa membuat raport amal perbuatan kita masing-masing atau biasa disebut dengan muhasabah. Setidaknya ada tiga hal yang bisa kita lakukan untuk muhasabah:

1. Merenungi sudah berapa banyak amal kebaikan yang kita lakukan. Apakah selama ini hanya melaksanakan ibadah wajib saja dan kurang maksimal dengan ibadah sunnahnya? Kemudian ibadah apa yang hendak kita istiqamahkan untuk tahun selanjutnya? Semua ini hanya kita yang mengetahuinya

2. Bertaubat atas semua kesalahan. Ingat lagi dosa apa yang telah dilakukan selama satu tahun ini? apakah pada tahun depan bisa menjauhi dan meninggalkan perbuatan tersebut? Mulai detik ini kita ucapkan “Astaghfirullahal adzim” sebagai langkah awal untuk bertaubat kepada Allah dan komitmen untuk tidak mengulagi kesalahan yang sama

3. Bersyukur atas semua nikmat yang begitu banyak diberikan kepada kita selama satu tahun belakangan. Dengan bersyukur akan membuat kita sadar bahwa segala yang kita nikmati adalah pemberian Allah dan sebagai wujud syukur kita akan lebih rajin beribadah kepada Allah.

Akhirnya, kita harus memahami bahwa peristiwa tahun baru disebabkan oleh peredaran bumi mengelilingi matahari dan itu merupakan sunnattullah. Kemudian untuk mengisi momen ini semuanya kembali ke diri kita, apakah kita akan berfoya-foya sampai meninggalkan ibadah, ataukah kita termasuk orang yang bisa ber-muhasabah untuk menjadi pribadi yang lebih baik di tahun selanjutnya.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image