Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Muhammad Amin Rouf

Menyelamatkan Bumi Hanya Bermodal Batu Kapur

Edukasi | Tuesday, 27 Dec 2022, 03:24 WIB
GunungGragas di Donorojo Kabupaten jepara yang merupakan pegunungan kapur yang sangat bermanfaat menangkap karbon, namun terancam oleh penambangan yang tidak terkendali. Foto: instagram initial_dhe1

Bagaimana bila, barang yang anda anggap sepele, mampu untuk menyelamatkan masa depan?

Masa depan mencekam yang mengancam bumi membayang-bayangi kehidupan generasi masa depan, salah satunya adalah efek rumah kaca yang disebabkan berbagai polusi udara baik Karbon diosida, metana, nitrogen oksida dan lain sebagainya.

Udara yang merupakan elemen penting bagi seluruh kehidupan di bumi, bagaimana jika tidak lagi bersahabat dengan makhluk hidup di dalamnya? Maka dari itu manusia yang merupakan salah satu makhluk ekosentris dalam epos anthropocene (manusia mempengaruhi bumi Red.) harusnya bertanggung jawab dan mampu dalam melindungi bumi agar bersahabat bagi generasi masa depan.

Lalu bagaimanakah langkah menyelamatkan udara?

Berbagai usaha sudah mulai dilakukan manusia untuk dapat menyelamatkan bumi dari efek rumah kaca, berbagai penelitian dan sosialisasi dilakukan dengan berbagai cara, baik menyadarkan pentingnya penggunaan energi terbarukan, mengurangi penggunaan kendaraan berbahan bakar fosil, kampanye penanaman pohon (reboisasi), hingga yang terbaru kampanye mengurangi pengiriman file melalui frekuensi tinggi. Selain pencegahan yang dilakukan di atas peneliti juga mengembangkan berbagai produk agar dapat menghapus karbon di udara, berbagai teknologi pendukung telah di kembangkan baik metode menangkap dan menyerap karbon dari biofuel dan tanaman bioenergi (bioenergi dengan CSS atau BECCS), menyebarkan batu hancur di atas tanah untuk menyerap karbon dioksida dari udara atau mengeksposnya ke cairan kaya karbon dioksida (meningkatkan mineralisasi), serta membangun mesin yang akan menyedot karbon dioksida langsung dari atmosfer dan menguburnya (penangkapan udara langsung). Sedangkan metode berbasis laut antara lain termasuk menyebarkan bahan alkali, seperti kapur, di atas lautan (alkalinisasi laut), pemupukan area tertentu dari laut dengan menyebarkan nutrisi, seperti besi, di atas permukaan (pemupukan laut), pemupukan area laut tertentu dengan memompa air yang kaya nutrisi dari kedalaman ke permukaan (upwelling buatan), dan mempercepat pengangkutan karbon ke kedalaman laut dengan memompa air permukaan ke bawah (downwelling buatan).

Baru-baru ini dilansir dari majalahcsr.id, beberapa startup seperti yang berada di AS membuat gerakan untuk mengatasi polusi udara dengan beberapa metode, salah satu diantara yang melakukanya yaitu Climeworks and Carbon Engineering yang menggunakan kipas khusus dan masif untuk menyedot karbon keluar dari atmosfer, hal ini ditujukan untuk menurunkan kadar karbon dalam atmosfer 10%-20% agar suhu global tetap dibawah 1,5 derajat celcius 0c

Namun yang paling menarik adalah apa yang dilakukan startup Heirloom asal Amerika, dengan menggunakan material sederhana dapat dengan mudah menangkap karbon dari udara, sontak hal ini mendapat perhatian dari banyak kalangan, pasalnya material yang digunakan hanya berupa batu kapur (limestone) yang notabene cukup mudah untuk ditemukan.

Batu kapur dinilai memiliki kemampuan untuk mengunci karbon, beberapa peneliti mengungkapkan batu kapur dapat menyimpan CO2 dalam jumlah banyak dengan cara memanaskan batu kapur hingga menjadi bubuk untuk selanjutkan disimpan di luar ruangan agar terekspos oleh udara. Perusahaan Heirloom dalam percobaannya menemukan proses ini hanya berlangsung beberapa hari dan diperhitungkan sangat efektif dari pada metode lain yang membutuhkan waktu hingga bertahun-tahun.

Pada wawancara yang diliput oleh CNBC, CEO Heirloom yaitu Shashank Samala berharap dengan temuan metode yang dikembangkan perusahaannya ini mampu dengan cepat memulihkan atmosfer dari miliaran ton karbon dengan biaya minim, “kami pada dasarnya memberikan power lebih untuk pengembangan pada batu kapur agar lebih banyak dan cepat menarik masuk CO2 dari udara” ungkap CEO Heirloom pada wawancara tersebut.

Dengan merujuk dari temuan tersebut, kita sebagai salah satu penghuni bumi dapat membantu mendukung dalam pengembangan metode sederhana tersebut, terlepas hal ini, selain kita mengurai karbon dari udara, Bukankah lebih baik kita juga mengurangi penggunaan teknologi yang memiliki hasil sampingan berupa Karbon?

Referensi :

castfoundation.id

CNBC Television

majalahcsr.id

Oleh : Muhammad Amin Rouf Mahasiswa Pendidikan Biologi UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image