PERAN GURU MATEMATIKA DAN SISWA YANG BERANGGAPAN MATEMATIKA ITU MENYERAMKAN
Pendidikan dan Literasi | 2022-12-24 23:34:08Ditulis Oleh:
- Arzu Nasruloh (Mahasiswa Program Studi Pendidkan Matematika Unissula)
- Nila Ubaidah, S.Pd., M.Pd ( Dosen Program Studi Pendidikan Matematika Unissula)
Guru pada hakikatnya ialah orang yang memikul serta bertanggung jawab atas kependidikan dalam proses pengajaran. Pembelajaran adalah suatu sistem yang terdiri dari berbagai komponen yang saling berkaitan satu dengan yang lainnya. Sedangkan belajar ialah suatu proses interaksi kepada segala situasi yang ada di sekitar individu. Belajar dapat dipandang sebagai proses cara kerja yang diberi pengarahan terhadap tujuan dan proses berperilaku melalui berbagai pengalaman yang didapatakan. Aktivitas pembelajaran dilakukan oleh dua orang pelaku, yakni guru dan siswa. Hubungan guru dan siswa harus bersifat dinamis dan dengan syarat makna edukasi. Tugas seorang guru ialah mendidik sedangkan tugas seorang siswa ialah belajar. Menjadi guru bukanlah suatu pengorbanan, tetapi kehormatan, kenapa demikian? Karena menjadi seorang guru (tenaga pendidik) adalah tugas mulia. Apalagi menjadi guru matematika tidaklah gampang untuk menjalanainya sebab tidak sedikit siswanya yang kurang meminati mata pelajaran matematika, mereka telah memilih jalan terhormat untuk masa depan cerah walaupun dengan fasilitas seadanya, para guru mengemban tugas mulianya demi memajukan kualitas pendidikan bangsa. Dengan demikian, bahwa para guru sudah sepantas untuk dimuliakan atas pengabdian kepada anak didiknya. Lalu bagaimana cara kita menghargai guru atas pengabdianya kepada bangsa ini? "Cara kita menghargai guru adalah cermin kita menghargai bangsa. Kita harus mengubah diri kita, dan semestinya kita harus meninggikan, memuliakan guru. Tanggung jawab pendidikan Indonesia dibebankan di pundak mereka. Kita harus akui, kita belum menempatkan guru pada tempat yang seharusnya. Mulai dari status kepegawaian, kesejahteraan, hal-hal yang berkaitan dengan guru, yang semestinya diselesaikan. Sebagian orang menggap bahwa menjadi seorang guru ialah pilihannya masing - masing meskipun yang sudah kita ketahui pada kenyataanya menjadi guru matemtaika bukanlah pilihan akan tetapi suatu tuntutan karena minimnya atensi menajdi guru matematika. Oleh karena itu, tidak sepantasnya jika seorang siswa tidak menghargai gurunya karena faktor tidak menyukai mata pelajaran matematika.
Menurut Permendiknas No. 22 Tahun 2006, pembelajaran matematika bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan : (1) pemahaman terhadap konsep matematika, menerangkan kaitan antar tiap konsep dan penerapan algoritma atau konsep secara flesibel, tepat dan akurat dalam pemecahan permasalahan yang ada, (2) penalaran pada pola dan sifat, memanipulasi matematika dalam menyusun generalisasi, penyusunan bukti - bukti yanga ada, dan atau penjelasan terkait pertanyaan dan pandangan baru terhadap matematika, (3) pemecahan permasalahan yang terdiri dari pemahaman terhadap permasalahan, merancang dan memecahkan model matematika, serta menafsirkan solusi yang diperoleh, (4) pengaplikasian simbol, diagram, tabel atau lainnya dalam menyampaikan gagasan untuk menjabarkan persoalan atau situasi yang ditemukan, (5) sikap yang menghargai manfaat matematika dalam tiap-tiap aspek kehidupan (Permata & Sandri, 2020). Selain itu sebagai guru matematika, dituntut mempunyai berbagai kompetensi. Terdapat enam standar pengajaran matematika berdasarkan NTCM. Diantaranya, (1) guru harus memeberikan penugasan matematika yang berharga, (2) dalam wacana, guru semestinya berperan responsif dalam pertanyaan, mendengarkan dan mengamati, (3) guru mendorong siswa yang aktif dan interaktif dalam mendengarkan, menanggapi, bertanya, menjelajah dan berdiskusi, (4) guru mensupport siswa dalam mengaplikasikan perangkat seperti contohnya yaitu, perangkat teknologi, alat tulis, visual dan verbal (presentasi), dalam rangka penginkatan pembelajaran matematika, (5) guru semestinya menciptakan suasana belajar yang menumbuh kembangkan tenaga matematika, (6) adanya keterlibatan guru dalam menganalisis proses belajar mengajar (Mardhiyana & Nasution, 2018).
Pelajaran Matematika menurut kebanyakan orang dianggap pelajaran| yang paling susah untuk dipahami. Mengapa demikian? karena sulit?. Ya pasti kebanyakan orang beranggapan seperti itu, tidak hanya itu saja matematika juga seringkali dicap mata pelajaran yang menjengkelkan lagi mengerikan. Bahkan tidak sedikit orang-orang yang membenci pelajaran tersebut. Hal ini terbukti dari hasil survey lapangan yang dilakukan oleh PISA (Programme for International Student Assesment) dibawah OECD yang dilaksanakan pada tahun 2012 di 65 negara di dunia. Hasil survey lapangan tersebut mengatakan bahwasannya kemampuan matematika siswa-siswi di Indonesia menduduki peringkat paling bawah. Hal ini sangat memperihatinkan dan perlu ditindak lanjuti karena pada dasarnya semua mata pelajaran yang ada tentunya akan berhubungan dengan namanya matematika dan hal ini tak dapat dipungkiri lagi oleh siswa. Pelajaran Matematika sebagai salah satu mata pelajaran di sekolah yang berperan penting dalam kehidupan sehari-hari untuk meningkatkan kemampuan siswa. Pembelajaran matematika yang diperoleh siswa di sekolah dasar adalah dasar bagi penggunaan konsep matematika pada tahapan pengajaran siswa pada jenjang selanjutnya. Pengetahuan matematika harus dikuasai sedini mungkin oleh para siswa dan pembelajaran matematika di sekolah agar lebih ditingaktkan lagi supaya siswa mampu mengoptimalkan potensi yang dimilikinya, sehingga mereka mampu memahami pelajaran matematika dengan baik benar. Sehingga tidak ada lagi siswa yang kesusahan dalam memahami materi yang disampaikan oleh gurunya tersebut.
Pembelajaran matematika di sekolah mempunyai beberapa tujuan untuk mencapai hasil yang diinginkan. Tujuan pembelajaran matematika bukan hanya siswa mampu memecahkan soal-soal rutin matematika (soal ulangan harian, ujian semester, ujian nasional, maupun ujian masuk ke jenjang yang lebih tinggi). Tujuan pembelajaran dari pelajaran matematika seharusnya diarahkan terhadap tujuan yang lebih komprehensif, sesuai dengan tuntutan kurikulum (Kamarullah, 2017) ialah: (1) Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat, dalam pemecahan permasalahan; (2) Menyelesaikan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti-bukti, atau menerangkan gagasan dan pernyataan matematika; (3) Mempunyai permasalahan yang mencakup kemampuan dalam memahami permasalahan, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh; (4) Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas kondisi atau permasalahan; (5) Berdasarkan sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, adalah mempunyai rasa keingin tahuan, perhatian, dan ketertarikan dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan persoalan. Dengan demikian, salah satu tujuan pembelajaran matematika di sekolah dasar yang utama ialah bertujuan agar siswa bisa mengatasi permasalahan yang disajikan. Mata pelajaran matematika diberikan kepada siswa supaya mereka mampu berpikir kritis, mempunyai kemampuan dalam pemecahan masalah, mampu bekerja sama, dan mempunyai kreatifitas.
Pentingnya pemecahan persoalan masalah dalam pembelajaran matematika itu sendiri tidak terlepas dengan suatu permasalahan yang diberikan oleh guru. Guru melakukan pembelajaran dengan menjalankan tugas dan fungsi dari guru sebagai teladan, fasilitator dan motivator kepada siswa. Sehingga, guru memfasilitasi siswa agar bisa memecahkan masalah matematika. Pada permasalahan yang diberikan siswa tidak hanya berpusat pada bagaimana cara berhitung tetapi juga bagaimana cara untuk dapat menyelesaikan suatu persoalan. Pengajaran guru dalam kelas merupakan hal yang penting karena dengan pengajarannya dapat menentukan apakah siswa tersebut mampu menyelesaikan permasalahan yang ada atau tidak. Setiap permasalahan yang diberikan akan selalu terdapat cara yang digunakan untuk mengatasi permasalahan. Pemecahan permasalahan dimiliki setiap orang yang nantinya diaplikasikan siswa dalam mengaplikasikan konsep ke dalam kehidupan sehari- hari . Sehingga, ketika peserta didik telah mampu menyelesaikan permasalahan maka didalam dirinya telah mempunyai potensi atau dalam menyelesaikan permasalahan yang dihadapinya secara nyata.
Menurut sebagian orang faktor yang menyebabkan mengapa matematika tidak disukai, dianggap menyebalkan dan mengerikan karena mereka beranggapan belajar matematika harus hafal semua rumus dari a-z, hal tersebut harus diluruskan dan dikasih pemahaman lebih jelas terkait matematika itu sendiri. Maka dari itu disini kita akan membahas bagaimana caranya supaya matematika pelajaran yang menyenangkan, tidak membosankan, dan dicap tidak ditakuti lagi oleh para siswa. Solusinya ialah dengan cara memberitahu kepada para siswa bahwasannya matematika itu pelajaran yang penting untuk kita pelajari, menjelaskan apa saja materi yang dipelajari pada pembelajaran matematika dengan teliti dan jelas, memastikan para siswa paham akan materi yang disampaaikan, dan mengaplikasikan matematika sesuai dengan apa yang dipelajari dan dipahami oleh siswa. Cara seperti ini bisa dilakukan oleh para guru (pendidik) matematika. Adapun hal lainya bisa dilakukan oleh orang awam (bukan guru) dengan tujuan supaya matematika menjadi menyenangkan adalah dengan menyadari bahwasannya matematika itu selalu berkaitan dengan kehidupan sehari-hari kita. Apapun yang kita lakukan pasti ada kaitannya dengan matematika. Sebagai Contohnya yaitu dalam hal jual beli, kegiatan semacam ini pasti menggunakan konsep dasar perhitungan matematika yang digunakan . Tidak hanya jual beli, dalam hal ibadah baik itu zakat, puasa, shalat, membangun rumah, menghitung tinggi pohon, tiang bendara, dan hal lainnya pasti bersangkutan dengan matematika. Hakikatnya matematika bukanlah pelajaran yang mengerikan ataupun menyebalkan, namun kebalikannya. Matematika dapat kita sangkut pautkan dengan hal apapun. Matematika itu menarik, matematika itu menyenangkan, matematika itu dinamis (tidak kaku).
Matematika pada hakikatnya menyenangkan, tergantung bagaimana cara kita ingin memahami akan hal yang demikian. Matematika ilmu pasti jadi sama halnya kita tidak bisa mengasal mencari jawabanya harus sesuai langkah - langkah yang sudah ditentukan namun matematika tidak selamanya menggunakan rumus melainkan bisa juga meggunakan logika.Tidak ada alasan lagi jika ada yang beranggapan bahwa matematika pelajaran yang kurang asyik apalagi kurang menyenangkan. Di era zaman yang serba teknologi ini banyak sekali akses yang bisa dimanfaatkan dalam belajar matematika supaya menajdi lebih asyik dan menyenangkan sehingga siswa tidak akan merasa bosan ataupun jenuh belajar matematika. Namun disamping itu para guru juga harus mensuport dengan bantuan alat yang memadai agar pembelajaran bisa berjalan efektif tanpa adanya gangguan atau hambatan yang akan dialami oleh siswa.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.