Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Najmuddin Saifullah

Berapa Toleransi Kemelencengan Menghadap Kiblat Saat Salat?

Agama | 2022-12-20 14:31:34
Premium Photo | Photo makkah kaaba minarets (freepik.com)" />
Premium Photo | Photo makkah kaaba minarets (freepik.com)

Menghadap kiblat merupakan syarat sah salat sebagaimana firman Allah dalam surat al-Baqarah ayat 144:

فَوَلِّ وَجْهَكَ شَطْرَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ

“Lalu, hadapkanlah wajahmu ke arah Masjidilharam.”

Yang di maksud kiblat di sini adalah bangunan kakbah yang berada di Masjidil Haram, Makkah. Kakbah merupakan pusat yang dituju saat melaksanakan salat. Sehingga apabila kita lihat foto orang-orang yang sedang salat berjamaah di masjidil haram, maka terlihat mereka membentuk lingkaran yang menjadikan kakbah sebagai pusatnya. Ketika kakbah bisa dilihat dengan mata, maka kita salat menghadap langsung ke arahnya, tetapi jika kakbah tidak terlihat karena jarak yang jauh, maka kita menghadap ke arah kakbah itu berada. Masing-masing tempat memiliki arah yang berbeda dalam menghadap kiblat. Kalau pada zaman dahulu, ketika belum ada perhitungan modern tentang arah kiblat, orang Indonesia menganggap kiblat berada di arah Barat. Anggapan tersebut benar dengan kapasitas ilmu yang ada pada saat itu, dan arah Barat juga arah mata angin yang paling mendekati dengan arah kiblat. Namun di masa sekarang, arah kiblat bisa diketahui dengan hitungan yang jelas dan pasti, misalnya daerah Yogyakarta maka arah kiblatnya adalah 294.71°. Perhitungan ini berdasarkan arah mata angin yang disajikan dalam bentuk angka derajat. 0°/360° adalah Utara, 90° adalah Timur, 180° adalah Selatan, 270° adalah Barat. Untuk ilustrasinya bisa dilihat gambar berikut ini:

azimuth - Bing images" />
azimuth - Bing images

Arah Barat (270°) memiliki dengan selisih dengan arah kiblat yang sebenarnya untuk Yogyakarta (294.71°) sebesar 24,71°. Selisih tersebut diaplikasikan untuk meluruskan shaf salat dengan cara memiringkan shaf yang awalnya mengarah ke Barat tepat ke arah kanan sebesar 24,71°. Perhatikan garis hijau berikut ini, sebagai koreksi yang benar untuk arah kiblat di Yogyakarta:

Toleransi kemelencengan menghadap kiblat saat salat

Ada toleransi menghadap ke arah kakbah saat salat, supaya orang-orang yang tidak bisa melihat kakbah tetap bisa melaksanakan salat dengan sah. Sebagaimana sabda nabi Muhammad SAW yang diriwayatkan oleh Ibnu Juraij:

عن ابن عباس رضي الله عنهما أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال : البيت قبلة لأهل المسجد والمسجد قبلة لأهل الحرم والحرم قبلة لأهل الأرض في مشارقها ومغاربها من أمتي

Dari Ibnu Abbas RA, Bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Kakbah adalah kiblat bagi orang yang ada di Masjidil Haram, Masjidil Haram adalah kiblat bagi penduduk tanah haram (makkah), dan tanah haram (makkah) adalah kiblat bagi umatku yang berada di sebelah Timur dan Baratnya.”

Hadis tersebut menunjukkan bahwa ketika kita berada di dalam masjidil haram, maka kiblatnya adalah bagunan kakbah. Apabila berada di luar masjidil haram (masih di daerah makkah), maka kiblatnya adalah dengan menghadap bagunan masjidil haram. Kemudian apabila kita berada di luar Makkah, maka arah kiblatnya adalah arah kota Makkah. Sehingga sudah cukup bagi kita apabila menghadap ke arah kota Makkah.

Toleransi selanjutnya adalah kemelencengan Masjid Quba, yaitu masjid yang pertama kali dibangun oleh Rasulullah SAW. Masjid Quba berada sejauh 336 KM dari kakbah dah melenceng 7° 38’. Sehingga bangunan masjid yang melenceng tidak lebih dari 7° 38’ masih dibolehkan berdasarkan hadis fi’li ini.

Cara supaya bisa menghadap kiblat dengan optimal

Kita memang tidak bisa 100% tepat menghadap kiblat, karena berada jauh dari kakbah. Namun kita harus semaksimal mungkin berusaha untuk melaksanakan salat ke arah kiblat yang tepat. Ada beberapa cara yang bisa dilakukan supaya kita bisa menghadap kiblat dengan benar:

a. Salat di masjid, masjid yang berada di Indonesia sudah mulai disertifikasi oleh Kementerian Agama RI supaya menghadap kiblat dengan benar. Hal ini bisa dilihat dengan adanya garis shaf yang sudah dimiringkan dari arah bangunan masjid. Sehingga di masjid yang sudah disertifikasi ini, kita bisa salat dengan lebih tenang karena perhitungan arah kiblatnya sudah disertifikasi oleh ahlinya.

b. Membuat arah kiblat di rumah masing-masing, hal ini dilakukan karena terkadang kita harus melaksanakan salat di rumah, terutama bagi ibu-ibu. Maka di ruang salat/kamar yang biasa untuk salat sebisa mungkin diberi tanda kiblat yang benar. Caranya yang paling mudah adalah dengan “Rashdul Qiblat”, yaitu saat matahari tepat berada di atas kakbah setiap tanggal 15 dan 16 Juli sekitar jam 16.27 WIB. Maka bayangan benda yang tegak lurus pada tanggal dan jam tersebut merupakan arah kiblat, kemudian ditandai.

c. Menggunakan kompas android, ketahui dulu azimuth kiblat daerah kita masing-masing dengan mencarinya di google dengan kata kunci “arah kiblat kota ......”. Nanti akan muncul arah kiblat dengan angka derajat, misalnya Yogyakarta di arah 294.71°. kemudian dengan kompas android, hp diarahkan dan diputar sampai menujukkan angka tersebut. Maka arah hp setelah berada di angka itu adalah arah kiblat.

d. tidak banyak gerak saat salat. Apabila sudah salat menghadap ke arah yang tepat, hindari melakukan gerakan di luar gerakan salat yang berpotensi mengubah arah kita. Seperti menoleh dan memiringkan posisi badan. Jadi salat harus dilaksanakan dengan khusyu’ sesuai dengan gerakannya.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Terpopuler di

 

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image