5 Teknik Psikologi Marketing yang Sering Ada di Kehidupan Kita
Bisnis | 2022-12-20 09:55:47"Kak, belikan Mama tas ini dong, lagi diskon sampe jam 12 siang aja nih " ujar Ibu yang sedang mencari tas di toko online.
Kalian pasti pernah melihat harga suatu barang seperti Rp199.000 atau Rp299.000, padahal bisa saja penjual menuliskannya dengan angka bulat, atau minuman yang dijual dengan berbagai macam ukuran diikuti harga yang berbeda, atau anda pernah mendengar jargon ini “Senin harga naik”, hal tersebut merupakan beberapa contoh teknik psikologi marketing yang akan kita bahas.
Menurut Woodside (2019), psikologi marketing adalah sebuah istilah yang digunakan untuk memasukan prinsip-prinsip psikologi ke dalam rencana pemasaran, penjual perlu mengambil tindakan strategis untuk mempengaruhi konsumen dan mengubah keputusan mereka tentang pembelian.
Psikologi marketing bisa menjadi solusi bagi para penjual untuk mendapatkan lebih banyak penghasilan dari produk yang mereka jual dan lagi hal ini jarang diketahui oleh para pembeli.
Oleh karena itu, berikut dijelaskan macam macam teknik psikologi marketing yang sering ada di kehidupan kita:
1. Decoy Effect
Decoy effect adalah suatu teknik psikologi marketing yang menjadikan suatu pilihan lebih menguntungkan dibandingkan pilihan lainnya. Pengertian ini sesuai dengan pendapat Huber,Payne dan Puto (1982) Decoy effect adalah fenomena yang terjadi ketika konsumen cenderung memilki perubahan preferensi tertentu antara dua opsi, ketika disajikan dengan adanya opsi ketiga (Decoy) yang didominasi secara asimetris.
Implementasinya biasa kita lihat ada dalam produk minuman, popcorn, ataupun langganan streaming service. Misal, kalian berkunjung ke restoran cepat saji, ada minuman yang dijual dengan berbagai ukuran serta harga yang berurutan, untuk produk minuman ukuran small Rp15.000, medium Rp20.000, large Rp25.000, secara psikologis, konsumen akan cenderung memilih yang large karena dinilai harganya tidak terpaut jauh dengan yang medium, sehingga dengan teknik ini penjual mendapatkan keuntungan yang lebih banyak.
2. Anchoring Effect
Anchoring effect atau efek jangkar adalah suatu teknik psikologi marketing yang membuat pembeli fokus terhadap referensi pertama yang dia lihat. Menurut Daniel Kahneman, dalam bukunya yang berjudul Thinking, Fast and Slow, dia mengatakan ketika orang membuat pilihan, mereka cenderung bergantung pada informasi yang sudah ada sebelumnya atau informasi pertama yang mereka temui.
Sebagai contoh, seperti yang ada di awal artikel, banyak toko yang menjual suatu barang dengan harga Rp199.000 hal ini termasuk penggunaan anchoring effect karena toko tersebut menggunakan angka 1 yang terdapat di awal harga sebagai anchor atau jangkar sehingga pembeli secara psikologi mengira bahwa harga tersebut tidak terlalu mahal bila dibandingkan dengan barang yang berharga Rp200.000.
Adapun contoh lainnya seperti di supermarket ada barang yang dijual dengan harga yang dicoret dan dibawahnya terdapat harga diskonnya, harga yang dicoret itu digunakan sebagai anchor atau jangkar yang membuat orang lebih tertarik membeli dibandingkan hanya mencantumkan harga diskon.
Dengan menggunakan teknik ini, penjual seakan-akan memberikan keuntungan pada konsumen yang kesulitan memilih produk yang ingin dibeli, dengan memastikan pilihan mereka yang terbaik.
3. Ilusi Frekuensi
Ilusi frekuensi atau yang dikenal juga sebagai The Baader-Meinhof Phenomenon adalah suatu bias kognitif yang membuat seseorang lebih sering memperhatikan suatu kata, nama, ide dan benda yang baru pertama kali dijumpai. Arnold Zwicky (2005) menjelaskan bahwa ilusi frekuensi terjadi karena dua proses psikologi, pertama selective attention dan yang kedua, confirmation bias.
Penggunaan efek ini sering dipakai seiring dengan perkembangan teknologi, contohnya ketika kamu mencari tas di aplikasi toko online lalu pindah ke aplikasi game gratis akan ada iklan tentang tas itu, pindah lagi ke portal berita di google muncul iklan itu lagi, hal itu bisa terjadi dikarenakan kamu secara tidak sadar telah memberikan alamat IP kamu ke aplikasi toko online tersebut, biasanya hal itu dilakukan saat awal pengunduhan aplikasi.
Jadi secara garis besar penggunaan efek ini adalah memberikan pesan-pesan kecil kepada pembeli dengan tujuan agar produk yang mereka jual melekat di pikiran pembeli sehingga produk mereka bisa lebih unggul dari produk saingannya.
4. Social proof
Social proof dalam konteks marketing adalah suatu teknik psikologi marketing yang membuat orang cenderung terpengaruh dan mengikuti tindakan yang dilakukan oleh banyak orang.
Contoh yang paling gampang untuk menggambarkan teknik ini adalah kalau kamu berada di suatu mal yang terdapat banyak restoran, lalu kamu lebih memilih restoran yang ramai dengan pembeli karena menganggap makanannya lebih lezat, maka itu adalah salah satu bukti adanya pengaruh social proof.
Adapun penelitian yang dilakukan oleh Wilson Edzona Dzisah dan Chosniel Elikem Ocloo (2013) dalam jurnal "Celebrity Endorsemen and Consumer Buying Behavior; Enhancing the Promotion Function of Marketing in the Central Business Area of Accra, Ghana", mereka menemukan bahwa dengan menggunakan selebritas ataupun selebgram dalam pengiklanan suatu produk, tidak hanya mempengaruhi pada promosi pemasaran tetapi juga dapat mempengaruhi perilaku konsumen sehingga melakukan pembelian berulang-ulang.
Oleh karena itu, banyak dari penjual membayar selebritas maupun selebgram dengan jumlah uang yang banyak hanya untuk mengiklan di media sosial mereka.
5. Scarcity Effect
Scarcity atau di dalam bahasa Indonesianya kelangkaan adalah suatu teknik psikologi marketing yang menggunakan jumlah atau waktu yang berhubungan dengan produk menjadi langka sehingga pembeli merasa takut kehilangan akan produk tersebut. Menurut Lynn (1992) scarcity marketing adalah salah satu strategi pemasaran yang dapat digunakan oleh penjual untuk meningkatkan minat pembeli adalah dengan membuat produk yang dijual terlihat terbatas.
Sebagai contoh, ketika anda berselancar di toko online lalu masuk ke laman flash sale, maka anda akan melihat barang-barang yang dijual di sana menggunakan scarcity effect, seperti: "Stok terbatas" atau "Barang segera habis", tidak hanya sebatas itu, jam penjualannya juga menggunakan scarcity effect, seperti: barang-barangnya dijual dengan waktu 6 jam saja.
Dengan menggunakan teknik ini, kita sebagai pembeli secara psikologis merasa harus cepat membeli barang tersebut supaya tidak kehabisan padahal belum tentu kita membutuhkan barang itu, tetapi sebagai penjual teknik ini bisa menjadi cara untuk mendapatkan keuntungan yang banyak dalam waktu yang cepat.
Jadi, di dalam dunia marketing terdapat banyak cara untuk mendapatkan perhatian pembeli, salah satunya adalah teknik psikologi marketing, sesuai dengan artikel di atas ada decoy effect yang menggunakan salah satu bentuk varian produk menjadi umpan, ada anchoring effect yang menggunakan bagian produk sebagai jangkar dan ada juga scarcity effect yang menggunakan kelangkaaan pada produk sebagai pemicu konsumen untuk cepat membeli.
Adapun manfaat yang bisa kita petik dari artikel ini, sebagai Penjual, teknik ini bisa menjadi solusi untuk mendapatkan keuntungan yang lebih banyak, sedangkan sebagai pembeli atau konsumen, kita harus lebih bijak dalam melakukan pembelian karena terkadang ketika kita membeli sesuatu, kita mengandalkan insting/intuisi yang malah merugikan kita tanpa kita sadari.
Nah, itulah berbagai macam teknik psikologi marketing yang sering ada di kehidupan kita, semoga artikel ini bermanfaat bagi kalian semua dalam melakukan penjulan ataupun pembelian.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.