Ketika Sang Kyai Bunuh Diri
Agama | 2022-12-18 21:12:10Suatu hari, sungguh miris hati. Seorang kepala kementerian Agama di daerah Grobogan yang notabene seorang yang mempunyai pengetahuan dan pemahaman agama yang tinggi, ditemukan tewas gantung diri.
Sungguh fakta yang menyayat hati. Ternyata tak semua idealita seindah faktanya. Secara teoretis, jika seseorang mempunyai pendalaman agama yang baik, tentu tingkat kepasrahan dan kekuatan keimanannya akan menjadi benteng kuat yang melindunginya dari perbuatan aniaya. Islam sangat menjunjung tinggi hifdu an-nafs (menjaga kehidupan) dan sangat melarang perbuatan bunuh diri. Toh seberat apapun masalah yang dihadapi, bunuh diri bukanlah solusi.
Peristiwa tersebut semakin menambah daftar panjang inkonsistensi manusia beragama. Peristiwa pencabulan banyak pengasuh pesantren terhadap santri, guru terhadap siswa dan banyak hal kontradiksi yang membuat nyeri di ulu hati. Naudzubillah min dzalik. Entah apa yang sedang terjadi di negeri ini. Semoga kita semua masih diberikan tuntunan dan perlindungan agar senantiasa menjadi manusia konsisten dalam sikap maupun perilaku.
Pelajaran hidup yang lebih penting lagi adalah bahwa Adversity Quotient ( kemampuan menghadapi masalah kehidupan) tidak tergantung pada seberapa tingginya ilmu agama seseorang. Sang Kyai dikisahkan mengalami depresi. Karakternya yang pendiam dan tak mau menyusahkan keluarga, menjadikan tak ada satu pun keluarganya yang menyadari. Dari sinilah, kita juga belajar bahwa tak cukup hanya ilmu agam yang tinggi, namun juga pengamalan keagamaan yang diimplementasikan dalam sikap dan perilaku dalam kehidupan sosial sehari-hari. Kemampuan mengendalikan diri, memanage emosi, menata kerumitan masalah hidup sungguh membutuhkan struggle yang teruji berkali-kali.
Yah, over all, semua kembali pada diri pribadi masing-masing manusia itu sendiri. Kita tidak berhak men-judge begini dan begitu, Hanya cukup mengambil ibrah dari sebuah peristiwa kehidupan. Selalu ada hikmah di balik peristiwa. Semoga kita selalu bisa mengambil pelajaran dari cerita kehidupan sebagai sebuah ayat Kauniyah yang akan setia menjadi marwah penerang Ubudiyah. Aamin.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.