Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Hanafi Alrayyan

Ijazah Tanda Pernah Sekolah, Bukan Tanda Berhenti Belajar.

Agama | Friday, 16 Dec 2022, 10:21 WIB

Belajar adalah proses yang terus kita lalui dalam kehidupan ini. Tidak terhenti ketika kelas-kelas formal berakhir, kemudian ijazah diterima.

Sumber gambar: pixabay.com

Ijazah tanda pernah sekolah, bukan tanda berhenti belajar. Nabi saw menyebutkan bahwa belajar adalah kewajiban yang perlu ditunaikan hingga akhir hayat. Tidak mengenal batasan waktu, usia dan tempat. Belajar bisa dimana saja dan dengan siapa saja. Bahkan sayyidina Ali pernah mengatakan bahwa siapapun yang pernah mengajari ia ilmu, meski hanya sebatas mengenalkan satu huruf saja, maka orang tersebut adalah gurunya.

Belajar adalah proses dari seorang manusia untuk bertumbuh. Oleh sebab itu, Nabi saw menyebutkan bahwa orang yang terbaik adalah orang yang hari esoknya lebih baik dari kemarin.

Untuk menjadi lebih baik, kita perlu belajar.

Namun, belajar bagi orang dewasa tidak semudah seperti masa anak-anak dulu. Bukan saja persoalan tentang melambatnya respon otak dalam menerima pelajaran, tetapi soal gengsi juga ada dalam hal ini.

Dalam proses belajar, perlu adanya sikap open mind, keterbukaan.

Proses dialog antara hati dan pikiran perlu disinkronkan, jangan sampai didominasi oleh ego yang merasa bahwa orang dewasa tidak perlu belajar. Sudah merasa cukup.

Paradigma seperti ini jika dirawat dan dilestarikan berpotensi membahayakan diri sendiri.

Bahaya pertama yaitu tertutup pintu untuk berkembang melalui proses belajar. Bahaya berikutnya adalah sifat ini mempunyai kemiripan dengan sifatnya Iblis. Kita tentu masih ingat tentang drama kosmos yang terjadi pada masa awal dulu, penyebab utama Iblis diusir dari surga adalah karena merasa lebih baik daripada Adam.

Iblis mempunyai ragam strategi untuk menggoda manusia. Jika tidak bisa membuat manusia melakukan dosa, maka Iblis akan menggoda melalui jalur perasaan dan menghasud seseorang agar merasa bahwa ia lebih baik daripada manusia manapun.

Oleh sebab itu, ketika menjelaskan definisi taqwa, Sayyidina Umar sebagaimana yang dikutip dalam kitab Tafsir al-Baghawi bahwa ciri orang bertakwa itu adalah ketika ia merasa tidak lebih baik dari apapun dan siapapun.

Diakhir tahun 2022 ini, penting untuk kita renungkan bersama. Berapa banyak hal baru yang telah kita pelajari? Apakah dengan hal tersebut kita semakin bertumbuh atau stuck dikondisi yang sama ?

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image