Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Nasir Muhammad

Problematika Penerapan Pendidikan Islam di Era Milenial

Agama | 2022-12-15 11:20:14

Saat ini manusia hidup di era milenial.Era dimana masa kelanjutan dari era global yang telah banyak menimbulkan tantangan-tantangan baru yang harus kita ubah menjadi sebuah peluang yang harus kita manfaatkan dengan baik,agar tantangan yang menjadi problematika di era ini membawa dampak positif bagi setiap orang yang berani dan mau mengambil langkah perubahan untuk mengantisipasi tantangan di era saat ini. Pendidikan agama Islam merupakan pendidikan yang didasari dengan nilai-nilai ajaran islam yang bersumber dari al qur’an dan hadits,serta pemikiran dari para ulama.Penanaman pendidikan islam berguna untuk mempersiapkan manusia agar memiliki gambaran dan pengetahuan tentang islam yang jelas serta agar dapat menjalankan peranan sebagai manusia yang bermoral dan ber-etika.Pendidikan Islam saat ini sudah beragam jenis dan jenjangnya,mulai dari pendidikan pesantren tradisional yang bersifat non formal,hingga pesantren modern dengan berbagai perpaduan programnya,mulai dari taman pendidikan anak-anak, hingga ke perguruan tinggi yang secara institusional merupakan bagian dari sistem pendidikan nasional.Dengan demikian,pendidikan islam mau tidak mau harus ikut andil dan berkontribusi dalam menyiapkan manusia untuk siap menghadapi era milenial ini. Di dalam kosakata milenial berasal dari bahasa inggris MILLENIUM atau MILLENIA yang artinya seribu tahun.Milenial kemudian menjadi nama dari sebuah masa yang terjadi setelah era global atau era modern.Oleh karena itu,era milenium juga bisa disebut postmodem.Era ini didefinisikan oleh beberapa ahli sebagai era kembali ke ajaran spritual,moral,dan agama.Era ini muncul sebagai respon terhadap kemajuan dalam berkehidupan yang mengutamakan akal, empirisme,materialistis,sekuler,hedonistik,pragmatis & transaksional.Inilah pandangan yang membedakan urusan duniawi dengan urusan akhirat. Akibat dari kehidupan yang demikian itu manusia menjadi bebas berbuat apa saja tanpa didasari dengan spiritual,moral, dan agama, semua temuan yang mengagumkan itu telah digunakan manusia sebagai landasan untuk mendukung hawa nafsunya.Maka dari sinilah akan muncul masalah-masalah dalam kehidupan,contohnya seperti opini yang saya buat sebagai berikut: 1. Di dalam persaingan politik manusia menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan ambisi kemenangannya 2. Maraknya peredaran miras dan narkoba 3. Perdagangan manusia 4. Korupsi 5. Praktek LGBT 6. Perusakan lingkungan alam sekitar demi kepuasaan dengan tujuan memperkaya diri Kehidupan yang demikan,dikaitkan dengan asumsi bahwa dengan akal, panca indera, dan materi serta didukung dengan adanya ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin canggih semua masalah dapat dipecahkan. Namun demikian,asumsi bahwa semua masalah dapat dipecahkan dengan bantuan akal,panca indera dan teknologi ternyata tidak sepenuhnya dapat dibenarkan.Selain itu kita ketahui bahwa manusia memiliki fitrah beragama,yakni rasa percaya,taat,serta tunduk terhadap tuhan yang diyakininya,maka dari itu kita sebagai manusia membutuhkan agama. Pada dasarnya sifat dan karakter pendidikan islam sama hal nya dengan sifat dan karakteristik ajaran islam,yaitu ajaran yang didasarkan pada teologi humanism teo-prophetik.Dengan teologi ini,maka ajaran islam selain mendasarkan ajarannya pada ajaran tuhan yang terdapat di dalam Al Qu’ran dan hadits, juga berdasarkan akal fikiran dari manusia yang paham dan fasih dibidang islam dengah tidak betentangan dengan ajaran Al Qur’an dan hadits.Dengan demikian,disamping memelihara,menjaga dan mengamalkan ajaran yang bersifat perenialis, juga yang bersifat temporer yang dihasilkan para ahli,tokoh agama dan peneliti.Dengan cara tersebut fleksibilitas dan akomodatif terhadap berbagai perkembangan baru yang timbul di era milenial,termasuk yang menjadi ciri dari ajaran islam,dan hal-hal baru yang dihasilkan era millenial yang sejalan dengan ajaran islam seperti sikap dinamis,inovatif,kreatif,dan berani keluar dari kebiasan lama yang muncul di era millenial.Dengan demikian dapat kita ketahui bahwa pendidikan islam yang berideologi humanisme teo-prophetik memandang perlunya memilah waktu dan memanfaatkannya secara produktif untuk hal yang positif.Pendidikan islam juga mengajarkan tentang perlunya menyampaikan kandungan pendidikan sesuai dengan tahapan zaman dimana manusia itu berada.Sikap dan pandangan yang diajarkan dalam pendidikan islam itu sejalan dengan tantangan yang terjadi pada era millenial saaat ini. Karakter tanggung jawab pendidikan islam dalam memberikan bimbingan pada manusia dalam menghadapi era millenial juga dapat dilihat dari perhatian islam terhadap pendidikan atau perbaikan karakter.Dari kutipan perkataan Mohammad Athiyah al-Abrasyi “Pendidikan budi pekerti adalah jiwa dari pendidikan islam, dan islam telah menyimpulkan bahwa pendidikan budi pekerti dan akhlak adalah jiwa pendidikan islam”. Maka penerapan pendidikan islam bertugas untuk mencegah masuknya pengaruh nilai-nilai dan sikap negative ke dalam diri manusia serta menguatkan nilai-nilai yang positif. Nilai dan sikap positif yang harus ditimbulkan di era milenial yaitu rajin belajar, bekerja dengan lingkungan inovatif, aktif berkolaborasi, berani berpendapat tanpa ragu, pandai bersosialisasi tanpa membedakan perbedaan suku bangsa dan agama, serta menjalani kehidupan dengan karakter yang sesuai dari agama, pancasila, budaya, dan tujuan pendidikan nasional, yaitu sikap kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis dan rasa ingin tahu serta menghargai prestasi. Sedangkan nilai-nilai dan sikap negative yang harus kita hindari di era millenial yaitu menjadi pribadi yang malas,keinginan serba instan,tidak membumi, dan cenderung lemah dalam bidang bersosialisasi serta bergotong royong dalam bermasyarakat yang bertentangan dengan nilai nilai tujuan pendidikan karakter di indonesia yaitu religiuous,toleransi,gemar membaca,komunikatif,serta peduli terhadap lingkungan. Dalam hal ini pendidikan agama islam membimbing para generasi muda di era milenial untuk memahami dan menghayati ajaran agama islam yang sangat toleran. Konsep tersebut harus disikapi secara serius oleh pemerintah dan kita semua selaku masyarakat,sebagai jawaban dari kondisi nyata yang kita hadapi di era milenial ini yang ditandai dengan maraknya aksi tindakan kriminalitas, memudarnya rasa nasionalisme, munculnya sikap rasisme, memudarnya toleransi beragama dan berbudaya seta hilangnya karakter religius dimasyarakat. Agar nilai nilai budaya bangsa yang telah memudar tersebut dapat kembali membudaya ditengah-tengah masyarakat. Oleh karena itu kita sebagai generasi yang hidup di era milenial ini diharuskan menuntut ilmu yang sesuai dengan nilai nilai ajaran pendidikan islam,agar ilmu yang didapat bisa bermanfaat dan tidak mempunyai efek yang buruk. Jika ilmu yang diajarkan dalam pendidikan islam diamalkan secara baik dan tepat, maka karakter bangsa akan terwujud yang nantinya dapat membangun bangsa ini kedepannya.Dikarenakan pemuda merupakan penerus yang akan menjadi sebuah kekuatan bangsa dalam mewujudkan bangsa yang berintegritas. Pendidikan agama islam pada prinsipnya memberikan pembelajaran yang menanamkan nilai nilai spiritualitas pada generasi muda agar menjadi manusia yang berakhlak, beretika serta berbudaya sebagai bagian dari tujuan pendidikan nasional. Oleh sebab itu penerapan pendidikan agama islam di era milenial ini merupakan sebuah mata pelajaran yang baik diterapkan dari jenjang taman kanak kanak hingga jenjang perkuliahan dengan tujuan agar generasi muda bangsa ini menjadi manusia yang beretika dan berakhlak terpuji agar bangsa ini menjadi bangsa yang maju yang mempunyai sumber daya manusia yang unggul.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image