Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Putriyah Nur Sa'adah

Tantangan dan Strategi Dakwah di Era Digital

Agama | Tuesday, 13 Dec 2022, 14:02 WIB
sumber gambar : Pinterest, https://pin.it/6LpSlJg

Seiring berkembangnya zaman, teknologi informasi dan komunikasi pun berkembang pesat. Dalam perhelatan The 4th Annual Member Meeting (AMM) Indonesia Network Information Centre (IDNIC) 2022 yang diadakan di ICE BSD, Ayu Widya Sari, Direktur Telekomunikasi Kementerian Komunikasi dan Informatika, mengatakan, pengguna internet di Indonesia terus mengalami pertumbuhan yang sangat pesat. Hal ini menyebabkan banyaknya dampak positif yang dapat kita rasakan, tidak sedikit pula dampak negatif yang ditimbulkan. Dampak negatif ini lah yang harus menjadi perhatian lebih agar kita bisa lebih bijak dalam menggunakannya.

Kemajuan teknologi ini dapat kita manfaatkan sebagai sarana dakwah, dengan membuat konten islami di media sosial seperti Tik tok, Youtube, Instagram, Twitter, Facebook dan lain-lain. Dengan media sosial ini, berdakwah menjadi lebih efisien dan jangkauan khalayaknya lebih luas. Hal ini sejalan dengan arahan Direktur Penerangan Islam Dr. H. M. Juraidi Malkan, MA. Menurutnya, di era digital ini kita harus benar-benar memanfaatkan media. Namun kita harus siap menghadapi banyak tantangan karena media sosial ini bersifat umum dan mudah di akses oleh siapa pun.

Reaksi penolakan seperti spam komentar cibiran, cacian, bahkan teror. Ini termasuk hambatan sekaligus tantangan yang paling sulit dikontrol, karena kita tidak memiliki kendali untuk itu. Ujaran kebencian kadang banyak dilontarkan oleh orang yang tidak sepaham. Bila kita amati lebih luas lagi, dakwah islam era digital ini memiliki tantangan dan kendala semakin kompleks. Hal itu terjadi karena realitas sosial yang semakin beragam, karenanya kita harus menyiapkan fisik dan mental kita untuk menghadapi tantangan tersebut.

Selain itu, yang menjadi tantangan adalah seorang Da`i dituntut untuk peka terhadap lingkungan dan inovatif terhadap zaman yang cepat sekali berubah. Karena pada hakikatnya, dakwah itu berarti mengajak sehingga harus mengerti kondisi orang atau khalayak yang diajak. Dilansir dari laman pmwu.co, pimpinan daerah Aisyiah Kabupaten Gresik, Idha Rahayuningsih, M.Psi dalam sebuah unggahan media massa pernah memaparkan bahwa “Kharakteristik milenial berbeda-beda berdasarkan wilayah dan kondisi sosial ekonomi. Namun generasi milenial ini umumnya ditandai oleh peningkatan penggunaan dan kearaban dengan komunikasi, media dan teknologi komputer, seperti video games dan smartphone

Karena banyak sekali tantangan yang harus dihadapi, seorang Da`i harus menyiapkan strategi dakwah untuk menunjang kesuksesan dakwahnya. Berdakwah dengan menggunakan bahasa gaul dapat menarik perhatian kaum milenial. Bahasanya yang mudah dipahami dan santai akan membuat khalayak betah untuk mendengarkan dan tidak terkesan menggurui, melainkan sharing informasi seputar agama. Selain itu, tema yang dibahas harus menarik, sederhana dan menyesesuaikan audiens. Seperti membahas berita yang sedang ramai diperbincangkan kemudian mengaitkannya dengan agama.“Strategi dakwah untuk generasi milenial harus mampu beradaptasi dengan kebudayaan modern, aktif mengajak dialog, memahami arus modernisasi secara benar dan tidak tertinggal dengan informasi aktual.”, Idha Rahayuningsih, M.Psi, menambahkan paparannya.

Selain itu kemampuan komunikasi Da`i pun dipertaruhkan. Seorang Da`i dituntut mampu untuk berkomunikasi dengan baik. Tidak mudah untuk mengambil hati generasi milenial yang secara psikologis berada dalam usia labil dan emosional. Da`i harus membuat strategi yang matang, seperti gaya komunikasi yang asyik dan menyenangkan, entah itu dengan ekspresi yang sedikit menyisipkan guyonan atau lain sebagainya.

Setelah sekian banyak hambatan, generasi milenial juga memiliki sisi positif yaitu, mereka memiliki sifat optimis dan lebih mudah untuk menerima ide dan cara hidup baru. Hal ini tentu memudahkan Da`i karena pikiran generasi milenial yang memiliki pikiran terbuka dapat lebih mudah untuk mencerna hal-hal positif yang disampaikan. Namun mereka sulit untuk menyaring mana yang positif dan mana yang negatif.

Selain itu, generasi milenial juga cenderung memiliki sifat ekspresionisme yaitu mampu mengekspresikan perasaanya. Sehingga tanpa bertanya pun, kita dapat lebih mudah untuk mengetahui tanggapan mereka terhadap materi yang disampaikan dengan raut wajah mereka. Generasi milenial juga memiliki tingkat kepercayaan diri yang tinggi sehingga forum dakwah akan lebih berwarna dan seru karena mereka akan lebih berperan aktif, tidak hanya menyimak namun juga memberikan berbagai tanggapan.

Dengan berdakwah kita telah menjalankan kewajiban kita sebagai umat muslim, yakni amar ma`ruf nahi mungkar yang berarti memerintah perbuatan baik dan mencegah perbuatan buruk. Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT dalam surat Ali Imran ayat 110 yang berbunyi

كُنْتُمْ خَيْرَ اُمَّةٍ اُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُوْنَ بِالْمَعْرُوْفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُوْنَ بِاللّٰهِ ۗ وَلَوْ اٰمَنَ اَهْلُ الْكِتٰبِ لَكَانَ خَيْرًا لَّهُمْ ۗ مِنْهُمُ الْمُؤْمِنُوْنَ وَاَكْثَرُهُمُ الْفٰسِقُوْنَ

Artinya : “Kamu (umat Islam) adalah umat terbaik yang dilahirkan manusia, (karena kamu) menyuruh (berbuat) yang ma`ruf, mencegah yang mungkar dan beriman kepada Allah. Sekiranya ahli kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka. Diantara mereka yang beriman, namun kebanyakan mereka adalah orang-orang fasik”.

Rasulullah SAW juga pernah bersabda :

إِنَّ النَّاسَ إِذَا رَأَوْا الْمُنْكَرَ لَا يُغَيِّرُونَهُ أَوْشَكَ أَنْ يَعُمَّهُمْ اللَّهُ بِعِقَابِهِ

Artinya : “Sesungguhnya manusia apabila melihat kemunkaran, kemudian mereka tidak merubahnya di khawatirkan Allah akan meratakan adzab-Nya kepada mereka.” (HR. Ibn Majah dari Abu Bakar, hadits no. 3995).

Dakwah juga bisa dijadikan sarana untuk menjalin ukhuwah atau persaudaraan antar umat muslim. Persaudaraan karena iman yang berlandaskan AL-Qur`an dan As-Sunnah akan membuahkan berbagai macam kebaikan, maka kita sebagai umat muslim harus menjaganya. Ukhuwah juga termasuk nikmat Allah yang paling besar, sesuai dengan firman-Nya :

وَاذْكُرُوا نِعْمَتَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ كُنْتُمْ أَعْدَاءً فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِكُمْ فَأَصْبَحْتُمْ بِنِعْمَتِهِ إِخْوَانًا

“Ingatlah nikmat Allah atas kalian, tatkala dahulu kalian saling bermusuhan. Kemudian Allah satukan hati-hati kalian, sehingga kalian dengan nikmat-Nya menjadi bersaudara.” (QS. Ali Imron: 103)

Lalu apa lagi yang membuta kita ragu untuk berdakwah, karena kita tidak akan pernah tau, berapa banyak hati yang tergerak dan termotivasi oleh konten-konten yang kita buat. Sudah bukan zamannya umat muslim takut untuk menyebarkan agama Allah SWT. Dengan akses yang kian mudah kita harusnya lebih semangat untuk menebar kebaikan. Banyak sekali manfaatnya, khususnya bagi siri sendiri dan umumnya untuk orang lain. Selain itu, kita juga menjadi lebih bijak dalam menggunakan media sosial.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image