Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Iftitah Nurrohmah H

Pengaruh Penggunaan Handphone Terhadap Psikologis Anak

Parenting | 2025-12-05 20:16:29

Di era digital yang kian maju, handphone telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat, termasuk anak-anak. Benda kecil yang dulunya hanya alat komunikasi kini berubah menjadi perangkat multifungsi: sarana belajar, bermain, hingga hiburan. Namun kemudahan itu menyisakan satu pertanyaan penting: apa dampak penggunaan ponsel terhadap kondisi psikologis anak-anak?

Sejumlah penelitian dan observasi pendidikan menunjukkan bahwa handphone memiliki dua sisi yang saling berlawanan. Di satu sisi, perangkat digital dapat menunjang pembelajaran melalui akses informasi dan materi edukatif. Namun di sisi lain, penggunaan tanpa kontrol justru menimbulkan risiko serius bagi kesehatan mental dan perkembangan sosial anak.

Gangguan Konsentrasi dan Pola Tidur

Masalah yang paling sering ditemui adalah gangguan konsentrasi. Anak-anak yang terbiasa menghabiskan waktu berjam-jam di depan layar cenderung mengalami kesulitan fokus saat belajar. Hal ini disebabkan oleh rangsangan visual yang cepat dan berulang dari game maupun media sosial, yang membuat otak terbiasa dengan pola instan.
“Anak-anak yang terlalu sering menggunakan gawai biasanya lebih cepat bosan ketika harus mengerjakan tugas sekolah yang membutuhkan fokus. Mereka sudah terbiasa dengan stimulasi cepat,” tutur Dr. Rahmat Satrio, psikolog anak dari Universitas Airlangga, dalam wawancara dengan redaksi.

Selain itu, paparan layar di malam hari juga mempengaruhi kualitas tidur. Cahaya biru dari handphone dapat menghambat produksi hormon melatonin yang berfungsi mengatur siklus tidur, sehingga anak rentan mengalami insomnia ringan hingga kelelahan kronis.

Dampak pada Emosi dan Perilaku

Dampak lainnya terlihat pada sisi emosional. Anak yang terbiasa bermain game atau menonton konten secara berlebihan dapat menunjukkan perilaku impulsif hingga mudah marah. Ketergantungan terhadap ponsel juga meningkatkan risiko kecemasan sosial, terutama ketika anak tidak mendapatkan akses menggunakan perangkat tersebut.
Fenomena gangguan ketergantungan layar semakin sering muncul. Orang tua sering mengeluhkan anak menjadi rewel ketika ponsel diambil, atau memilih menyendiri dengan gawainya dibandingkan berinteraksi dengan keluarga.

Menurut Siti Marlina, seorang guru sekolah dasar di Banda Aceh, kebiasaan ini mulai terasa dalam perilaku murid-muridnya. “Banyak anak datang ke sekolah dengan emosi yang tidak stabil. Ada yang sulit fokus, ada yang mudah kejujuran. Setelah ditelusuri, sebagian besar menghabiskan waktu sampai larut malam dengan game atau media sosial,” ujarnya.

Penurunan Sosial

Situasi ini bukan hanya masalah mental, tapi juga sosial. Anak-anak yang terlalu bergantung pada ponsel cenderung memiliki kemampuan komunikasi yang kurang berkembang. Mereka lebih sering diam saat bermain dengan teman sebaya karena sudah terbiasa dengan interaksi virtual.
Padahal, pada usia perkembangan, anak memerlukan stimulasi sosial secara langsung untuk membangun empati, kemampuan kerja sama, hingga kepercayaan diri. Tanpa interaksi nyata, perkembangan emosi mereka dapat terhambat.

Peran Orang Tua Menjadi Kunci

Meski demikian, ponsel tidak sepenuhnya menjadi “musuh” bagi tumbuh kembang anak. Teknologi tetap memiliki manfaat besar jika digunakan secara bijak dan terkontrol. Kuncinya ada pada peran orang tua dalam mengatur durasi penggunaan serta memilih konten yang sesuai usia.
Beberapa langkah yang direkomendasikan direkomendasikan antara yang lain:
1. Membatasi penggunaan maksimal 1—2 jam per hari sesuai usia anak.2. Menetapkan waktu no gadget, terutama saat makan, belajar, dan menjelang tidur.3. Memilih aplikasi edukatif dan menghindari konten tanpa pengawasan.4. Mengajak anak beraktivitas fisik di luar rumah.5. Membangun komunikasi terbuka mengenai penggunaan teknologi.
Selain itu, orang tua juga perlu menjadi teladan. Anak cenderung meniru pola penggunaan gawai orang dewasa di sekitarnya. Membatasi penggunaan handphone di lingkungan keluarga dapat membantu menciptakan kebiasaan digital yang sehat.

Menjaga Anak di Tengah Arus Digital

Teknologi tidak dapat dihindari dan telah menjadi bagian dari kehidupan modern. Namun keseimbangan tetap harus dijaga. Anak-anak memerlukan pendampingan agar terbiasa memanfaatkan teknologi secara positif tanpa mengorbankan perkembangan psikologis dan sosialnya.
Pada akhirnya, ponsel hanyalah alat. Dampaknya—baik atau buruk—ditentukan oleh bagaimana orang tua dan lingkungan mengelola penggunaannya. Menyadari risiko sejak dini menjadi langkah awal untuk memastikan anak-anak tumbuh dalam lingkungan digital yang sehat dan bertanggung jawab.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image