Mendidik Anak dalam Prespektif Islam
Agama | 2022-12-13 12:56:15Penulis: Rospi Rahmadaniyah, Mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Menurut Kosnan (2005), anak yaitu manusia muda dalam umur, muda dalam jiwa dan perjalanan hidupnya karena mudah terpengaruh dengan keadaan sekitarnya. Dalam bidang biologi, anak umumnya adalah makhluk hidup yang belum mencapai tahap matang atau dewasa. Anak dalam perspektif psikologi menurut John Locke adalah pribadi yang masih bersih dan peka terhadap rangsangan-rangsangan yang berasal dari lingkungan. Mengapa perlu mendidik anak dalam prespektif islam? Dalam Islam, mendidik anak menjadi anak yang shalih tidak hanya untuk kebaikan anak kelak, tapi juga untuk kebaikan orang tua dan orang lain di sekitarnya. Jadi saat mengajarkan keislaman, orang tua memberikan bekal dunia dan akhirat untuk si kecil.
Sebagaimana yang kita ketahui di zaman yang milenial ini banyak moral anak-anak yang sudah kelewat batas, sampai para orang tua sudah tidak dapat lagi untuk mengontrolnya atau bahkan para orang tua tersebut sampai tidak peduli lagi dengan proses pertumbuhan anaknya. Mendidik anak merupakan salah satu hal penting yang harus diperhatikan oleh setiap orang tua. Usia anak-anak merupakan masa tumbuh dan kembang yang tepat untuk membentuk pribadi sang anak. Hal ini dapat berupa pembentukan karakter, membangun dan melatih kemampuan fisik, bahasa, emosional, spiritual, disiplin, konsep diri, kemandirian dan juga panca indra.
Islam sebagai agama yang sempurna, melalui Al-qur’an dan hadist, Allah telah menyampaikan tentang arahan dan petunjuk dalam mendidik anak. Pada sisi lain menilai seorang anak, mereka diibaratkan kertas putih yang belum terdapat tulisan sama sekali. Lalu lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat yang memberikan warna dalam kehidupan seorang anak. Usia anak-anak adalah usia keemasan, jika permulaan kehidupan mereka telah mendapatkan didikan yang baik, maka sang anak akan tumbuh menjadi pribadi yang baik.
Allah telah berfirman dalam Al-qur’an sura An-Nahl ayat 78 yang berbunyi:
وَاللّٰهُ اَخْرَجَكُمْ مِّنْۢ بُطُوْنِ اُمَّهٰتِكُمْ لَا تَعْلَمُوْنَ شَيْـًٔاۙ وَّجَعَلَ لَكُمُ السَّمْعَ وَالْاَبْصَارَ وَالْاَفْـِٕدَةَ ۙ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُوْنَ
Artinya:’’Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberimu pendengaran, penglihatan, dan hati nurani, agar kamu bersyukur.’’
Ayat ini menjelaskan bahwa manusia terlahir ke dunia dalam keadaan tidak mengetahui apa-apa. Namun Allah telah memberikan sang anak potensi penglihatan dan hati agar dapat digunakan oleh manusia untuk mengetahui banyak hal. Perkembangan potensi-potensi tersebut memerlukan arahan dan pendidikan yang sesuai dengan norma-norma dan nilai-nilai yang ada serta sesuai dengan aturan-aturan Islam.
Islam memberikan pandangan bahwa pendidikan anak bermula dari keluarga. Orang tua memiliki peran penting dalam mendidik, mengarahkan, dan mengajari anak. salah satu hadits dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda “Setiap anak dilahirkan dalam kondisi fitrah kecuali orang tuanya yang menjadikannya Yahudi, Nasrani, atau Majusi.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Hadist tersebut menjelaskan bahwa setiap anak yang terlahir kedunia berada dalam keadaan fitrah atau suci. Fitrah dalam hadist ini adalah keadaan seseorang yang meyakini dan mengimani bahwa tuhan yang berhak disembah hanya Allah subhanahu wataa’ala. Namun keadaan kedepannya sangat ditentukan oleh bimbingan dan arahan yang diberikan oleh orang tua.
Sebelum ia masuk pada pembelajaran yang mengasah perkembangan otak dan jiwanya, anak sebaiknya lebih dahulu mengenal Tuhan-Nya. Mengapa anak perlu mengenal tuhan-Nya terlebih dahulu? Jawabannya adalah agar kehidupan anak terarah sejak dini, anak tahu bahwasanya hidup itu juga ada aturan dan tujuan yang sudah diatur oleh Allah. Akan tetapi tentunya juga harus ada tindakan, serta usaha dari orangtua untuk mencetak anak menjadi anak yang shaleh-shalehah sesuai syariat Islam.
Menerapkan parenting islami tidak mudah, orangtua membutuhkan kesabaran, ketelatenan, serta pola asuh yang tepat agar anak dapat tumbuh dengan nilai-nilai Islam yang kuat. Dalam islam mendidik anak merupakan sebuah ibadah yang bernilai pahala, karena anak adalah anugerah dari Allah yang sudah sepatutnya sebagai orangtua harus benar-benar memberikan pendidikan yang terbaik bagi masa depan anak. Maka dari itu kewajiban orangtua mendidik anak dengan agama sejak dini.
Adapun cara mendidik anak dalam islam; pertama, dimulai sejak si kecil berada di dalam kandungan, yaitu dengan memperdengarkan lantunan ayat suci Al-quran baik dilantunkan oleh sang ibu maupun dari speaker murottal Al-qur’an digital. Dengan memperdengarkan Alquran anak akan terbiasa dengan firman Allah SWT.
Kedua, memberi nama yang baik. Nama merupakan sebuah doa dari orang tua demi masa depan buah hatinya. Bentuk mencintai, mendidik, dan menghormati anak direpresentasikan melalui nama yang diberikan orang tua.
Ketiga, pada usia tiga tahun, ajarkan anak kalimat Tauhid “Laila ha illallah”. Pada usia tiga tahun tujuh bulan, ajarkan anak kalimat “Muhammad Rasulullah.” Sebagaimana Rasulullah SAW bersabda: “Bukalah lidah anak-anak kalian pertama kali dengan kalimat “Lailaha-illaallah”. Dan saat mereka hendak meninggal dunia maka bacakanlah, “Lailaha-illallah”.
Keempat, membiasakan anak untuk beribadah sejak dini dengan cara mengajarkan anak tentang tata cara shalat yang benar, berpuasa, sedekah, dan berakhlak serta ibadah-ibadah sunnah lainnya. Cara tersebut agar anak mengenal Tuhan dan Rasulnya, dapat mengimplementasikan pemahaman agamanya, serta memiliki akhlak yang baik.
Kelima, mendoakan anak, perbanyaklah meminta kepada-Nya agar menjadikan anak-anak anda menjadi anak-anak yang shalih. Allah berfirman:
وَالَّذِينَ يَقُولُونَ رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا الفرقان 74
“Dan (hamba-hamba Ar-Rahman adalah) mereka yang mengatakan:” Ya Tuhan kami! Anugerahkan kepada kami, istri-istri dan keturunan kami yang akan menjadi penyejuk mata kami, dan jadikanlah kami sebagai pemimpin untuk orang-orang yang bertakwa” (Al-Furqaan:74).
Lalu bagaimana model mendidik anak pada zaman sekarang? Seperti Dalam hadits berikut: “Didiklah anak-anakmu sesuai dengan zamannya, karena mereka hidup bukan di zamanmu” (H.R. Ali Bin Abi Thalib). Salah satu cara pastikan anak lebih banyak mengonsumsi konten-konten yang edukatif dan memberi manfaat positif, pastikan orang tua sudah menyeleksi konten-konten yang baik untuk dikonsumasi anak.
Biasakan anak mengucapkan tolong ketika minta sesuatu mengucapkan terima kasih saat diberi hal menyenangkan, mengucapkan maaf ketika bersalah, mengucapkan permisi saat hendak izin melakukan sesuatu
Hindari Aturan, Utamakan Pendekatan Personal, aturan yang baik diberikan kepada anak adalah aturan yang dibuat bersama anak. Orang tua dan anak sudah berkompromi, dan pastikan anak paham bahwa aturan tersebut tujuan utamanya adalah sebagai "self-reminder", bukan sarana menghukum atau memarahi anak saat ia berbuat salah. Namun alangkah lebih baik kalau pendekatan secara personal adalah yang diutamakan.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.