Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Aida Khairunnisa Syahrani

Pengaruh Lingkungan Jakarta Selatan terhadap Penyebaran TBC

Eduaksi | Tuesday, 13 Dec 2022, 12:33 WIB

Bagaimana cara masyarakat menangani penyakit, mensosialisasikan kesehatan dan penyakit, dan cara untuk menjaga kondisi tubuh agar tetap sehat masing-masing berbeda-beda, baik bagi masyarakat dari kelas bawah, menengah, atas, maupun yang masyarakat pedesaan, pesisir, dan perkotaan, dan sebagainya. Menurut Hendrik L. Blum, derajat kesehatan masyarakat dipengaruhi oleh empat faktor utama, yaitu lingkungan, perilaku manusia, pelayanan kesehatan, dan keturunan. Di antara keempat faktor tersebut, lingkungan memiliki pengaruh paling besar terhadap derajat kesehatan masyarakat. Berdasarkan pernyataan tersebut, ada pula tulisan ini diciptakan untuk menganalisis hubungan lingkungan perkotaan dengan pengelolaan kesehatan masyarakat, misalnya seperti di Jakarta Selatan.

Menjaga kesehatan di kota yang padat dan dipenuhi kesibukan seperti Jakarta Selatan menjadi suatu tantangan tersendiri bagi penduduk di kota metropolitan ini, terlebih lagi bagi kelompok masyarakat yang ekonominya kurang memadai. Banyak jenis penyakit yang telah menyerang penduduk Jakarta Selatan dari tahun ke tahunnya, salah satunya yaitu TBC (Tuberkulosis) dengan jumlah pengidapnya yang selalu mencapai angka ribuan. Dalam 5 tahun terakhir, kasus pengidap penyakit TBC mencapai kurang lebih 5.000 jiwa, di mana jumlahnya sempat mengalami penurunan pada tahun 2020 – 2021 namun meningkat kembali pada tahun 2022 dengan jumlahnya tercatat sebanyak 5.200 kasus sekitar bulan Januari – Maret.

TBC (Tuberkulosis) adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis yang dapat ditularkan melalui semburan air liur pengidap TBC dan melakukan kontak dekat dengan mereka secara berkelanjutan. Penyakit ini sering kali menyerang paru-paru, siapa pun yang memiliki sistem kekebalan tubuh yang rendah rentan terkena penyakit ini sehingga usia dan jenis kelamin tidak menjadi faktor penentu dalam mengidap tuberkulosis. Gejala yang dialami berbeda tergantung organ yang terinfeksi, namun pada umumnya ditandai dengan batuk berkelanjutan yang juga dapat mengeluarkan darah, demam, nyeri dada, kelelahan, keringat di malam hari, penurunan berat badan, dan masih banyak lagi.

Jakarta Selatan sendiri terkenal dengan kepadatan penduduk dan laju pertumbuhan penduduk yang cukup tinggi. Hal ini tidak terjadi tanpa alasan, sebagai bagian dari pusat pemerintahan, tidak heran jika kota ini dipenuhi dengan fasilitas-fasilitas yang berkualitas yang kemudian menjadi daya tarik bagi banyak orang untuk memulai hidup atau memperbaiki nasibnya di sini. Dengan jumlah penduduk yang tinggi, semakin tinggi pula persaingan antar warganya untuk mempertahankan posisi yang aman untuk menjamin kesejahteraan hidup, inilah salah satu penyebab mengapa tingkat produktivitas penduduk Jakarta terbilang cukup tinggi dan penyakit menjadi mudah menyebar di kalangan masyarakat perkotaan.

Hampir setiap saat dapat kita temukan orang-orang yang terlalu sibuk dengan pekerjaannya, dari pagi hingga malam jalan raya tidak pernah sepi kendaraan, fenomena ini tentu akan berpengaruh terhadap kondisi lingkungan, kesehatan, dan sikap masyarakat terkait kesehatan. Banyaknya aktivitas perkotaan yang cenderung industrialis semakin lama memicu perubahan terhadap unsur-unsur iklim perkotaan seperti suhu, curah hujan, dan lainnya. Kebiasaan masyarakat perkotaan yang terlihat sepele alat elektronik rumah tangga dan kendaraan bermotor yang menghasilkan gas berbahaya yang menyebabkan penipisan lapisan ozon ketika terlepas ke atmosfer. Dengan menipisnya lapisan ozon, sinar ultraviolet kemudian memasuki bumi secara langsung dan meningkatkan suhu bumi.

Suhu perkotaan, terutama di kota besar yang padat penduduk seperti Jakarta Selatan, pada umumnya lebih panas jika dibandingkan dengan suhu pedesaan atau kota-kota kecil yang sepi penduduk. Suhu kota dan jumlah curah hujan yang cenderung tinggi disertai di Jakarta Selatan pada akhirnya berdampak pula pada sistem imunitas tubuh. Meskipun tubuh manusia mampu mengatur suhunya sendiri, apabila terjadi perubahan suhu secara drastis maka dapat berpotensi melemahkan kekebalan tubuh apabila orang tersebut memiliki pola hidup yang tidak sehat. Oleh karena itu, jumlah penduduk yang padat, hustle culture dan pola hidup tidak sehat yang dimiliki mayoritas warganya, serta iklim perkotaan yang ekstrim berperan dalam penyebaran penyakit seperti TBC. Seperti penjelasan mengenai TBC sebelumnya, penyakit ini disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis, di mana pada individu dengan kekebalan tubuh yang rendah maka akan lebih mudah bagi bakteri tersebut untuk menyerang tubuh orang tersebut.

Referensi:

Bustomi, M. I. (2022). Ada 5.200 Kasus TBC di Jaksel sejak Awal Januari-Maret, Semua Pasien Masih dalam Pengobatan. https://megapolitan.kompas.com/read/2022/03/09/18224781/ada-5200-kasus-tbc-di-jaksel-sejak-awal-januari-maret-semua-pasien-masih

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image