Udara Bukan Lagi Sahabat Manusia?
Lifestyle | 2025-12-05 10:19:45Pagi hari bukan lagi tentang udara dingin dan segar, melainkan udara hangat dan juga berat. Kalimat ini mewakili kondisi udara di sudut kota yang padat di Indonesia belakangan ini. Udara bukan lagi sekedar medium yang mengisi paru-paru. Ia telah menjadi racun tidak terlihat yang perlahan-lahan membius melalui setiap tarikan napas. Meningkatnya tren kasus Infeksi Saluran Pernapasan Atas (ISPA) di Indonesia beberapa bulan terakhir bukanlah sebuah kejutan, melainkan akibat dari pertumbuhan kota yang pesat, terlalu padat, dan terlalu sedikit memberi ruang bagi masyarakatnya untuk sekedar bernapas.
Meningkatnya kasus ini menandakan bahwa kondisi bumi sedang tidak baik-baik saja. Kota yang tidak siap menghadapi panas ekstrem karena gerakan semu matahari, asap kendaraan, dan tidak memiliki cukup pohon untuk mendinginkan menjadi salah satu penyebab turunnya kualitas indeks udara. Kota Surabaya sebagai kota metropolitan yang memiliki banyak gedung tinggi dan lalu lintas yang padat memiliki status indeks udara sedang berdasarkan data Kementerian Lingkungan Hidup. Hal ini berarti kualitas udara tidak baik untuk kelompok rentan, seperti anak-anak, lanjut usia, dan penderita penyakit pernapasan.
Sebagai kota besar, ia menyimpan panas di antara gedung, aspal, dan pemukiman yang padat. Hal ini dikenal dengan istilah fenomena urban heat island . Ketika suhu tidak mampu turun pada malam hari ditambah kualitas indeks udara yang buruk membuat tubuh tidak dapat melakukan pemulihan diri secara maksimal, sehingga daya tahan tubuh akan menurun dan masyarakat menjadi lebih rentan terkena ISPA. Dari sini dapat diketahui bahwa ISPA sebetulnya juga disebabkan karena tata ruang dan prioritas pembangunan. Panas bukan hanya masalah cuaca, melainkan akibat dari cara kita membangun kota.
Sudah seharusnya manusia kita memperjuangkan hak untuk bernapas, yaitu hak yang tidak boleh dikorbankan atas nama kemajuan. Jika ini demi saya, maka saya harus ikut andil berbenah. Kalimat tersebut menjadi landasan awal sebagai komitmen menuju kehidupan berkelanjutan yang lebih baik. Komitmen ini harus berjalan beriringan dengan aksi nyata. Mulailah dari langkah kecil namun berdampak, seperti tidak menggunakan alat elektronik penghasil senyawa CFC secara berlebihan, berkontribusi menanam pohon, dan mendukung serta berpartisipasi aktif dalam program pemerintah demi kehidupan berkelanjutan.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.
