Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Teguh Faturochman

Mahasiswa Sebagai Episentrum Intelektual

Eduaksi | 2021-12-11 16:25:48
Mahasiswa

Berada pada zaman modern yang penuh dengan kemajuan teknologi yang begitu pesat menjadi salah satu potret kemajuan peradaban yang lebih baik. Kita sebagai mahasiswa tentunya tidak boleh berada di zona nyaman karena kemajuan teknologi saat ini, kita dilahirkan untuk membawa perubahan yang bisa menjadikan diri kita sebagai kaum intelektual yang bisa memiliki nalar kritis sebagai pondasi dan ciri khas mahasiswa.

Tugas mahasiswa bukan hanya sekedar belajar di kelas tetapi mahasiswa harus selalu berdiskusi dan membaca buku untuk menghidupkan nalar kritisnya sehingga kita harus mampu memposisikan diri kita sebagai mahasiswa yang haus akan pengetahuan agar nantinya bisa menjadi penerus peradaban yang memiliki pemikiran yang radikal untuk memberikan solusi terhadap persoalan kebangsaan.

Sudah seharusnya kita sebagai mahasiswa dan generasi penerus bangsa harus mampu berperan lebih untuk kemajuan negeri ini. Apalagi mahasiswa sebagai kaum terdidik yang berasal dari berbagai latar belakang keilmuan merupakan penggerak perubahan ke arah yang lebih baik dengan keterampilan yang dimilikinya dan harus mampu melaksanakan kegiatan yang nyata dan bermanfaat bagi masyarakat.

Berbicara mahasiswa tentu kita harus paham dulu apa dan kenapa mahasiswa harus menjadi kamu intelektual tentunya karena kita adalah orang-orang terpelajar dan juga suatu keharusan bagi kita sebagai mahasiswa untuk mampu memahami segitiga intektual itu sendiri karena pada dasarnya segitiga intelektual adalah suatu modal awal bagi mahasiswa yang harus memiliki pilar sebagai kaum yang bernalar kritis, artinya mahasiswa harus di bekali dengan ilmu-ilmu yang bisa menghidupkan akal dan mampu bernalar dengan cakrawala gagasannya.

Berbicara mahasiswa rasanya cerita itu tidak akan pernah ada habisnya sudah kita ketahui bagaimana sejarah telah mencatat peran mahasiswa yang selalu menjadi garda terdepan dalam memberikan peringatan, perlawanan terhadap kekuasaan yang zalim. Mari kita lihat historis kebelakang bagaimana peran mahasiswa dalam melakukan sebuah perlawaan atas nama ketidakadilan. Tentu kita harus mengakui jasa mahasiswa terhadap bangsa ini sangatlah besar dan kita bisa kita lihat gerakan terbesar mahasiswa pada saat reformasi 1998 bagaimana mahasiswa menjadi garda terdepan atas perlawanan pemerintah yang zalim yang di lakukan oleh pemerintah orde baru dan itu menjadi saksi bahwa memang kita selalu di benturkan oleh setiap persoalan negara yang begitu banyak dan kompleks.

Mahasiswa yang selalu di juluki sebagai kaum intelektual adalah mereka yang selalu berkiprah dengan semangat perubahan yang menjadi tanggungjawab mereka, mahasiswa hari ini adalah kita pewaris peradaban yang sesungguhnya tentu kita harus terus menjaga nalar kritis kita dengan terus membaca, berdiskusi, supaya kita tidak gagap nalar dan memang itu adalah suatu kewajiban kita sebagai mahasiswa agar peradaban ini terjaga dengan baik. Kita harus terus memberikan gagasan dan pemikiran terhadap bangsa ini sebagaimana semestinya tentu kita juga harus terus kritis terhadap persoalan kebangsaan karena memang pada hakikatnya kita harus selalu mempertanyakan, mencemaskan, menegur pemerintah yang sedang berkuasa sebagaimana seharusnya karena semua bentuk ketidakadilan, kezaliman dan kemungkaran adalah lawan terbesar kita.

Sebagai mahasiswa sudah seharusnya di sepanjang perjalanan akademik kita harus peka terhadap persoalan sosial dan harus dekat dengan masyarakat yang dihimpit ribuan persoalan, mulai dari kemiskinan, kesenjangan, sampai pada bentuk bentuk keji seperti pemerkosaan dan penindasan atas hak rakyat.

Sebagai kaum intelektual yang hidup di abad modern kita harus mampu memecahkan masalah kesenjangan yang terjadi di kalangan masyarakat. Kecanggihan teknologi di era modern saat ini selain menjadi kemajuan juga menjadi tantangan terbesar kita, tentu kita harus mampu menjadikan teknologi sebagai alat untuk membangun bangsa kita menjadi bangsa yang besar dan kuat. Tentunya di tengah himpitan dan problematika sosial yang begitu kompleks yang terjadi hari ini kita harus berdiri paling depan untuk mampu mempropogandakan tatanan sosial yang bebas dari najis dan pemerkosaan struktur. Kita harus menendang jauh bentuk pembodohaan dan kemiskinan untuk mampu membuat tatanan masyarakat yang lebih baik.

Menjadi mahasiswa tentu memiliki tanggung jawab yang besar selain tanggung jawab terhadap diri sendiri maupun tanggung jawab terhadap sosial dan persoalan di negeri ini. Mahasiswa harus mampu berfikir maju kedepan agar mampu memberikan solusi terhadap persoalan yang terjadi di negeri ini. Budaya menulis dan membaca dengan aksi nyata harus mampu kita tanamkan dari sekarang karena dengan begitu kita akan tau apa yang sedang di butuhkan oleh negeri ini. Membaca adalah rahim pengetahuan tempat dimana perlawanan lahir, kebodohan diberangus dan kemerdekan jadi sulu peradaban maka saya kira sudah selayaknya kita sebagai mahasiswa harus memiliki retorika yang bagus supaya nantinya kita mampu menempatkan diri kita sebagai penerus peradaban yang penuh dengan gagasan dan pemikiran.

Sudah seharusnya kita memiliki pemikiran futuristik yang jauh dengan kemampuan yang kita miliki dan potensi yang kita punya agar mampu menjadi mahasiswa yang memiliki potensi intelegensi karena kita membutuhkan orang-orang seperti itu untuk nantinya dapat memberikan episentrum intelektual yang nyata dan radikal dalam gerakan dan pemikiran.

Mari kita membuka mata dan telinga melihat persoalan yang terjadi di negeri ini kita harus segera menggambil peran karena dalam perjuangan itu tidak ada kata terlambat yang ada hanyalah kata tidak mau, kita mulai dari diri kita sendiri supaya menjadi pemimpin yang baik yang nantinya kita mampu memberikan perubahan yang nyata serta solusi terhadap kemiskinan dan persoalan yang terjadi di negeri ini karena mau tidak mau kita adalah calon penerus generasi bangsa sehingga dari sekarang kita harus mampu mempersiapkan semuanya untuk Indonesia yang lebih baik.

Oleh: Teguh Fathurochman

Mahasiswa Komunikasi dan Penyiaran Islam

UIN SMH Banten

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Terpopuler di

 

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image