Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Sabbaruddin

Si Penjual dan Pembeli Kebenaran

Eduaksi | Sunday, 20 Nov 2022, 19:30 WIB
Sumber gambar : alhubaitindonesia

Menjual kebenaran dengan senioritas,gelar akademik dan jabatan.

Baca sampai selesai, agar tidak gagal dalam memahami tulisan ini! Dan tulisan ini bersifat empiris.

Manusia adalah makhluk pemikir (Homo Sapiens). Dan memikirkan bagaimana caranya untuk menjadi benar sehingga menghasilkan fakta kebenaran, dan dijadikan sebagai patokan atau ukuran untuk menjalani kehidupan.

Namun dibalik itu kita mesti periksa dan pertanyakan dari manakah sumber kebenaran itu? Dan bagaimana cara mengetahui kebenaran itu? Hal ini yang sering diperdebatkan oleh insan-insan pemikir. Namun saat ini kebenaran menjadi hal yang sangat langka karena begitu munafik-nya manusia dalam lingkup Sosial nya.

Ada apa dengan kebenaran sehingga begitu langka untuk didapatkan? Apakah karena harganya terlalu mahal? Namun bila begitu bagaimana cara membeli kebenaran itu? Yes membeli kebenaran bukan dengan uang, tetapi dengan pengetahuan yang banyak baru lah dapat membeli kebenaran.

Namun sejauh ini banyak yang menjual kebenaran bukan dengan pengetahuan, melainkan dengan jabatan, gelar akademik, senioritas dan hal yang bersifat feodalisme.

Hal-hal seperti ini sering terjadi dalam organisasi mahasiswa atau entitas organisasi Nirlaba lain nya serta lingkungan sosial masyarakat.

Dan hal ini sangat kita sayangkan karena maraknya penjual dan pembeli kebenaran itu terjadi dalam lingkungan mahasiswa, senior menjual kebenaran dengan senioritas nya, menjual kebenaran dengan jabatannya dan menjual kebenaran dengan gelar akademik nya. Tentu hal ini sangat konyol jika dinilai dari segi intelektual nya seorang akademis.

Tentu hal seperti yang akan menyesatkan pikiran bagi pembeli kebenaran dengan cara diluar dari pengetahuan, bagi penulis orang yang menerima kebenaran hanya karena senior yang berbicara, seorang bergelar akademik atau seorang yang memiliki jabatan adalah orang yang paling sesat dan mudah diperalat.

Penulis sedikit memberikan gambaran tentang kekonyolan ini. Contoh pertama, di dalam kampus terkandung didalamnya banyak organisasi kemahasiswaan, organisasi sebagai wadah perkumpulan mahasiswa, ketika saat itu seorang senior atau orang yang memiliki jabatan dalam keorganisasian nya dan menginstruksikan kepada para mahasiswa untuk melakukan suatu tindakan dan para mahasiswa menerima instruksi itu karena yang berbicara adalah seorang senior atau yang memiliki jabatan, dan hal ini adalah fenomena terkonyol karena terjadi dilingkungan kampus.

Contoh kedua, dalam proses pembelajaran sudah tidak asing lagi percakapan satu arah yang bersumber dari dosen dan para mahasiswa yang mendengar kan hanya dapat menganggukkan kepala apa yang diucapkan oleh dosen, fenomena seperti ini sering terjadi penyesatan dan pemeralatan mahasiswa untuk kepentingan sebelah pihak.

Budaya intelektual adalah menggelengkan kepala, agar terciptanya dialekti. Bukan mengangguk dan patuh karena jabatan,gelar akademik dan senioritas nya.

Ayoo lah para kawan-kawan mahasiswa! buktikan kebenaran itu dengan pengetahuan yang luas dan mendalam, bukan sekedar mengangguk saja!!! Gelengkan kepala mu agar terjadi dialektika yang melahirkan resolusi.

Note : hanya ikan mati yang mengikuti arus.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image