Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image HeryWibowo

Membongkar Mentalitas

Gaya Hidup | 2022-11-18 10:14:18

Membongkar pola pikir “hidup ini seharusnya mudah”

Kebanyakan orang tidak sepenuhnya melihat kebenaran ini, yaitu bahwa kehidupan ini sulit. Mereka tidak henti-hentinya mengeluh tentang luar biasanya kehidupan mereka, beban mereka, dan kesulitan mereka, seolah-olah kehidupan itu pada umumnya mudah, seolah-olah kehidupan itu seharusnya mudah (Boaler, 2022)

Maka, sebagai dampaknya, mereka yang terlalu meyakini bahwa kehidupan seharusnya mudah, akan mudah menghentikan langkahnya ketika situasi bergerak semakin sulit. Mereka menghindari kesulitan yang mereka pikir ‘diatas kemampuan mereka’ dan diluar ‘zona nyaman’.

Maka golongan ini cenderung sudah membuat ‘tembok’ terlebih dahulu sebelum melangkah. Mereka membuat ‘batas’ terkait sampai dimana seharusnya mereka melangkah. Jika sebuah rencana dirasakan terlalu sulit, maka mereka akan cenderung memilih jalan lain, dan menghentikan langkah ke arah yang semula dituju.

Ketika ditanya, golongan ini akan menjawab:

“Mengapa Anda tidak jadi melanjutkan rencana Anda?”

“Oh tidak, saya pikir jalan ini terlalu sulit buat saya (karena hidup saya seharusnya mudah), saya tidak akan mampu melewatinya”

“Jadi Anda akan berhenti?”

“Ya, saya pikir saya tidak akan sanggup melangkah kesana”

“Mengapa tidak mencoba dulu?”

“ya itu tadi, ini diluar zona saya, saya tidak akan sanggup”

.

Melepaskan pikiran lama

Berikut ungkapan yang dikutip dari (Boaler, 2022) Ketika kita melepaskan gagasan bahwa otak kita tetap, kemudian kita berhenti mempercayai bahwa genetika menentukan jalan hidup kita, dan mempelajari bahwa otak kita luar biasa mampu beradaptasi, rasanya melegakan dan membakar semangat. Maka sejatinya individu perlu terus membangun pikiran positif dan semangat pada diri dan kehidupannya.

Berpikir positif bukanlah masalah filosofis. Sebaliknya berpikir positif sebenarnya adalah praktik keseharian yang harus terus dijaga agar kita dapat menggunakan “kekuatan kreatif” di dalamnya untuk mengubah hidup (Amir, 2017)

Mahalnya terobosan

Maka jelas ini adalah pekerjaan rumah yang cukup berat, untuk mengubah pola pikir SDM bangsa. Pola pikir yang terlanjur diyakini bahwa “hidup ini seharusnya mudah”, perlu secara perlahan dibongkar.

SDM bangsa perlu dibangunkan keyakinan dirinya (self efficacy), bahwa mereka Sesungguhnya sanggup untuk melakukan di luar kesehariannya. Perlu ditanamkan sejumlah pemahaman baru bahwa

1. Tidak aka nada yang berubah pada diri kita, sebelum kita merubah kebiasan-kebiasan mikro kita setiap harinya

2. Apa yang ada di pikiran, belum tentu apa yang ada pada kenyataan (the map is not the territory). Artinya, cobalah melangkah terlebih dahulu

Sehingga proses belajar SDM bangsa, melalui rangkaian kurikulum pendidikan dari Kelompok Belajar, Pendidikan Anak Usia Dini, Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, Sekolah Menengah Umum, sampai ke Perguruan Tinggi, sejatinya adalah upaya membangun pikiran optimis dan positif. Ini adalah momentum untuk tidak hanya mengisi sisi kognitif dengan ragam pengetahuan, namun menguatkan dimensi afektif, yaitu keyakinan akan kemampuan menyelesaikan beragam tantangan dan tugas kehidupan. Sehingga generasi masa depan Indonesia adalah generasi yang yakin akan kemampuannya dalam membangun terobosan dengan kreativitas dan inovasi tinggi.

Memikirkan Ulang Mentalitas kita

Inilah mentalitas yang perlu dipikirkan ulang. Seperti perlu diyakinkan Kembali berkali-kali, bahwa mentalitas dapat dilatih, dan dapat dengan sengaja ditumbuhkembangkan. Maka, adalah penting untuk selalu memeriksa pola pikir dominan kita:

a. Apakah kita terlalu mudah mundur sebelum berperang?

b. Apakah kita terlalu takut untuk melangkah kedepan, pada jalan yang belum pernah kita tempuh sebelumnya?

c. Apakah kita menganggap bahwa hidup ini seharusnya mudah? Sehingga kita selalu menghindari kesulitan-kesulitan?

Jawabannya kembali kepada Anda semua. Jadi, mari introspeksi mari melanjutkan langkah untuk membangun pikiran menjadi lebih positif

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image