Musim Terakhir di Bumi, Puisi-Puisi Moch Aldy MA
Sastra | 2021-12-10 12:18:03Kesurupan Albert Camus
Meski seumur hidup
kita mencoba mendefinisikan
kehidupan—dan memperhidup
makna menghidupi hidup;
kehidupan masihlah terlalu
absurd untuk kita beri makna
tepat di jantung pemaknaannya.
Meski skenario terburuknya:
hidup hanyalah serangkaian
kejatuhan yang paling disengaja.
Meski waktu tak ubahnya
seperti penanda kegagalan
satu dengan gagal yang lainnya.
Meski manusia tak lebih dari
penyintas kehidupan yang terus
menerus diperkosa oleh kenyataan.
Tapi bukankah keberanian
kita untuk menunda kekalahan
adalah sesuatu yang perlu dirayakan?
(2021)
Arsitektur Angan
Di ambang pintu surga, jarum jam
bersekutu dengan jendela kenyataan
yang tak terduga. Hari keenam,
Adam menggenggam angan selepas
dihempas angin yang ditiup inginnya
sendiri
: mencipta cita-cita dan doa
setelah gelisah oleh dosanya
yang mengheningkan cipta pada
bumi.
Sedang tangan-tangannya
tak henti-hentinya menjaga
angan agar tetap menyala—
dalam hatinya. Ia tahu, tanpa angan,
manusia tak lebih dari tanah yang
menyedihkan layaknya;
Icarus yang memotong sayapnya
karena berpikir tak mampu
terbang tinggi—dan Prometheus
yang menyeka airmata karena
tak mampu merampas api dari
jantung para dewa.
(2021)
Al-Insanu Hayawanun Nathiq
Aku takut jika...
Ternyata dunia ini
adalah Lomba Cosplay,
Aku takut jikalau—
Ular gagal jadi ular
Babi gagal jadi babi
Anjing gagal jadi anjing
Serigala gagal jadi serigala
Semuanya juara ke-2 ketika
jadi dirinya masing-masing;
& yang jadi juara ke-1,
manusia yang gagal jadi
manusia—karena > ular
kalah licik, babi kalah kotor,
anjing kalah najis, serigala
kalah buas dari hewan
yang katanya bisa berpikir.
Aku berpikir; maka dipikir-pikir—
takutnya, atau sialnya bakal begini,
pada akhirnya, hewan akan kalah
binatang ketimbang manusia.
(2021)
Ya-ya-ya
Ya...
Teroris itu tak beragama
wujudnya seperti Freud,
Marx, dan Nietzsche.
Ya, begitulah Ateisme,
jadi bibit-bibit radikalisme.
Ya...
Pasti gara-gara bacaannya:
Sapiens, Das Kapital, dan
Zarathustra. Bertaklid pada
Nabi Plato, setiap hari
dimabuk Soponyono,
Intisari, dan Teori Evolusi.
Ya...
Mazhab-nya Darwin
Beriman kepada Sains,
data, juga laboratorium.
Pas ngebom teriaknya:
"Cogito Ergo Sum!"
Sains Mahabesar!!!!!!
DUARRRRRRRRRRRRR!
(suara C-4 dengan bahan
dasar kalium nitrat dan
cinta untuk membenci)
Mati Syahid seperti Galileo.
Dan Indonesia pun juara Euro.
(2021)
Musim Terakhir di Bumi
Yang aku takutkan begini:
kewarasan kita dirampas
negara bajingan ini.
PCR di mana-mana,
PPKM tanpa henti;
Di mana-mana lara
tak henti-henti seperti
desas-desus plandemi
dari lambung Oligarki.
Sedang seluruh hidup kita
adalah kekacauan algoritma.
Atau yang lebih buruk:
kita hanyalah kelinci percobaan
dari alien yang merekayasa
genetika agar tak bertanya;
Di pom bensin mana,
manusia menjual bahan
bakar sebuah UFO?
Tapi di luar, masih ada...
ping blackberry tak bersahut,
dan logika biner yang kusut.
Dan ini yang sudah terjadi:
dompet-dompet ditertawai
Cryptocurrency. Israfil
meniup sangkakala tepat
di muka orang yang gagap
teknologi. Tak lupa pula;
Kebocoran data, kepunahan
privasi, mantra konsumerisme:
Mampus dikoyak-koyak Shopee.
Serupa chipset kapasitas tinggi,
di mata manusia purba; kita
menunggu dead pixel pada
monitor mimpi generasi terkini.
Dan yang lebih aku
takutkan begini;
Kecerdasan buatan, bagaimana
canggihnya, hanyalah awal dari
hari akhir. Dan kita berada di
depan gerbang distopia;
Memanjatkan doa dan utopia:
"Aku tak mau hidup
seribu tahun lagi!"
(2021)
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.