Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Moch Aldy MA

Musim Terakhir di Bumi, Puisi-Puisi Moch Aldy MA

Sastra | Friday, 10 Dec 2021, 12:18 WIB
Ilustrasi: unsplash.com

Kesurupan Albert Camus

Meski seumur hidup

kita mencoba mendefinisikan

kehidupan—dan memperhidup

makna menghidupi hidup;

kehidupan masihlah terlalu

absurd untuk kita beri makna

tepat di jantung pemaknaannya.

Meski skenario terburuknya:

hidup hanyalah serangkaian

kejatuhan yang paling disengaja.

Meski waktu tak ubahnya

seperti penanda kegagalan

satu dengan gagal yang lainnya.

Meski manusia tak lebih dari

penyintas kehidupan yang terus

menerus diperkosa oleh kenyataan.

Tapi bukankah keberanian

kita untuk menunda kekalahan

adalah sesuatu yang perlu dirayakan?

(2021)

Arsitektur Angan

Di ambang pintu surga, jarum jam

bersekutu dengan jendela kenyataan

yang tak terduga. Hari keenam,

Adam menggenggam angan selepas

dihempas angin yang ditiup inginnya

sendiri

: mencipta cita-cita dan doa

setelah gelisah oleh dosanya

yang mengheningkan cipta pada

bumi.

Sedang tangan-tangannya

tak henti-hentinya menjaga

angan agar tetap menyala—

dalam hatinya. Ia tahu, tanpa angan,

manusia tak lebih dari tanah yang

menyedihkan layaknya;

Icarus yang memotong sayapnya

karena berpikir tak mampu

terbang tinggi—dan Prometheus

yang menyeka airmata karena

tak mampu merampas api dari

jantung para dewa.

(2021)

Al-Insanu Hayawanun Nathiq

Aku takut jika...

Ternyata dunia ini

adalah Lomba Cosplay,

Aku takut jikalau—

Ular gagal jadi ular

Babi gagal jadi babi

Anjing gagal jadi anjing

Serigala gagal jadi serigala

Semuanya juara ke-2 ketika

jadi dirinya masing-masing;

& yang jadi juara ke-1,

manusia yang gagal jadi

manusia—karena > ular

kalah licik, babi kalah kotor,

anjing kalah najis, serigala

kalah buas dari hewan

yang katanya bisa berpikir.

Aku berpikir; maka dipikir-pikir—

takutnya, atau sialnya bakal begini,

pada akhirnya, hewan akan kalah

binatang ketimbang manusia.

(2021)

Ya-ya-ya

Ya...

Teroris itu tak beragama

wujudnya seperti Freud,

Marx, dan Nietzsche.

Ya, begitulah Ateisme,

jadi bibit-bibit radikalisme.

Ya...

Pasti gara-gara bacaannya:

Sapiens, Das Kapital, dan

Zarathustra. Bertaklid pada

Nabi Plato, setiap hari

dimabuk Soponyono,

Intisari, dan Teori Evolusi.

Ya...

Mazhab-nya Darwin

Beriman kepada Sains,

data, juga laboratorium.

Pas ngebom teriaknya:

"Cogito Ergo Sum!"

Sains Mahabesar!!!!!!

DUARRRRRRRRRRRRR!

(suara C-4 dengan bahan

dasar kalium nitrat dan

cinta untuk membenci)

Mati Syahid seperti Galileo.

Dan Indonesia pun juara Euro.

(2021)

Musim Terakhir di Bumi

Yang aku takutkan begini:

kewarasan kita dirampas

negara bajingan ini.

PCR di mana-mana,

PPKM tanpa henti;

Di mana-mana lara

tak henti-henti seperti

desas-desus plandemi

dari lambung Oligarki.

Sedang seluruh hidup kita

adalah kekacauan algoritma.

Atau yang lebih buruk:

kita hanyalah kelinci percobaan

dari alien yang merekayasa

genetika agar tak bertanya;

Di pom bensin mana,

manusia menjual bahan

bakar sebuah UFO?

Tapi di luar, masih ada...

ping blackberry tak bersahut,

dan logika biner yang kusut.

Dan ini yang sudah terjadi:

dompet-dompet ditertawai

Cryptocurrency. Israfil

meniup sangkakala tepat

di muka orang yang gagap

teknologi. Tak lupa pula;

Kebocoran data, kepunahan

privasi, mantra konsumerisme:

Mampus dikoyak-koyak Shopee.

Serupa chipset kapasitas tinggi,

di mata manusia purba; kita

menunggu dead pixel pada

monitor mimpi generasi terkini.

Dan yang lebih aku

takutkan begini;

Kecerdasan buatan, bagaimana

canggihnya, hanyalah awal dari

hari akhir. Dan kita berada di

depan gerbang distopia;

Memanjatkan doa dan utopia:

"Aku tak mau hidup

seribu tahun lagi!"

(2021)

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image