Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Rabiel Umam

Cerpen: Bergemalah, Suara

Sastra | Wednesday, 16 Nov 2022, 22:02 WIB

Pagi hari yang cerah menyambut diriku setiap harinya. Sebelumnya, perkenalkan nama ku Rayan. Saat itu aku masih berada di bangku SMA. Aku bersekolah di salah satu SMA terkenal di Jakarta dan harus diakui bahwa aku sangat beruntung bisa diterima di sekolah ini. Setiap hari nya aku berangkat ke sekolah pada pukul 6 pagi agar tidak terlambat saat sampai di sekolah. Aku memiliki banyak sekali teman di SMA dan kebanyakan teman-temanku itu satu hobi denganku, yaitu musik. Aku memiliki bakat yang sebenarnya tidak aku sadari. Banyak orang yang berkata bahwa aku berbakat dalam bidang vokal dan cocok untuk menjadi penyanyi karena suara ku yang mereka anggap sangat bagus. Rizal, salah satu teman SMA ku yang merupakan orang yang terbilang sangat berbakat di bidang musik. Dia sangat mahir memainkan gitar dan tentunya sangat terkenal di SMA. Rizal juga memiliki band di luar sekolah, jadi pengalaman tentang musik tidak diragukan lagi.

Pada bulan November sekolah mengumumkan bahwa akan ada pentas seni di sekolah. Di saat itulah aku memiliki tujuan yang sangat besar, yaitu tampil di pentas seni itu. Sontak aku mendatangi Rizal untuk mengajak nya dalam tampil di acara tersebut.

“Zal, ayo kita tampil pas pensi.” ucap ku dengan sangat antusias.

“Boleh aja sih, tapi masa cuma berdua aja. Bosenin banget kalau begitu mah.” ucap nya dengan nada yang pelan.

Aku pun terdiam sesaat. Kemudian aku mendapatkan ide untuk membentuk sebuah band sekolah hanya untuk tampil di pensi tersebut.

“Gimana kalau kita ajak orang lain juga? Jadi kita tampil sebagai band ala-ala gitu. Pasti seru banget sih itu.” ujar ku dengan semangat yang berkobar-kobar

“Wih boleh tuh. Tapi kira-kira mau ngajak siapa? Lu kenal murid lain yang bisa main alat musik emang?”

“Kelasan kita ada tuh. Wida bisa main cajon, Nur bisa main keyboard, Ahmad bisa main bass. Cocok kan? Udah pas banget itu kayak band beneran.”

“Ide bagus. Lu ajak mereka deh.”

Setelah itu, aku langsung pergi berlari ke kelas untuk mengajak Ahmad, Nur, dan Wida untuk ikut tampil di pentas seni sekolah.

“Woy Wida, Ahmad, Nur!!”

Mereka yang awalnya sedang mengobrol dikelas langsung terkaget mendengar suara teriakan ku.

“Kenapa teriak-teriak sih? Bikin kaget aja. Pelan-pelan aja bisa kan, kuping kami sakit denger teriakan kamu.” kata Nur sambil membuat muka marah karena telah dikagetkan

“Kita tampil di pentas seni sekolah yuk, kita bikin band buat nanti tampil nanti.”

“Hah? Band? Sama siapa aja? Menarik juga.” saut Wida

“Lu, Nur, Ahmad, Rizal, dan gua. Nanti lu main cajon, Nur main keyboard, Ahmad main bass, Rizal main gitar, dan gua vokal nya.”

“Hmm, boleh juga ide lu. Tapi kita mau tampilin apa nanti?” kata Wida

“Kita obrolin lagi nanti, toh kita juga nanti bakal adain sesi latihan sebelum acaranya dimulai. Jadi nanti kita bisa obrolin dan siap-siap juga supaya nanti pas tampil kita bisa maksimal.”

“Ok, kami ikut tampil di pensi sekolah nanti.”

Lalu akupun loncat kegirangan setelah mendengar ucapan mereka bertiga. Pada saat itu entah kenapa aku merasa sangat senang. Hatiku girang tak karuan layaknya seseorang yang sedang jatuh cinta dengan wanita pujaannya. Detak jantungku berdetak dengan tempo yang sangat cepat dan aku merasa ingin cepat-cepat untuk tampil di pentas seni SMA.

Setelah pulang sekolah, kami berlima mengadakan meeting untuk merencanakan jadwal latihan band. Kami pun berkumpul di kantin sekolah sembari memakan dan meminum jajanan yang sudah kami beli.

“Jadi gimana? Kita mau bawain lagu apa nanti?” tanya Ahmad

“Kalian suka sama musik genre apa? Kalau gua sih biasanya dengerin lagu genre pop.” ucap Rizal sambil meminum es teh yang dia beli

“Gua juga suka dengerin lagu pop. Kira-kira kalau kita ambil genre pop, mau lagu siapa yang kita bawain nanti?” kata Nur

“Ada rekomendasi ga lagu yang enak dan sekiranya banyak orang yang suka?” ucap ku

“Kalau lagu sekarang sih ada lagu nya si Fourtwnty yang judulnya Zona Nyaman. Ada juga lagu nya Fiersa Besari yang judulnya Waktu Yang Salah, itu banyak banget yang suka karena mereka yang denger lagu itu merasa kalau lagu nya itu nyentuh hati banget.” sebut Wida

“Tapi kalau bawain lagu yang lagi trending sekarang rasanya kek ngebosenin ga sih? Terlalu overplayed jadinya.” ucap Rizal

“Iya juga sih, terus maunya lagu apa dong? apa kita bawain lagu yang udah jadul aja jadi kesannya kayak lagi mengenang kenangan lagu zaman dulu?” ucap Ahmad

“Boleh tuh, enaknya lagu apa kalau kita milih lagu jadul?” ucap ku

“Gimana kalau How Deep Is Your Love dari Bee Gees.” sebut Rizal dengan lantang

“Wah bagus tuh lagu, enak juga lagu nya. Terus lagu apalagi? ga mungkin dong kalau kita cuma bawain satu lagu aja.” kata Wida

“Hmm, kalian tau lagu nya naif yang judul nya karena kamu cuma satu? Gimana kalau kita bawain lagu itu? Jadi, satu lagu bahasa indonesia dan satu lagu bahasa inggris biar enak aja gitu.” ucap Nur

“Setuju-setuju aja gua mah.” ucap Ahmad sambil mengunyah batagor yang sedang dimakan

“Iya gua juga setuju, gua juga tau aransemennya. Ga perlu lagi gua ngafalin aransemen lagu nya, di rumah gua sering nyanyiin itu lagu.” sebut Rizal

“Nah, sekarang tentang latihan nya nih. Kita mau kapan latihan nya? Acara nya kan 6 hari lagi mulai nya.” ucap ku

“Kita latihan di hari sabtu dan minggu nanti. Senin nya kita kosongin buat kita latihan mandiri di rumah dan nyiapin mental untuk tampil nanti di hari selasa nya.” ucap Ahmad

“Di mana kita latihannya? gua tau tempat studio di sekitar rumah gua. mau disitu aja?” kata Wida

“Murah ga? jangan yang mahal-mahal ah, gua ga ada duit.” ucap Nur dengan nada tinggi

“Tenang, harga nya murah kok. Lagian kan kita nanti patungan buat bayar studio nya.” saut Wida

“Ok lah, yaudah gua balik duluan ya. Udah mau magrib. Bye!!!” ucap Nur

“Yoo, Hati-hati.” ucap ku

“Yaudah kita balik juga dh. Gua pulang duluan ya”

“Byee” ucap mereka sambil berjalan keluar gerbang kantin sekolah

Hari demi hari berlangsung, kemudian tiba lah di saat hari pentas seni pun di mulai. Suasana meriah terdengar dari lapangan sekolah. Sudah banyak terpampang dekorasi yang memenuhi lingkungan sekolah. Kami pun datang secara bersamaan ke sekolah. Acara pensi di mulai dari pukul 9 pagi sampai 5 sore, dan kami mendapatkan jadwal tampil di pukul 1 siang setelah sesi isoma selesai. Suasana tegang ada di antara kami berlima. Ahmad yang tak bisa diam karena deg-degan, Nur yang khawatir permainan nya nanti terdapat kesalahan, Dan aku yang takut terjadi kesalahan intonasi nada saat bernyanyi nanti. Hanya Rizal dan Wida saja yang terlihat sangat tenang. Wida sedang sibuk berlatih aransemen lagu yang ingin ditampilkan sedangkan Rizal memang sudah terbiasa tampil di depan banyak orang. Saat isoma pun selesai, waktu kami untuk tampil di pensi pun sudah tiba. Rizal memberikan semangat untuk kami agar kami tidak tegang dan bisa memberikan yang terbaik saat tampil nanti.

“Ayo-ayo jangan tegang. Ga usah dipikirin, kita bawa santai aja. Kita tampil selayaknya kita latihan di studio. Kita harus inget proses latihan kita kemarin, kita mainnya udah bagus banget. Jadi kalau bisa jangan sampai ada yang tegang.” seruan Rizal kepada kami

“Yuk bisa yuk!! Kita kasih penampilan terbaik kita ke mereka. Semangat!!” ucap ku dengan tujuan membakar semangat mereka

Kami pun beranjak naik ke panggung dan kami pun menampilkan pertunjukan band kami. Rizal sebagai gitaris, Ahmad sebagai bassis, Nur sebagai keyboardis, Wida sebagai pemain cajon, dan aku sebagai vokalis. Pada saat itu lah momen terindah dan momen yang paling menegangkan berlangsung secara bersamaan di dalam hidupku.

30 menit waktu berlalu, penampilan kami pun selesai. Kami sangat bahagia karena kami berhasil tampil dengan sempurna. Penampilan kami dimeriahkan dengan banyak tepuk tangan dan penonton banyak yang menyukai penampilan kami. Penampilan kami sangat meriah sampai-sampai penonton juga ikut bernyanyi saat kami menampilkan lagu Naif yang berjudul Karena Kamu Cuma Satu. Saat sudah berada di penghujung acara pensi, kami pun dinobatkan oleh pembawa acara sebagai partisipan yang paling memeriahkan acara pentas seni tersebut. Kami bahagia, sangat bahagia walaupun suara ku menjadi serak karena bernyanyi dengan semangat. Dari situ lah keinginan ku untuk mempunyai band resmi nanti saat dewasa bermula. Sungguh momen yang sangat indah bahkan aku sampai ingin mengulanginya. Setelah acara pensi selesai, kami pun berfoto untuk mendokumentasikan momen berharga ini sekaligus merayakan keberhasilan penampilan kami.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image