Lagu Galau Menyebabkan Emosi Negatif pada Remaja?
Info Terkini | 2025-01-03 00:02:47Bagi remaja lagu merupakan bentuk ekspresi emosi yang sedang dirasakan. Seringkali lagu digunakan untuk menghilangkan strees, menghibur diri, menenang, menjadi teman saat kesedihan atau menyemangat. Saat ini akses mendengarkan lagu mudah, ada banyak platform yang menyediakan lagu dari berbagai negara dan dekade. Di Indonesia sendiri musik telah berkembang sejak era kerajaan Hindu Buddha dan menjadi bagian dari peristiwa penting di Indonesia.
Pilihan genre lagu dari classic, hip-hop, rnb, jazz, dan pop sebagai genre paling digemari. Genre yg dipilih sering kali mempengaruhi perasaan si pendengar. Saat ini banyak dari remaja mendengar lagu galau yang menggambarkan kesedihan, kesendirian, putus asaan dan kesulitan. Lirik dan melodi yang digunakan sering kali menghantarkan emosi pendengar pada hilangnya gairah hidup.
Tujuan mendengarkan lagu galau salah satunya memper bentuk ekspresi emosi sehingga memperjelas dari rasa sedih. Hal ini membawa remaja ke sugesti alam bawa sadar dari pengdengar. Maka akan terjadi penurunan semangat untuk beraktifitas karena dampak dari penurunan mood. Jika tidak ada kontrol maka akan memunculkan rasa depresi dari pendengar karena representasi lirik dan melodi yang terbawa hingga dikehidupan nyata
remaja yang mendengarkan music sedih dikala stres, maka kesedihan mereka akan semakin menjadi jadi dan malah menambah beban stress tersebut. Dari beberapa adapun yang menimbulkan masalah seperti sulit untuk berkonsentrasi, sering lupa, ragu, dan berpikir melakukan tindakan bunuh diri. mengengar lagu galau juga akan berdampak pada penurunan prestasi. Hal ini dampak domino dari penurunan semangat belajar.
Lingkup social juga akan terpengaruh, para pendengar lagu galau akan memisahkan diri, mereka malas dalam berkomunikasi karena kondisi emosi yang mereka rasakan tidak stabil.
Maka perlu selektif dalam memilih lagu yang akan didengar, dan kurangi mendengar lagu galau. Perbanyak mendengar lagu bernuansa energik akan berdampak pada peningkatan hormon endorfin, hormon yang memiliki efek anti-stres.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.