Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Ade Sudaryat

Penyakit Lahiriyah Pengantar Masuk Sorga, Penyakit Hati Pembuka Pintu Neraka

Agama | 2022-11-16 08:28:44

Alkisah seseorang yang semasa hidupnya tak pernah menderita sakit parah meninggal dunia. Banyak orang yang melayatnya berkomentar, “Sungguh bahagia, orang ini meninggal dalam keadaan sehat, tak pernah merasakan sakit, dan tidak merepotkan orang lain.”

Dari sekian banyak orang yang melayatnya ada seseorang yang berkomentar atas pernyataan kebanyakan orang tersebut. “Sebenarnya, sungguh berbahagia dan suatu pahala besar jika orang ini meninggal dengan pernah merasakan penderitaan karena suatu penyakit seraya sabar dalam menghadapinya, menerima akan ketentuan Allah, sebab segala rasa sakit yang dideritanya akan menjadi kafarat atau penghapus atas dosa-dosanya.” (H. R. Malik).

Ketika seseorang menderita suatu penyakit, Allah mengutus malaikat untuk mencabut empat hal dari orang tersebut, yakni mencabut cahaya kesegaran dari wajah; mencabut kenikmatan merasakan enaknya makanan dan minuman; mencabut kekuatan tenaga; dan mencabut dosa-dosa dari orang tersebut. Setelah orang tersebut pulih dari penyakit, Allah mengutus kembali malaikat untuk mengembalikan tiga hal kepada orang tersebut dan menahan satu hal. Allah memerintahkan kepada malaikat untuk mengembalikan kesegaran wajah; kenikmatan merasakan enaknya makanan dan minuman; dan mengembalikan kekuatan badan atau tenaga orang tersebut. Sedangkan satu hal yang tidak Allah kembalikan kepada orang tersebut adalah dosa-dosa orang tersebut. (Syaikh Muhammad bin Abu Bakar al ‘Ushfury, al Mawaidhu al ‘Ushfuriyyah, hadits nomor 17, hal. 46).

Dengan demikian jelas sudah, penyakit lahiriyah yang menimpa, selama kita sabar dalam menghadapinya akan menjadi jalan terhapusnya dosa-dosa kita. Uang yang kita pakai untuk berobat akan bernilai sedekah. Ketika kita meninggal dunia dalam keadaan sakit, bisa jadi matinya berderajat syahid yang pahalanya tiada lain adalah sorga.

Karenanya tak ada alasan bagi seseorang yang menderita suatu penyakit, apalagi penyakit yang parah untuk berburuk sangka kepada Allah. Kita harus terus belajar meyakinkan, penyakit yang menimpa kita merupakan bagian dari kasih sayang Allah. Bukan penyakit saja, rasa susah, sedih, dan musibah yang menimpa kita merupakan bagian dari kasih sayang Allah.

“Tidaklah seorang mukmin ditimpa hidup yang penuh lara, penyakit, bahkan tertusuk duri yang kecil sekalipun, kecuali Allah akan menghapus dosa-dosa orang tersebut.” (H. R. Muttafaq ‘Alaih).

Kondisi tersebut akan berbalik serratus delapan puluh derajat jika seseorang menderita penyakit hati, yakni berakhlak buruk, baik akhlak yang berhubungan kepada Allah maupun akhlak yang berhubungan dengan pergaulan sesama manusia dan lingkungan hidup. Penyakit hati ini akan menjadi pembuka lebar-lebar pintu neraka. Akhlak yang buruk akan menjadi pengantar seeorang menjadi penghuni neraka.

Diantara sekian banyak penyakit hati yang sangat berbahaya adalah ria, dengki atau hasud, dan sombong. Ketiga penyakit ini akan menghancurkan segala pahala amal baik kita. Rasulullah saw menggolongkan ria sebagai perbuatan musyrik kecil. Allah tak akan menerima segala amal baik yang diniatkan bukan karena Allah. Orang yang ria dalam beramal meniatkan segala perbuatannya mendapatkan pujian dari manusia, bukan mendapatkan pujian, rida, dan pahala dari Allah.

Dengki atau hasud yang bersemayan di dalam hati kita akan membakar habis semua amal pahala kebaikan laksana api yang membakar kayu bakar yang kering kerontang. Sementara sombong merupakan perbuatan yang mengundang murka Allah.

Allah melaknat Iblis dan mengusirnya dari keindahan taman sorga karena ia bersikap sombong, membangkang perintah Allah untuk memberikan hormat kepada Nabi Adam a.s. Ia merasa derajatnya lebih baik daripada derajat Adam. Ia merasa tidak pantas makhluk yang berderajat tinggi memberi hormat kepada makhluk yang ia anggap derajatnya lebih rendah daripada dirinya.

Seperti sudah saya bahas dalam tulisan-tulisan sebelumnya, kesombongan merupakan penyakit hati yang akan menjadikan kehidupan kita semakin rapuh menuju kehancuran. Kehebatan Fir’aun dan Hamman karena jabatan dan kekuasaannya, kehebatan Qarun karena hartanya, hancur seketika karena kesombongan. Pada jangka panjangnya, kelak kesombongan akan mengantarkan seseorang menjadi penghuni neraka yang dahsyat dan abadi penderitaannya.

Satu hal yang patut kita sadari adalah perilaku kita dalam menghadapi penyakit hati yang berlainan dengan ketika kita menghadapi penyakit lahiriyah. Ketika kita merasakan sakit di badan, pahit di lidah, pening di kepala, sakit di dada, dan sebagainya, dengan cepat dan sigap kita memeriksakan diri ke dokter atau ahli kesehatan. Tak peduli dengan jumlah biaya yang harus dikeluarkan untuk berobat, yang penting badan menjadi pulih, sehat kembali.

Kondisi ini berbanding terbaik dengan penyakit hati, kita begitu tidak peka dalam mendeteksinya. Kita jarang cepat mengoreksi diri ketika di hati kita ada perasaan dengki, ria, atau merasa diri lebih baik dari orang lain. Kita pun terkadang malas untuk memeriksakan diri atas kondisi yang dirasakan di hati kita.

Jangankan mengeluarkan biaya yang banyak untuk pengobatan, menghadiri majlis ta’lim, shalat berjamaah, shalat pada awal waktu, shalat malam, membaca al-Qur’an, dan berzikir sebagai obat ampuh dan gratis yang dapat mengobati penyakit hati, kita sering malas melakukannya. Padahal, penyakit hati yang kita derita yang kita biarkan menggerogoti pahala-pahala amal kita, jauh lebih berbahaya daripada penyakit lahiriyah yang menggerogoti badan kita.

Seperti sudah disebutkan pada awal tulisan, bagi seorang mukmin, penyakit lahiriyah yang menggerogoti tubuhnya, selama bersikap sabar dalam menghadapinya akan menjadi pengantar masuk sorga. Sementara penyakit hati seperti ria, sombong, hasud, dan penyakit hati lainnya, jika tidak dibersihkan akan menjadi pengantar bagi seseorang untuk menjadi penghuni neraka yang abadi.

“sungguh beruntung orang yang menyucikannya (jiwa itu); dan sungguh rugi orang yang mengotorinya” (Q. S. Asy-Syams : 9 – 10).

Cisurupan Garut, Medio November 2022

Ilustrasi : Penyakit Hati (sumber gambar : republika.co.id)

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image