Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Djoko Soegiyanto, S.Pi, S.Pd, M.Pd.I

Pembelajaran Berdiferensiasi Membangun Karakter Siswa

Guru Menulis | Monday, 24 Oct 2022, 09:20 WIB

Pembelajaran berdiferensisasi masih terdengan baru di kalangan guru dewasa ini. Pembelajaran ini dilakukan oleh seorang guru dengan terlebih dahulu membuat pemetaan kebutuhan dan gaya belajar siswa yang memang beragam dalam sebuah kelas. Sehingga ketika kita menjadi seorang guru tidak dapat hanya menggunakan satu model pembelajaran yaitu ceramah. Model pembelajaran ini ini dikenal dengan pembelajaran yang konvensional dan tergolong kurang diminati siswa karena siswa hanya mendengarkan ceramah materi pelajaran yang disampaikan oleh guru saat pembelajaran di dalam kelas.

Pembelajaran berdiferensiasi sebenarnya sangat baik dalam mengakomodir kebutuhan siswa dalam sebuah pembelajaran. Guru yang berperan sebagai fasilitator memfasilitasi siswa sesuai dengan kebutuhannya, karena setiap siswa unik dan memiliki karakteistik masing-masing dalam memahami sebauh pelajaran. Sehingga sebagai seorang guru (baca: pendidik) tidak bisa menyamakan model pembelajaran kepada semua siswa.

Dalam mengaplikasikan pembelajaran berdiferensiasi guru perlu mempersiapkan, merancang dan membuat strategi pembelajaran yang tepat dan masuk akal yang nantinya akan diambil karena pembelajaran berdiferensiasi tidak berarti pembelajaran yang memerlukan perlakuan saja atau tindakan yang berbeda pada setiap siswa maupun membedakan mana siswa yang pemahamannya sudah baik maupun mana siswa yang perlau pendampingan dalam memaksimalkan pemahamannya.

Pembelajaran berdiferensiasi memiliki ciri-ciri antara lain lingkungan belajara yang mendukung dan menstimulus agar siswa aktif dalam belajar, kurikulum yang memiliki tujuan pembelajaran yang jelas dan terukur, terdapat sistem penilaian yang bekelanjutan, guru meberikan tanggapan dan respon terhadap kebutuhan belajar siswa serta memiliki manajemen kelas yang baik dan teratur.

Pemerintah mengharapkan dengan adanya Pendidkan Profesional Guru (PPG), guru dapat mengikuti pelatihan tersebut dengan baik dengan tujuan agar guru mampu memetakan mana yang menjadi kekuatan dan kelemahnnya dalam strategi pembelajaran yang telah dia buat dan rencanakan. Kekuatan mengajar kita jadikan sebagiai bekal awal agar mampu memberikan langkah-langkah pembelajaran yang tepat dalam sebuah proses kegiatan belajar mengajar di dalam kelas. Sedangkan yang menjadi kelemahan kita, maka kita akan perbaiki dan tingkatkan agar menjadi salah satu kekuatan kita juga sehingga mampu memberikan nilai positip dalam setiap kegiatan mengajar kita di kelas.

Selain itu dengan adanya PPG dalam jabatan maka guru juga akan mendapatkan tunjangan sertifikasi bahwa mereka sudah menjadi seorang guru yang profesional di bidangnya. Karena pada dasarnya menjadi seorang guru merupakan panggilan jiwa dimana di dalamnya terdapat tanggung jawab moral agar kita tidak hanya mampu menjadikan siswa kita cerdas dalam bidang kognitif saja namun nilai terpentingnya adalah mereka akan mampu memiliki adab dan perilaku yang terpuji, mampu berpikir kritis dan mencari solusi dari setiap permasalahan yang mereka hadapi serta menumbuhkan sikap saling menghargai dan menghormati terhadap orang lain.

Akhirnya bagi yang sudah mengambil keputusan untuk menjadi seorang guru (baca:pendidik) berbahagialah karena kita merupakan pewaris para nabi sehingga akan ada potensi pahala jariyah yang akan mengucur deras di akhirat karena doa para siswa kita yang dengan khusyu mendoakan gurunya agar mendapatkan ampunan, kemudahan dan keberkahan. Selain itu kita akan dijadikan sebagi role model untuk siswa kita sehingga diharapkan kita dapat menjadi teladan terbaik bagi mereka untuk persipan mereka di kehidupan mereka yang akan datang. Semoga bermanfaat.

Wallahua'lam Bisshowab

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image