Tetap Taat Prokes Cegah Gelombang Pandemi Covid-19
Info Terkini | 2022-10-19 16:11:27Oleh : Anugrah Diansyah )*
Selama hampir 3 tahun, pandemi sudah mulai terkendali dan Indonesia bersiap-siap memasuki masa endemi. Namun bukan berarti masyarakat bisa bersantai, karena pandemi masih berlangsung dan wajib menaati protokol kesehatan. Jangan sampai terjadi serangan Corona gelombang dan memakan banyak korban.
Saat pandemi dinyatakan dimulai di Indonesia pada bulan awal Maret 2020 lalu, masyarakat langsung menaati tiap poin dalam protokol kesehatan, bahkan berebut masker karena persediaannya jadi langka. Semua orang menjaga kesehatan dan menjaga jarak, rajin mencuci tangan, dan juga minum air rebusan herbal. Usaha-usaha ini dilakukan agar tidak tertular virus Covid-19.
Namun setelah setahun-dua tahun, perilaku masyarakat bergeser dan mulai ada pengendoran dalam menaati protokol kesehatan. Sudah banyak orang yang malas memakai masker. Banyak pula yang melanggar poin lain dalam prokes, misalnya jalan-jalan secara bergerombol (tidak jaga jarak dan tidak mengurangi mobilitas). Perilaku negatif ini memicu bahaya karena bisa menimbulkan klaster Corona baru.
Ilmuwan dari Michigan University, Sidhhart Chandra, menyatakan bahwa penurunan kasus Corona bukan berarti pandemi akan berakhir. Namun menurut penelitian, akan ada booming 1-2 tahun hingga sekarang. Dalam artian, meski kondisi sedang stabil dan jumlah pasien Corona tidak membludak, tetapi bisa saja ada potensi serangan virus Covid-19 gelombang keempat.
Per tanggal 7 Oktober 2022, jumlah pasien Corona ada 1.501 orang, dan jumlah pasien sejak awal pandemi lebih dari 6,4 juta orang. Angka ini lebih rendah daripada bulan sebelumnya. Namun masih mengkhawatirkan karena jumlah pasien di atas 1.000 orang, padahal beberapa bulan lalu pasien Corona ‘hanya’ berkisar ratusan per harinya.
Data jumlah pasien Corona menunjukkan bahwa kondisi pandemi masih belum stabil dan bisa saja ada serangan Corona gelombang keempat. Masyarakat perlu belajar dari pengalaman. Di mana saat muncul varian baru (Omicron) dan subvarian baru (Centaurus), jumlah pasien Covid-19 mengalami lonjakan dan membuat serangan gelombang ketiga.
Corona adalah virus yang sifatnya terus bermutasi, dan ini berbahaya karena Omicron bukan satu-satunya varian hasil mutasi. Bisa jadi ada varian dan subvarian lain di masa depan. Oleh karena itu masyarakat harus waspada.
Cara untuk selamat dari potensi serangan Corona gelombang selanjutnya adalah dengan menaati protokol kesehatan. Semua orang tentu hafal poin-poinnya, seperti memakai masker, mencuci tangan atau memakai hand sanitizer, mengurangi mobilitas, menjaga jarak, dll. Namun sayangnya mereka hanya hafal tetapi tidak mempraktikannya.
Padahal sejak awal pandemi, masyarakat sudah biasa memakai masker, bahkan masker ganda dengan posisi masker kain di luar dan masker disposable di bagian dalam. Namun mereka malas-malasan pakai masker dan tingkahnya ditiru orang lain. Kondisi ini berbahaya karena orang yang tidak divaksin akan mudah tertular virus Covid-19.
Dokter Reisa Brotoasmoro menyatakan bahwa efektivitas penggunaan masker untuk mencegah penularan Corona, terjadi ketika minimal 70% orang di dalam ruangan memakainya. Dalam artian, saat hanya 1-2 orang yang mengenakan masker, akan tidak efektif, karena potensi penularan Corona masih tinggi.
Oleh karena itu masyarakat perlu untuk disiplin lagi memakai masker karena merupakan pelindung utama hidung dan mulut dari droplet yang bisa saja membawa virus Covid-19. Jadi, posisinya harus benar dan jangan melorot. Jangan pula seenaknya melepas masker karena bisa saja ada orang tanpa gejala (OTG) yang tidak sengaja berkontak, dan menularkan Corona.
Patuhi juga poin-poin lain dalam protokol kesehatan. Misalnya mencuci tangan, menjaga jarak, mengurangi mobilitas, menjaga higienitas lingkungan, dll. Saat ini banyak tempat umum yang menyediakan tong untuk cuci tangan tetapi sayang sudah tidak pernah diisi air. Padahal kebiasaan mencuci tangan sangat bagus, tak hanya mencegah Corona tetapi juga mencegah masuknya virus dan bakteri lain yang berbahaya.
Untuk aturan jaga jarak dalam prokes juga banyak dilanggar karena kehidupan perlahan kembali seperti sebelum masa pandemi. Anak-anak kembali belajar di sekolah dan orang tuanya pergi ke kantor. Namun kebiasaan sejak awal pandemi untuk tetap jaga jarak dan mencuci tangan harus dilakukan. Jangan duduk berdempetan dan kursi murid wajib dijaga jaraknya, saat jam istirahat mereka juga tidak boleh bergerombol.
Jika semua orang disiplin prokes maka akan meminimalisir penularan Corona dan mengurangi jumah pasien Covid-19. Akan ada harapan untuk mengakhiri masa pandemi. Namun jika tidak, akan ada potensi serangan Corona gelombang keempat dan membuat lelah karena jumlah pasien membludak, dan bisa-bisa ada aturan stay at home lagi.
Oleh karena itu masyarakat wajib untuk menjaga diri dari Corona, dengan disiplin prokes. Terutama memakai masker, dan jangan ikut-ikutan melepas masker karena melihat orang lain tak pakai masker. Taati juga poin lain dalam prokes seperti menjaga jarak dan mencuci tangan. Saat semua orang taat prokes dan vaksinasi, maka Indonesia bisa bebas Corona secepatnya.
)* Penulis adalah kontributor Persada Institute
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.