Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Joko Susanto

Saat Abu Jahal Sangat Ketakutan

Agama | Tuesday, 11 Oct 2022, 10:48 WIB

Amr ibn Hisyam ibn al-Mughirah atau dijuluki Abu al-Hakam, karena kejahatan dan kebenciannya kepada Islam. Rasulullah SAW menamainya Abu Jahal yang berarti biang kebodohan. Abu Jahal berangan-angan seandainya kaum Quraisy memberinya kewenangan untuk memimpin. Sebuah impian yang jauh dari kenyataan. Dia melihat bahwa segala upaya untuk memusuhi Nabi Muhammad SAW dan para pengikutnya tidak membuahkan hasil. Tetapi, Abu Jahal tidak pernah jera atau pun sadar akan hal itu.

Suatu hari ada pedagang unta dari Irak yang datang ke Makkah. Abu Jahal tertarik dan 'membeli' untanya beberapa ekor. Tetapi, dia mengingkari janji untuk membayar dan tidak pernah datang untuk melunasinya. Setiap kali pedagang unta menagihnya, Abu Jahal selalu menghindar dan kabur pergi entah ke mana.

Pedagang unta itu bahkan sudah putus asa. Akhirnya, dia menemui para pemuka Makkah yang sedang berkumpul di dekat Ka'bah. Dia mohon pertolongan kepada mereka, 'Wahai para pemimpin Makkah, siapakah yang dapat menunjukkan kepadaku laki-laki yang telah mengambil unta-untaku namun tidak membayarnya? Setiap kali aku memintanya, dia pergi dan menghindari dariku."

Sebenarnya para pemuka Makkah mengetahui bahwa Abu Jahal bersalah, lari dari kewajibannya. Namun, mereka juga mengetahui bahwa Abu Jahal sangat nembenci Rasulullah. Mendengar penuturan pedagang itu, mereka seperti menangkap peluang emas untuk memperuncing perseteruan Abu Jahal dengan Nabi Muhammad. Mereka tidak tulus menolong pedagang itu karena mereka menduga dan yakin bahwa Nabi Muhammad tidak mungkin akan memaksa Abu Jahal untuk membayar utang. Mereka memprediksi bahwa Rasulullah itu tidak mempunyai kekuatan untuk menekan Abu Jahal.

Mereka berkata, "Temuilah Muhammad bin Abdullah, dia pasti dapat menolongmu untuk mendapatkan hak yang telah dirampas darimu "

Lelaki asal Irak itu menuruti saran mereka. Ada sebuah harapan. Dia beranjak menuju rumah Muhammad. Setelah berhadapan, pedagang itu berkata, "Wahai hamba Allah, sesungguhnya Abu Jahal telah menipuku. Dia mengambil beberapa ekor untaku tetapi tidak mau membayarnya. Aku musafir di negeri kalian. Kaummu menyarankan agar aku menemuimu. Karena itu, tolonglah aku untuk mendapatkan hak-hakku dari orang itu."

Para pemuka Quraisy menanti kabar dari pedagang unta itu. Mereka bersendau gurau menertawakan Nabi Muhammad. Rasulullah pergi bersama pedagang itu menuju rumah Abu Jahal lalu langsung mengetuk pintu rumahnya.

Abu Jahal keluar dan terkejut melihat orang yang sangat dibencinya telah berdiri di hadapannya. Abu Jahal ketakutan . Mukanya pucat pasi. Keringat dingin keluar dari pori-pori kulitnya. Dia menggigil seperti terkena demam yang hebat..

Tanpa gentar sedikit pun, Rasulullah berkata tegas, "Berikanlah hak laki-laki ini, sekarang juga!"

Pedagang unta menyaksikan pemandangan itu dengan sangat takjub, seakan-akan tidak percaya. Tidak lama kemudian, dengan gemetaran, Abu Jahal menyahut, "Tunggulah sebentar, aku akan memberikan haknya."

Pria dari Irak itu menyaksikan Abu Jahal bergegas masuk ke dalam rumah. Tidak berselang lama, Abu Jahal keluar dari rumahnya sambil membawa sekantung uang. Abu Jahal menyerahkan sekantung uang itu kepada pedagang yang masih termangu keheranan.

Selanjutnya, pedagang unta berterima kasih kepada Nabi Muhammad atas bantuannya menagih utang Abu Jahal. Sesuai pesan dari tokoh-tokoh Makkah, pedagang itu pun mengabari mereka bahwa Muhammad berhasil menolongnya dengan sukses.

Mendengar kabar tak diduga itu, para tokoh Makkah heran bukan kepalang. Perkiraannya meleset. Bagaimana mungkin Abu Jahal takluk pada perintah Nabi Muhammad.

Ketika Abu Jahal tiba di tempat mereka berkumpul, mereka bertanya, "Celakalah kau, wahai Abu Jahal. Apa yang terjadi denganmu?"

"Celakalah kalian, demi Latta dan Uzza. Ketika Muhammad mengetuk pintu rumahku dan kudengar suaranya , tiba-tiba aku diliputi rasa takut. Aku keluar rumah untuk menemuinya dan aku melihat di atas kepala Muhammad, berdiri dengan angkuhnya seekor binatang buas dengan mulut yang ternganga lebar dan siap untuk menerkamku. Karena itu, aku segera masuk rumah dan mengambil uang untuk membayar hak pedagang itu."

Setelah mengetahui peristiwa langka itu, apakah Abu Jahal dan kaumnya menyadari keutamaan Nabi Muhammad dan kebenaran dakwah yang disampaikannya?

Sedikit pun tidak. Mereka tetap bersikukuh dalam kekerasan hatinya, menolak bahkan memusuhi Rasulullah SAW dan lebih memilih jalan kekafiran.

(Disadur dari buku 'Asbabun Nuzul untuk Zaman Kita' karya Fathi Fawzi Abd Al-Mu'thi, Kisah Nyata di balik turunnya ayat-ayat suci Alquran, penerbit Zaman, tahun 2008).

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image