Sosok Suami: Harus Keras atau Lembut?
Agama | 2025-01-12 15:07:37Cuaca subuh yang sejuk menemani langkah jamaah Mukhlas (Mushola Al-Ikhlas) yang bersemangat mengikuti kajian rutin pekanan.
Kajian ringan penyejuk iman musholla Al-Ikhlas Griya Kebonagung Sukodono Sidoarjo kembali dilaksanakan pada Ahad bakda subuh, 12 Januari 2025. Sebenarnya yang menjadi pemateri adalah ustadz H. Shokibu MM. Namun karena ada agenda di luar kota maka digantikan ustadz Zaenal Arifin.
Saat itu dijelaskan makna surat At-Taghabun Ayat 14 yang bunyi terjemahannya : "Hai orang-orang mukmin, sesungguhnya di antara isteri-isterimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka dan jika kamu memaafkan dan tidak memarahi serta mengampuni (mereka) maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang."
Ustadz Zainal Arifin menjelaskan bahwa setelah diperintahkan untuk bertawakal kepada Allah, pada ayat ini orang-orang beriman diperingatkan tentang istri dan anak-anak mereka.
Adapun makna sebagian dari istri dan anak menjadi musuh atau ujian bagi orang beriman itu tentu bukan semuanya. Sebagai contoh dari jumlah 100 orang, mungkin saja yang menjadi ujian itu ada 1, 10, atau,40 dari 100 tersebut.
Pengertian menjadi "musuh" misalnya seorang suami ingin memberikan sebagian rejeki untuk infaq pembangunan masjid, tetapi istri melarangnya bahkan meminta untuk dialihkan untuk dibelikan barang atau sesuatu yang tidak terlalu berguna.
Demikian pula terkait anak, ujiannya bisa berupa sulitnya anak ketika dinasehati baik-baik.
Seorang suami harus menyadari bahwa istri yang konon dari tulang rusuk, perlu tahu proporsi meluruskannya atau menasehatinya. Kalau terlalu keras bisa patah, kalau terlalu lembut bisa kalah.
Ketika istri atau anak sedang melakukan perbuatan yang tidak sesuai ajaran agama, sesungguhnya mereka sedang mengikuti langkah setan sehingga perlu untuk diingatkan.
Tidak dipungkiri bahwa kadang-kadang istri dapat menjerumuskan suami, dan juga anak-anak dapat mencelakakan bapaknya untuk melakukan perbuatan yang tidak dibenarkan oleh agama. Maka berhati-hatilah seorang suami atau ayah terhadap mereka.
Alternatif Solusi :
Dalam keseharian, kita memang tidak terlepas dari kesalahan. Banyak variasi ujian dan cobaan terlebih-lebih di zaman modern seperti ini. Lalu bagaimana solusinya?
Pertama, salahsatu solusi utamanya adalah dengan kembali kepada ajaran agama, sama-sama giat belajar memahami dan kemudian menerapkannya. Bentuknya bisa berupa mengikuti kajian-kajian.
Kedua, bila seorang suami sudah menasehati atau mengingatkan kesalahan istri atau anak, maka harus diiringi dengan memaafkan dan tidak memarahi serta mengampuni (mereka). Mengapa? Sebagaimana disebutkan dalam ayat tersebut bahwa sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
Ketiga, menanamkan pendidikan agama kepada mereka; dan jika memaafkan mereka ketika mereka melakukan kesalahan; dan menyantuni mereka dengan sikap yang lembut, serta memohonkan ampun kepada Allah untuk mereka.
Sosok suami seharusnya tahu kapan harus bersikap keras, dan kapan pula berlaku lembut. Seimbang sesuai dengan kebutuhan situasi dan kondisi.
Di akhir kajian, pemateri mendoakan mudah-mudahan keluarga kita semua menjadi keluarga yang sakinah, mawadah warahmah dalam lindungan Allah SWT. Lulus dari ujian dalam berkeluarga.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.