Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Sam Edy Yuswanto

Kenali Bakat dan Minat Anak Sejak Usia Dini

Pendidikan dan Literasi | Monday, 10 Oct 2022, 06:14 WIB

Setiap anak terlahir dengan dianugerahi bakat dan minat yang beragam oleh Allah Swt. Antara anak satu dengan anak yang lain tentu tak bisa disamakan. Tugas orangtua adalah membantu anak menggali dan mengembangkan setiap bakat atau potensi yang ada dalam diri putra-putrinya.

Tentu bukanlah sebuah sikap yang bijaksana ketika seorang ayah atau ibu memaksakan kehendaknya pada anak agar memilih bakat atau minat yang sesuai keinginan orangtuanya.

Ada sebuah kisah menarik yang bisa kita jadikan gambaran tentang bakat atau minat anak yang perlu dikembangkan. Kisah tersebut saya temukan dalam buku kumpulan cerpen berjudul Pasukan Jumat Berbagi. Buku terbitan Indiva Media Kreasi yang terbit tahun 2022 ini merupakan antologi cerpen anak yang ditulis oleh para penulis yang beragam, antara lain Nayla, Khadijah, Fayanna, Syahban, Nabila, Jianka, Pipit, Farah, Aisyah, dan Hanna.

Cerpen berjudul Tempatku Bukan di Sini karya Aisyah Rahmania Novrianti menyelipkan pesan berharga kepada anak dan orangtua perihal pentingnya menentukan sesuatu berdasarkan minat dan bakat yang ada dalam diri kita. Jangan sampai kita memilih sesuatu yang tidak sesuai dengan keinginan kita karena hal tersebut tak akan baik untuk ke depannya dan kita akan melakukan sesuatu dengan keterpaksaan dan perasaan tertekan.

Kisah bermula ketika Raisya merasa kebingungan memilih klub yang akan dimasukinya. Jadi, pertengahan semester ini, sekolah tempat Raisya menimba ilmu, membuka klub untuk murid-murid mengasah minat dan bakat. Ada klub menulis, olahraga, akting, memanah, pemrograman, melukis, memasak, dan sebagainya. Raisya kesulitan memilih, karena ia ingin mencoba semuanya.

Akhirnya, Raisya memutuskan bukan berdasarkan hati nurani. Ia terpaksa ikut klub melukis karena ikut-ikutan kedua sahabatnya, Chintya dan Sania. Terlebih, ketika sahabatnya mengancam kalau tidak masuk klub melukis maka Raisya akan dijauhi oleh mereka.

Sebenarnya, Raisya senang melukis. Tapi hal yang paling disukainya dan sesuai dengan bakatnya adalah memasak. Ia bisa memasak dengan cepat dan enak. Hal itu sudah dibuktikan ketika sedang membantu ibunya. Raisya sangat menikmati ketika sedang memasak di dapur. Sayangnya, ketika Raisya berniat ingin pindah klub, dari klub melukis ke klub memasak, kepala sekolah melarangnya.

Cerpen berikutnya yang menarik disimak dalam buku ini berjudul Pelajaran Pertama Sang Kakak karya Farah Hasanah Kristianto. Berkisah tentang seorang gadis kecil bernama Mira yang tengah duduk di bangku kelas 6 Sekolah dasar. Mira merasa iri dengan teman-temannya yang memiliki adik kandung. Sementara ibu atau bundanya Mira, pernah divonis mandul (tepatnya ketika Mira kelas 4 SD).

Namun, Mira tetap merengek agar bunda menghadiahinya adik. “Bun, Mira iri lihat teman-teman. Mereka bisa beriringan menggandeng tangan adik mereka, sedangkan Mira setiap hari harus sendiri. Please, Bun, saat kelulusan nanti, Mira ingin dihadiahkan adik” (halaman 81).

Di luar dugaan, Ayah membawa seorang anak perempuan ke rumah. Namanya Athiya Raudhah. Usianya 9 tahun dan sebelumnya tinggal di panti asuhan. Athiya adalah gadis yang terserang polio saat kecil dan menderita disleksia. Ayah berharap, Mira mau menganggap Athiya sebagai adik, selayaknya adik kandung sendiri.

Mira tak suka dengan kedatangan Athiya di rumahnya. Mira tak mengharapkannya. Karena ia hanya ingin adik dari rahim bundanya sendiri. Wajah ayah memerah menahan marah saat mendengar penjelasan Mira. Kisah Mira dalam cerpen ini menyelipkan pelajaran berharga tentang pentingnya bersyukur dengan apa yang kita miliki saat ini dan perlunya menanamkan sikap kepedulian terhadap sesama, khususnya kepada mereka yang tidak memiliki kesempurnaan fisik.

Masih banyak cerpen-cerpen lain yang layak disimak dalam buku Pasukan Jumat Berbagi ini. Misalnya, cerpen Impian Persabahatan karya Pipit Wibowo yang bercerita tentang gadis bernama Ruri yang tengah berusaha mendekati Afara, gadis yang merasa minder karena terlahir tanpa bisa mendengar dan berbicara. Ketika berinteraksi dengan Afara, maka harus menggunakan bahasa isyarat dan alat tulis.

Sementara itu, cerpen berjudul Pasukan Jumat Berbagi karya Nayla Sabitha Irajanto mengajarkan kepada anak-anak perihal pentingnya berbagi kepada sesama. Berbagi di sini misalnya dengan cara bersedekah, membagi-bagikan makanan pada hari Jumat kepada orang-orang yang bisa jadi sangat membutuhkan makanan tersebut.

Menurut saya, terbitnya buku ini dapat dijadikan sebagai salah satu bacaan bermutu, karena menyelipkan nilai-nilai pendidikan moral atau akhlak yang baik kepada anak-anak.

***

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image