Gara-Gara Begadang
Sastra | 2023-11-05 22:03:41Suara kicauan burung mulai terdengar, pertanda hari segera dimulai. Namun, sesosok anak laki-laki masih bergelung dengan mimpi. Ia tampak nyenyak menikmati tidurnya. Padahal, waktu sudah menunjukkan pukul 06.15. Lalu, tiba-tiba ia dikejutkan oleh suara sang Ibu yang membangunkan dirinya.
“Rudi bangun! Ini sudah jam berapa? Nanti kamu terlambat.”
“Ah santai saja Bu. Ini masih pagi ,” ucap Andi dengan mata yang masih tertutup.
“Masih pagi bagaimana? Ini sudah jam enam lewat.”
“Ya ampun kenapa ibu tidak membangunkanku dari tadi?”
“Ibu sudah coba bangunkan sejak jam setengah enam tadi, tapi kamu tidak bangun-bangun. Ayo cepat sekarang lekas mandi, nanti kamu semakin terlambat.”
Andi langsung bergegas menuju kamar mandi. Dengan tergesa-gesa, ia segera menuntaskan mandi. Bahkan ia tak sempat sarapan karena terlalu terburu-buru. Ibu sempat mengingatkan untuk membawa bekal.
“Andi, kamu bawa bekal saja ke sekolah. Kamu belum sempat sarapan.”
Namun ternyata Andi sudah kepalang panik sehingga tak mendengar pesan dari Ibu. Segera setelah Andi berganti pakaian dan mempersiapkan perlengkapan sekolah, ia langsung berangkat bergitu saja. Tak lupa ia berpamitan kepada Ibu yang sedari tadi selalu memantau jam di dinding. Khawatir jika Andi terlambat sampai di sekolah.
“Bu, aku berangkat dulu,” ucap Andi sambil mencium tangan Ibu.
“Kamu bawa bekal ya, tadi belum sempat sarapan.”
“Tidak perlu Bu, nanti kelamaan. Aku keburu terlambat.”
“Ya sudah, nanti jangan lupa beli sarapan di sekolah.”
“Iya Bu, aku berangkat dulu,” ucap Andi seraya mengayuh sepede.
Dengan sekuat tenaga, Andi mengayuh sepeda agar segera sampai di sekolah. Tanpa memperhatikan kondisi jalan sekitar, ia langsung menyusuri jalan yang biasa dilewati ketika berangkat sekolah. Untung saja, jarak antara rumah Andi dan sekolah tidak begitu jauh. Biasanya, ia hanya membutuhkan waktu sekitar 15 menit untuk menempuh perjalanan ke sekolah. Namun hari ini, Andi berusaha secepat mungkin sampai sekolah karena ia berangkat terlalu siang.
Ah, sial sekali dirinya. Kalau bukan karena terlalu asyik bermain game online, ia tak akan bangun kesiangan. Andi terlalu larut bermain game online hingga larut malam. Seingatnya, ia tidur sekitar pukul 02.00 pagi. Terhitung ia hanya tidur kurang dari lima jam. Wajar jika Andi bangun terlalu siang. Terlebih kondisi badan Andi terasa lemas dan kurang nyaman, semakin memperburuk kondisinya.
Andi merasa pagi ini bangun dengan kondisi yang kurang nyaman. Tidak seperti biasanya yang ketika bangun pagi terasa sangat segar. Kebalikannya, pagi ini Andi masih sangat mengantuk dan lelah. Tubuhnya lelah luar biasa, namun ia tak punya waktu mengeluh karena harus segera bergegas berangkat sekolah.
Andi hanya berharap pagi ini tidak terlambat sampai sekolah karena ia malu kalau sampai terkena hukuman. Apalagi hari ini adalah hari Senin, artinya upacara akan segera dimulai. Andi tidak mau terlambat karena hukuman bagi siswa yang terlambat di hari Senin adalah dibariskan di bagian paling depan. Jadi siswa lain akan tahu siapa saja siswa yang terlambat. Ia akan sangat malu sekali jika hal itu sampai terjadi.
Keringat Andi bercucuran ketika ia sampai di gerbang sekolah. Ia dapat bernafas lega karena selang beberapa menit bel masuk berbunyi. Terlambat beberapa sedikit saja, hukuman sudah menanti di depan mata.
Andi langsung memarkirkan sepedanya di tempat biasa. Langsung saja Andi bergegas ke kelas untuk meletakkan tas. Selepas itu ia langsung menuju ke lapangan untuk berbaris dengan teman-teman sekelasnya. Rudi, salah satu teman sekelas Andi tampak bertanya-tanya melihat kondisi Andi yang pucat.
“Kamu kenapa An? Wajahmu pucat sekali.”
“Aku baru saja sampai ini. Tadi bangun kesiangan.”
Belum sempat Rudi bertanya kembali, terdengar aba-aba dari Pak Dede, tanda upacara akan dimulai. Sepanjang upacara, Andi merasa sangat gelisah. Kepalanya mendadak pusing dan badannya terasa gemetar. Kondisi Andi ternyata disadari oleg Rudi yang kebetulan berbaris di samping Andi. Rudi khawatir dengan kondisi Andi. Rudi melihat wajah Andi semakin pucat dengan keringat yang terus berucuran di wajahnya.
“Kamu ngga apa-apa An? Wajahmu makin pucat.”
“Kepalaku pusing Rud,” jawab Andi dengan lemah.
“Sebaiknya kamu ke belakang aja An. Biar bisa istirahat, nanti . Loh loh An kamu kenapa?!”
Rudi belum sempat menyelesaiakan perkataannya, ketika Andi tiba-tiba jatuh pingsan. Untung saja Rudi dengan cekatan menangkap tubuh Andi sehingga tidak langsung jatuh ke tanah. Siswa lain yang melihat Andi pingsan pun ikut panik. Pak Dede yang kebetulan mengawasi di belakang langsung membantu Rudi untuk membawa Andi ke ruang kesehatan.
Selang lima belas menit, Andi sadar dari pingsan. Pak Dede segera memberikan air putih dan roti. Dengan lahap, Andi menghabiskan roti dalam sekejap. Rupanya ia merasa sangat lapar. Melihat hal tersebut, Pak Dede bertanya-tanya.
“Andi kamu belum sarapan?” tanya Pak Dede keheranan.
“Belum Pak, tadi saya buru-buru berangkat karena bangun kesiangan.”
“Memangnya kamu tidur jam berapa? Kenapa sampai bangun kesiangan?”
“Itu Pak sa saya tidur jam dua pagi.”
“Astaga Andi pantas saja kamu bangun kesiangan. Coba ceritakan, kenapa kamu tidur terlalu larut?”
“Saya terlalu asyik bermain game online Pak, sampai lupa tidak melihat waktu.”
“Andi kamu harus bisa membagi waktu antara bermain, belajar, dan istirahat. Kamu boleh-boleh saja bermain namun harus ingat waktu dan tidak boleh berlebihan. Coba lihat sekarang, selain bangun kesiangan, kondisi tubuhmu juga terganggu.”
“Iya Pak, saya sudah lalai. Saya berusaha tak akan mengulangi kembali”
“Ya sudah saya antar kamu pulang ya supaya bisa istirahat di rumah.”
Pak Dede pun mengantarkan Andi pulang karena kondisi tubuh Andi tidak memungkinkan untuk melanjutkan pembelajaran di sekolah. Alhasil, setelah tiba di rumah, Ibu tampak khawatir melihat Andi dipapah oleh Pak Dede setelah turun dari mobil.
“Ya Tuhan Andi kenapa ya Pak?”
“Maaf Bu, Andi saya antar pulang karena sakit. Nanti biar Andi yang cerita sama Ibu.”
“Iya Pak, terima kasih sudah diantar.”
“Sama-sama Bu.”
Setelah sampai di kamar Andi tampak merasa bersalah dengan Ibunya. Dengan hati-hati ia menceritakan apa yang sudah terjadi dengannya. Awalnya, Ibu tampak khawatir dengan Andi. Namun setelah mendengar cerita Andi, Ibu mengerti mengapa sampai Andi jatuh pingsan di sekolah. Ibu pun menasihati Andi dengan sabar. Andi pun meminta maaf kepada Ibu karena telah lalai membagi waktu antara bermain dan istirahat dan berusaha untuk tak mengulangi kembali.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.