Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Annisa Rahmah Shafira

Pendidikan Indonesia dan Tantangan Pengangguran Lulusan: Kunci Menuju SDGs 2030

Edukasi | 2025-12-05 15:33:52
Sumber: https://unair.ac.id/kukuhkan-9-347-mahasiswa-baru-rektor-unair-tekankan-pentingnya-moral/

Pendidikan adalah kunci menuju masa depan yang cerah kini menghadapi tantangan. Setiap tahun, ribuan generasi muda Indonesia lulus dari berbagai jenjang pendidikan, namun banyak di antara mereka kesulitan menembus pasar kerja yang semakin kompetitif. Angka pengangguran muda di Indonesia masih menjadi masalah serius hingga saat ini. Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan bahwa pada Agustus 2025 jumlah pengangguran di Indonesia mencapai 7,46 juta orang dengan tingkat pengangguran terbuka (TPT) 4,85%. Dari angka pengangguran tersebut, sekitar 14,58% disumbang oleh fresh graduate, baik dari pendidikan tinggi maupun menengah, yang masih membutuhkan waktu yang lama untuk bisa memenuhi ekspektasi dari dunia kerja.

United Nations Indonesia (2020) mencatat bahwa banyak lulusan memiliki ijazah, tetapi belum dibekali dengan keterampilan yang sesuai perkembangan teknologi seperti kecerdasan buatan, ilmu data, dan keamanan siber yang justru sangat dicari dunia kerja saat ini. Selain itu, sistem pendidikan Indonesia lebih fokus pada teori dan kurang mengembangkan soft skill seperti berpikir kritis, pemecahan masalah, dan kemampuan bekerja dalam tim. Hal ini sama saja belum memenuhi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan atau Sustainable Development Goals (SDGs) poin keempat, yakni memastikan bahwa pada tahun 2030 semua peserta didik memperoleh keterampilan yang dibutuhkan untuk pekerjaan layak, kewirausahaan, dan inovasi. Ketika sistem pendidikan belum memberikan ruang yang cukup untuk pembelajaran berbasis proyek, kolaborasi, maupun integrasi teknologi, maka kemampuan adaptif para lulusan menjadi kurang optimal.

Di sisi lain, sistem kurikulum yang kaku juga memperparah keadaan. Kurikulum idealnya tidak hanya menjadi petunjuk peserta didik untuk berpikir kritis, tetapi juga tetap terhubung dengan keterampilan era digital seperti kreativitas dan literasi digital yang memadai (Rahardian et al., 2025). Fakta yang ada di lapangan adalah kurikulum yang terus berganti membuat peserta didik dan pendidik kesulitan beradaptasi. Center for Indonesian Policy Studies (2025) menegaskan kurangnya kolaborasi strategis antara institusi pendidikan dengan sektor industri juga menjadi salah satu penyebab skill mismatch pada generasi muda.

Untuk mengatasi krisis ini, dibutuhkan strategi yang merata dan transformatif. Program “Kampus Berdampak” di Indonesia menjadi langkah awal positif dalam memperkuat pemanfaatan teknologi digital, meningkatkan kesejahteraan masyarakat, dan membangun ekosistem kerja sama antara kampus dan industri (Mahardika et al., 2025). Program ini memungkinkan untuk menekan tingkat ketidaksesuaian keterampilan atau skill mismatch sekaligus pengangguran muda.

Selain itu melakukan perluasan kesempatan magang lintas jurusan dan mewajibkan mahasiswa mengambil magang atau proyek industri. Pendidikan vokasi juga harus diperkuat dengan melibatkan industri secara langsung, baik dalam penyusunan kurikulum, penyediaan pengajar, maupun penyediaan fasilitas praktik yang memadai. Kurikulum pun harus didesain ulang agar lebih fleksibel terhadap perubahan zaman dengan menekankan prinsip lifelong learning. Prinsip ini dapat diwujudkan melalui pembelajaran berbasis proyek yang didampingi tenaga pendidik sehingga peserta didik terdorong untuk melakukan riset, eksplorasi, dan refleksi, serta terbiasa memperbarui pengetahuan sesuai kebutuhan.

Solusi-solusi di atas tidak akan efektif apabila tidak disertai dengan pemerataan kualitas pendidikan di seluruh wilayah Indonesia. Hingga saat ini, kualitas pendidikan antara perkotaan dan pedesaan, serta antara sekolah favorit dan non-favorit, masih menunjukkan kesenjangan yang signifikan. Permasalahan tersebut dapat diatasi melalui peningkatan kualitas tenaga pendidik, penyediaan pelatihan yang relevan, serta penguatan sarana dan infrastruktur pendidikan agar seluruh siswa mendapatkan kesempatan belajar yang setara. Upaya pemerataan ini juga sejalan dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan atau Sustainable Development Goals (SDGs) poin keempat.

Hal yang terpenting adalah adanya kolaborasi yang kuat antara pemerintah, institusi pemerintah, industri, dan masyarakat, pendidikan di Indonesia dapat berjalan lebih efektif dalam menghasilkan lulusan yang kompeten, adaptif, dan siap bersaing menghadapi tantangan dunia kerja modern.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image